Tidak Sudi

1082 Words
Denis dihubungi oleh pihak keluarganya yang memintanya untuk segera pulang ke rumah malam ini. Mau tidak mau dia harus membiarkan Renata sendirian di apartemennya. Walaupun dengan perasaan yang sedikit tidak enak hati. Namun, jika ia tetap bersikeras membawa gadis ini pulang. Entah bagaimana tanggapan keluarganya nanti. Denis itu sama seperti Renata, hidupnya tidak pernah bahagia sebab perpisahan orang tua itu sangat menyakitkan. Begitu juga yang dirasakan oleh Denis. Tapi tidak pernah mengeluh dan memperlihatkan bagaimana rasa sakit hatinya pada orang lain. Di apartemen ketika Renata baru saja keluar dari kamar. “Renata, aku ada perlu malam ini. Jangan ke mana-mana. Ingat kamu sudah ada ditanganku, sekali kamu kabur. Jangan pernah bisa selamat dariku,” ancam Denis yang tidak ingin jika membantu seseorang tapi malah membuatnya menjadi orarng yang salah untuk bersikap baik pada orang lain. Begitu banyak orang jahat yang memanfaatkan orang baik sekarang ini. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan juga kekuasaan dunia. Seperti yang dilakukan oleh ibu tirinya Renata yang berniat menghancurkan hidup Renata saat itu. “Apa pulangnya sangat larut? Kalau larut aku bisa tinggalkan kakak untuk tidur?” “Tidak apa-apa. Lagipula ini adalah pertemuan keluarga, jadi mungkin aku memang pulang sampai larut malam. Tidak bisa membawamu ke hadapan keluargaku untuk saat ini,” jelas Denis. Tahu jika keluarganya adalah orang yang selalu memandang nomor satu dari keturunan dan juga harus cantik. Melihat Renata yang sekarang pasti akan sangat menjadi bahan olokan oleh keluarganya. Dia tidak mengaku menjadi orang yang hebat dan juga orang kaya. Tapi dia sadar bagaimana keluarganya itu. Renata terlihat nampak berpikir. “Baiklah, kalau begitu kakak kapan perginya?” “Aku pergi sekarang. Jadi kalau ada orang asing, jangan buka pintu! Kamu juga jangan coba-coba kabur dari sini dan menghindar dariku. Aku sudah punya semua identitasmu,” tegas Denis yang dibalas dengan anggukkan pelan oleh Renata. Tiba dikediaman orang tuanya, dia melihat ada mobil Rolls Royce di depan rumahnya membuat Denis takjub. Pasalnya mobil seperti itu adalah mobil yang sangat langka dimiliki oleh orang di sini. Bahkan Denis pun tidak bisa membelinya dengan uang yang dia punya. Kembali pada pikirannya yang menjurus ke dalam, dia mengucapkan selamat malam pada mamanya yang sedang menunggunya di sana. “Selamat malam, Ma,” Laras menoleh ke arah belakang di mana putera kesayangannya datang membawa bunga untuknya. “Akhirnya kamu datang juga, Kamu bilang kamu berangkat siang tadi? Memangnya kamu ke mana?” Tentu saja Denis tidak akan menjawab itu. Karena dia harus mencari tahu terlebih dahulu tentang Renata yang ada di apartemennya sekarang. Dia telah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan dan juga orang-orang yang memililki ikatan keluarga dengan Renata. Denis tersenyum tipis lalu dia mencium tangan Laras dengan begitu sopan. “Biasa ada urusan, Ma. Mama sendiri tahu bagaimana kesibukan aku diluar sana,” Tawa kecil dari mamanya sebagai permakluman dan juga pasti akan selalu dibanggakan oleh mamanya ketika ada tamu seperti sekarang ini. Ia melihat ke arah depan yang jaraknya kurang lebih tiga meter dari tempatnya duduk sekarang ini. Melihat gadis cantik dengan dress putih, serta penjepit rambut yang ada di rambut belahan kanannya. Laras tertawa dengan para tamunya. “Astaga, sampai Mama lupa kenalin kamu dengan tamu, Mama. Ini adalah Lili, dan juga keluarga besarnya. Dia itu yang punya butik tempat langganan Mama. Dia juga punya toko perhiasan yang di mana barang-barangnya sangat mewah, pengusaha sukses di usia muda kayak kamu,” cerita Laras. Perasaan Denis mulai tidak enak ketika mendengar nama itu disebut. Apalagi dengan pujian-pujian yang terdengar seperti hinaan itu karena dia tahu sendiri tipe sang mama adalah perempuan yang tentu saja benar-benar cantik. Agar tidak memalukan dibawa ke manapun nanti. Jika sifatnya dan sifat sang mama berkebalikan, itu karena Denis dulu pernah hidup di rumah sang Papa. Tapi apa maksudnya semua ini? “Maksud Mama mengundangku ke rumah ini untuk apa?” terdengar nada bicara Denis mulai tidak suka dengan hal ini. “Apa Mama merencanakan sesuatu dengan Lili dan keluarganya untuk hal yang paling kubenci?” tanya Denis sekali lagi. Siapa yang suka dijodohkan? Meskipun gadis yang ada di depannya ini adalah gadis yang sangat kaya. Tapi tidak ada keinginan Denis untuk mengenalnya lebih jauh lagi. “Ah kamu, baru juga sampai sini udah nanya begitu sama Mama,” “Jangan mengalihkan pembicaraan, Ma. Aku tidak suka dengan hal seperti itu. Jika ada kepantingan bicarakan langsung kepadaku, jangan terlalu membuatku bingung dengan rencanamu,” Bukan berarti dia tidak bisa menghargai sang mama. Tapi dia memang tidak bisa untuk sekadar diminta datang lalu dijodohkan lagi. Denis bukan pria yang suka dengan hal itu. Dia ingin mencari pasangannya sendiri. Bukan malah dicarikan jodoh seperti ini. “Mama kenal baik sama Lili, jadi ya memang ada rencana Mama buat...” “Aku menolak,” potong Denis tanpa mendengarkan apa yang hendak dikatakan langsung oleh mamanya. Tidak ada kesempatan bicara jika itu perihal perjodohan. Laras menoleh ke arah putranya. “Mama belum bicara, Denis,” “Satu-satunya hal yang nggak bisa aku terima di dunia ini adalah perjodohan, Ma. Sekalipun itu Mama yang minta,” ujarnya. Laras mulai geram dengan perilaku anaknya di depan tamu terhormatnya ketika sedang ingin membicarakan hal serius. “Sampai kapan kamu mau mencari pengantinmu, Denis? Mama nggak mau lagi kamu nunda kayak gitu, Mama nggak suka kamu tunda setiap kali kamu dijodohkan kamu tolak. Apa salahnya mencoba kali ini?” Denis malah berdiri dan mencium sang mama. “Aku pamit, Ma. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, aku datang kemari karena Mama bilang sedang sakit,” “Mama memang sedang sakit,” Denis memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Kulihat Mama baik-baik saja,” ujarnya lalu pergi. Dia tidak peduli dengan tamu sang mama yang menatapnya seperti itu. Denis pergi begitu saja meninggalkan rumah itu. Sedangkan Laras masih bersama dengan tamunya yang sangat dihormatinya karena berasal dari keluarga yang sangat kaya raya. Ditambah lagi dengan calon menantu idamannya seperti Lili ini. “Ah jangan terlalu dipedulikan, tenang saja soal itu. Biar saya yang mengurusnya,” kata Laras yang tak mau menyerah mendapatkan menantu seperti Lili ini. Selain wajahnya yang cantik. Ternyata gadis ini juga sangat pintar. Ditambah lagi dengan pandai berbisnis. “tante, apakah Denis sudah punya kekasih? Sampai dia begitu cueknya?” tanya Lili. Tentu saja Denis masih sendiri karena selama ini tidak pernah mengenalkan sang kekasih kepada orang tuanya. “Tidak, Lili. Dia hanya sedang dalam keadaan suasana hati yang buruk. Tapi percayalah dia bukan orang sembarangan dan memang pantas buat kamu. Denis itu juga seorang pengusaha, sayangnya dia tidak pernah ada waktu buat Tante,” kata Laras yang mencari perhatian pada keluarga ini. Lili adalah anak yang memang sangat pintar. Tapi sayangnya melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak peduli itu adalah cara yang licik, asal apa yang dia inginkan bisa dia dapatkan. Begitulah yang dia inginkan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD