Bagian 2 : ATKIN MARLIN

2332 Words
Malam pun sudah larut, Biya segera mengganti pakaiannya dan bergegas pulang ke rumah. "Malam ini dingin sekali.. " Gumam Biya, Biya pun memakai jaketnya, digerainya rambut sebahunya yang berwarna hitam. Biya berjalan menyusuri jalanan yang sepi, lampu - lampu jalan yang minim pencahayaannya, serta angin yang berhembus sedikit kencang dari biasanya. Malam yang gelap pun terlihat mendung, daun - daun kering tertiup angin berterbangan menyapu jalanan. Biya menggosok - gosokkan kedua telapak tangannya. "Dingin.. Apa akan turun hujan? Aku tak membawa payung hari ini" "Akhh.. " Biya terkejut, tiba - tiba sebuah mobil hitam melaju dengan cepat disampingnya. Biya belum sempat berlari, dia hanya berdiri tegang ditempatnya. Mobil itu hampir saja menabrak Biya. Biya pun menyingkir ke tepi jalan. Terlihat mobil itu berhenti. Pemiliknya pun turun menghampiri Biya. Dia seorang pria berbadan tinggi, dia memakai kemeja dan celana hitam seperti sepulang dari bekerja, dia nampak lusuh dan berantakan, Dia berjalan perlahan sedikit sempoyongan. "Apa anda terluka?" "Ah tidak, hanya terkejut saja" "Maafkan saya.. " "Tak apa" Pria itu tiba - tiba maju selangkah didepan Biya. Pria itu melihat wajah Biya, dia memperhatikan rambut dan bentuk wajah Biya, pandangannya sedikit kabur dan buram karena mabuk, dia berusaha menghafal bagaimana rupa Biya. "Nona, siapa nama anda?" Tanya pria itu, namun ketika orang itu bertanya Biya justru mencium bau alkohol dari mulutnya. "Anda sedang mabuk?" Pria itu tiba-tiba berpegangan di lengan Biya karena merasa pusing. "Anda tidak apa - apa tuan?" "Ah tidak apa - apa, siapa nama anda?" Pria itu berusaha berdiri sendiri sambil memengang kepalanya. "Nama saya.." belum sempat Biya melanjutkan pembicaraannya tiba - tiba genggaman tangan pria itu semakin kuat, seperti akan jatuh pingsan. "Anda semakin sempoyongan tuan"ucap Biya sedikit panik, dalam keadaan sempoyongan ya pria itu kembali memperhatikan wajah Biya. Pria itu semakin penasaran dengan wajah teduh Biya. "Brukkk.. " "Tuan..!" Pria itu pun jatuh pingsan, Biya panik sekarang. Biya menoleh kesana kemari namun tidak ada orang yang lalu lalang. Dengan terpaksa Biya pun mengantar pria itu pulang kerumahnya. "Dompet!" Terlintas satu petunjuk yang dapat membawanya ke sebuah keaddan yang lebih baik. Dengan dompet milik pria itu Biya dapat mengatasi masalahnya sekarang. Biya hanya butuh alamat pria itu dan mencarinya. Akhirnya Biya pun bergegas mencari dompet milik pria itu dikantong celananya. Setelah ketemu dompet tersebut, Biya langsung tertuju pada kunci mobil. Segera Biya juga mencari dimana kunci mobil pria itu. Biya terus mencari-cari namun tidak ketemu. "Aduh dimana kuncinya?" Biya mencari dikantong celana pria itu namun tidak ada. Biya hampir putus asa. Jika dia tidak menemukan kunci mobil pria itu, terpaksa Biya harus membawa pria itu ke rumahnya. Tampak sebuah benda berkilauan di atas jalan. Biya pun memikirkan itu adalah benda yang dia cari. Segera Biya melihat benda itu dari dekat. Dan benar itu kunci mobil pria itu. Segera Biya membuka pintu mobil itu. Setelah membuka pintu mobilnya, Biya langsung membopong pria itu kedalam mobil. Perlahan Biya membopong pria itu. Cukup berat namun Biya masih bisa membawanya kedalam mobil. Setelah pria itu berhasil dimasukkan kedalam mobil, Biya langsung memasang seatbelt yang akan dipakai pria itu. Biya melihat jam dipergelangan tangannya. Biya menghela nafas panjang, ternyata sudah selarut ini dan dia masih belum pulang. Namun sudah hampir setengah jalan dia membantu pria mabuk itu. Biya pun memutuskan mberitahu kakaknya jika dia pulang terlambat karena sedang menolong seseorang yang kecelakaan. Selesai memberitahu kakaknya, Biya pun pergi ke rumah pria itu. Biya melihat kartu tanda pengenal pria itu. Pria itu bernama Atkin Marlin, pria berusia 29 tahun. Dia tinggal di kota Jersey. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Dia pria yang tidak terlalu gila kerja namun dia memiliki banyak perusahaan. Biya mengerutkan dahi ketika membaca bio yang terkesan aneh baginya. Biya menoleh ke wajah pria itu. "Orangnya saja aneh, sayang wajahnya yang tampan itu jika orangnya aneh.. " ucap Biya liirih sambil menyalakan mobil. Setelah Biya mengetahui identitas dan alamat pria itu Biya pun segera berangkat menuju ke rumah pria itu. Setelah 30 menit, akhirnya Biya pun sampai, "Apa benar ini rumahnya?" Gumam Biya, Biya sedikit ragu namun almatnya sama dengan alamat yang berada di dompet pria itu. Untuk memastikan akhirnya Biya pun turun dari mobil dan bertanya ke satpam yang berjaga dirumah itu. "Selamat malam, permisi pak, apa benar ini rumah Atkin Marlin? " "Benar, maaf ada keperluan apa?" "Begini pak, didalam mobil ada tuan Marlin, dia sedang pingsan, beliau hampir menabrak saya dijalan karena mabuk" jelas Biya, satpam itu pun langsung berlari kearah mobil dan mengintip dari jendela luar mobil. "Benar itu tuan Atkin. Terima kasih sudah mengantar pulang. Maaf, pasti merepotkan apalagi anda seorang perempuan. Kalau boleh tahu, anda hampir tertabarak dimana nona? Imbuh satpam itu, "Di jalan Flambo, kebetulan waktu itu saya sedang dalam perjalanan pulang kerja jalan kaki, lalu tiba-tiba mobil tuan Atkin datang dan hampir menabrak saya" "Hmmm. Maafkan kecerobohan tuan saya nyonya. Boleh saya minta kartu namanya?" "Tak apa. Semoga lain kali dia bisa berhati-hati lagi dalam berkendara" ucap Biya sambil memberikan satu lembar kartu namanya, "Akan saya sampaikan pesan anda nona. Terima kasih. Nanti juga saya sampaikan kartu nama anda ke tuan Marlin sebagai bentuk tanggung jawab kepada nona" Ucap satpam itu dan dibalas senyum oleh Biya, "Sama - sama saya permisi" Biya pun naik taksi yang dipesankan oleh satpam itu dan segera pulang ke rumahnya. "Hah.." Biya menghela nafas panjang. Dia menghempaskan badannya diatas kursi taksi. "Untung aku tadi tidak jadi tertabrak" Gumam Biya, "Jalan pak.. " imbuh Biya, "Iya non.. " Taksi pun melaju. Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Biya menyusuri jalanan - jalanan yang asing baginya. Rumah pria itu ternyata jauh dari tengah kota. Sepanjang Biya meninggalkan rumah Atkin, Biya terus memperhatikan bagaimana megahnya rumah Atkin. Namun lagi-lagi ada rasa kesal yang membuat Biya beranggapan jika Atkin adalah pria aneh yang datang tiba-tiba dan membuat masalah untuknya. "Dasar.. Pria yang aneh.. " Batin Biya, 1 jam berlalu, akhirnya Biya pun sampai dirumahnya tepat pukul 1 malam. "Terima kasih pak.. " "Sama - sama.. " Biya pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Terlihat Hasan sedang duduk dan melihat televisi. Biya pun menghampiri Hasan dan duduk disampingnya. "Hah.. Capek.. " Biya meletakkan kepalanya di pundak Hasan. "Pijitin kepalaku dong mas.. Pusing rasanya" "Bagaimana orang yang kamu tolong tadi?" Ucap Hasan sambil memijit kepala Biya. "Sudah ku antarkan ke rumahnya.. hampir saja aku tertabrak tadi. Dia berkendara dan sedang mabuk. Pria itu aneh sekali. Bisa-bisanya membahayakan dirinya sendiri. Dia ceroboh sekali kalau yang dia lakukan juga akan merugikan orang lain, contohnya aku tadi.. " jelas Biya namun terkesan mengomel dan melampiaskan kekesalannya kepada Hasan. Hasan pun hanya menghela nafasnya. "Kau juga kadang masih seperti itu, sekarang tahu rasanya bagaimana.. " Biya pun langsung menoleh melihat Hasan. "Dan lebih merepotkan dari orang itu" imbuh Hasan menggoda adiknya, "Apaan sih mas.. Aku hanya memintamu memijit kepalaku, kau bilang merepotkan?" Biya memutar kedua bola matanya. Hasan mengusap - usap rambut Biya. "Kau memang merepotkan, mangkanya aku selalu mengkhawatirkanmu.. " "Apaan sih" Hasan menggigit tangan Biya. "Akh.. sakit" "Hehe.. Kau harus menjaga dirimu Bi" "Kau tak ingat umurku sekarang 24 tahun.. " Hasan mengangkat salah satu alisnya. "Lalu..?" "Kau menyebalkan sekali.." "Haha.. Aku tidak tertarik dengan penjelasanmu" "Apa sih.. " Biya pun langsung memeluk kakaknya dan Hasan melanjutkan memijit kepala Biya. Mereka berdua bercanda sambil menonton televisi. *** Pagi yang cerah untuk mengawali hari ini. Cuaca mendung tadi malam tidak membuat awan menurunkan hujannya. Tetapi Biya tetap membawa payung untuk berjaga - jaga. Hari ini Biya memakai kaos panjang dan jeans birunya, rambutnya digerai kebelakang, ditambah make up yang menghiasi wajahnya. Tak lupa jaket untuk penghangat. Selesai sarapan Biya dan Hasan berangkat bekerja, mereka juga membawa bekal makan siang. Dengan mobil klasik Hasan, mereka menyusuri jalan raya. Sekarang masih sangat pagi, jalanan belum terlalu padat kendaraan. Mereka duduk sambil mendengarkan lagu kesukaan Biya. "Bi, siapa nama orang yang kamu tolong tadi malam?" "Emm.. Kalau aku tidak lupa namanya.. Atkin Marlin?" Jawab Biya ragu, "Ya! Atkin Marlin" "Hem.." "Kenapa mas?" "Tidak apa - apa" "Huft hobi sekali membuat orang penasaran" Biya pun kembali menikmati lagu yang sedari tadi dia dengarkan didalam mobil. 20 menit berlalu, Biya pun sampai didepan cafenya. "Dah mas.. Hati - hati.. " Setelah Biya berpamitan, Hasan pun langsung melajukan mobilnya menuju tempat kerjanya,Terlihat jalanan disekitar cafe sedang dibersihkan, petugas kebersihan kota lah yang setiap hari membersihkannya, tidak luput tumbuhan-tumbuhannya juga dirawat. Biya melihat jam tangannya masih pukul 6.30 pagi. "Selamat pagi.. Eh!" Biya melihat seseorang yang tidak asing, dia sedang duduk bersama Sifa. "Bi...! Sini.. " Sifa melambaikan tangannya. Dari pintu cafe terlihat postur badan yang tidak asing diingatan Biya. Walaupun posisinya membelakangi Biya, Biya dapat mengenalinya walaupun masih dengan pemikiran menduga-duga. Akhirnya dengan rasa penasaran Biya pun berjalan ke tempat Sifa berada. Ketika sampai ditempat Sifa berada, tiba-tiba orang itu menoleh kearah Biya dan tersenyum. "A, Anda?" Ucap Biya terkejut, "Selamat pagi. Apa anda yang tadi malam menolong saya?" Benar saja, yang diduga Biya ketika berada diambang pintu adalah Atkin. Namun Biya masih tidak begitu yakin dengan dugaannya. Tetapi ketika melihat bahwa yang datang benar Atkin Biya terkejut. "Duduk dulu Bi.. " ucap Sifa, Biya masih terkejut dengan kedatangan Atkin ke cafenya. Biya sampai tidak sadar jika dirinya berdiri terdiam sambil memasang wajah terkejut. Biya pun duduk disamping Sifa. Biya terkejut dengan kedatangan seseorang ini, Biya tak percaya akan lagi secepatnya ini. "Tu, tuan Marlin.. " "Nona masih mengingat nama saya?" Atkin tersenyum. "Ah saya pasti mengingatnya tuan" "Panggil Atkin saja, Oh iya, saya mau berterima kasih karena anda sudah menolong saya tadi malam" Imbuh Atkin, Biya melongo karena masih terkejut dan tidak percaya. Sifa pun menyenggol siku Biya. Biya menoleh ke Sifa. "Kenapa?" "Dia sedang berbicara Bi.. " Sifa tersenyum kepada Atkin. "Ah, iya.. Sama - sama tuan"Biya tersenyum kepada Atkin. "Maafkan teman saya tuan, dia masih tidak fokus berbicara karena terkejut dengan kedatangan anda" Ucap Sifa, "Maafkan saya nona, kedatangan saya membuat anda terkejut" Ucap Atkin merasa tidak enak, "Eh, tidak apa- apa.. tuan tidak perlu minta maaf" Sifa menyenggol siku Biya kembali dan berbisik kepadanya. "Bi, aku tinggal ya, kalian berdua disini saja" Bisik Sifa sambil memainkan kedua alisnya, "Tapi Fa.. " Belum sempat Biya melanjutkan bicaranya, Sifa sudah memotong duluan. Biya menunduk dan menutupi wajahnya karena malu. "Astaga Fa.. Kamu apa - apaan sih.. " Batin Biya, "Tuan.. Bisakah saya tinggal ke belakang sebentar? Silahkan dilanjutkan saja bicaranya" Ucap Sifa dengan senyum ramahnya, "Apa aku mengganggu pekerjaan kalian?" "Ah tidak tuan, cafe baru buka 1 jam lagi, kebetulan tadi saya memang sedang meninggalkan pekerjaan dibelakang" "Ah baiklah, terima kasih nona Sifa atas waktu anda" "Sama - sama tuan" Sifa tersenyum. Biya menahan lengan Sifa yang akan bergerak pergi. "Fa, disini saja.. " Ucap Biya lirih, "Kamu ini bagaimana, kalian berbicara saja berdua.. " Ucap Sifa lirih, "Tapi Fa.. " Biya mulai cemberut. "Nanti suasananya menjadi canggung bagaimana?" Imbuh Biya mulai salah tingkah, "Tenang Bi.. Jangan salah tingkah seperti itu hehe" "Dia itu orang penting Fa.. bagaimana bisa aku tidak salah tingkah? " "Tak apa, anggap saja dia seperti Luis pfft.." "Jangan bercanda begitu ah! tetap disini saja.. oke?" "Sudahlah Bi, tak apa.. " Sifa memotong pembicaraannya dengan Biya dan segera meninggalkannya. "Tuan, saya titip Biya ya, permisi.." Ucap Sifa tersenyum, "Ah baik nona, tenang saja saya akan menjaganya" Terukir senyum kebahagiaan dibibir Atkin. Sifa tersenyum masam kepada Biya sambil berjalan ke dapur. "Eh, tidak perlu menggubris yang dia katakan tuan, dia hanya bercanda" Ucap Biya semakin salah tingkah, "Ah Sifa menyebalkan sekali.. " Batin Biya, *** Suasana canggung mulai terasa ditengah - tengah perbincangan mereka. "Nama anda Biya Fika?" "Ah iya tuan.. " Biya terkaget dari lamunannya. "Panggilnya Biya saja sudah cukup" Imbuh Biya tersenyum, Atkin tersenyum. "Maaf mungkin anda masih bertanya - tanya kenapa tiba - tiba saya berada disini" Ucap Atkin, Atkin mengeluarkan kartu nama Biya dan membolak baliknya. "Saya membaca kartu nama anda" Imbuhnya, "Ummm.. Anda bekerja disini, jadi.. saya pikir saya bisa menemukan anda disini?" Lagi - lagi Biya melongo, saat sadar Atkin sudah selesai berbicara, Biya menjawab dengan terkejut. "Ah iya saya lupa sudah memberikan kartu nama, saya memang bekerja disini dan.. tidak perlu meminta maaf Atkin, saya hanya terkejut tadi" Biya tersenyum. Atkin pun tersenyum ketika Biya menjelaskannya, mata Atkin tidak lepas dari wajah Biya. "Biya, terima kasih sudah menolong saya tadi malam. Astaga.. Pasti sangat merepotkan anda, anda sampai mengantar saya ke rumah, maafkan saya Biya.. " Ucap Atkin merasa sangat menyedihkan, "Ah tak apa Atkin, saya tidak keberatan kok, waktu itu sangat urgent bukan? anda pasti mengerti, Semua orang akan melakukan hal yang sama" Biya tersenyum kembali. "Anda sudah melihat wajah buruk saya tadi malam" Atkin menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena merasa malu. "Eh, Tak apa tuan, semua orang punya filthy shadenya masing - masing bukan? Termasuk aku juga pasti punya" "Apa anda merasa saya ini orang yang aneh?" Pertanyaan Atkin kali ini membuat Biya terdiam. Dalam hati Biya menjawab sangat aneh namun Biya tidak mungkin berkata seperti itu. Atkin juga terlihat sudah menyesali perbuatannya dan sudah meminta maaf kepadanya. "Ah, tentu tidak, kenapa anda berpikir begitu?" "Saya pikir anda memandang saya buruk karena waktu itu saya dalam keadaan mabuk" "Ah, anda berlebihan, setiap orang punya cara mengekspresikan dirinya itu berbeda - beda, tidak bisa menyalahkannya" "Apa anda tidak takut tiba - tiba bertemu pria mabuk malam - malam?" "Kalau pria mabuk berwajah lembut dan memelas seperti anda saya malah kasihan" seketika Atkin tertawa mendengarnya. "Memang saya tidak cocok dalam hal minuman, alkohol dan sejenisnya, menurutmu begitu Bi?" Biya sedikit tertawa namun masih ditahan karena bingung dengan apa yang Atkin katakan. Atkin berpikir Biya mempunyai sisi lain yang membuatnya penasaran. Atkin terus memandangi wajah Biya. "Hehe yang saya lihat anda orang yang baik namun juga terlihat sedikit bandel" "Kamu pikir aku anak-anak karena bandel?" Atkin dibuat tertawa oleh pendapat Biya tentang dirinya, "Bi, bisakah kita berteman?" "Ah kenapa?" Ucap Biya terkejut, "Bisakah kita berteman baik?" Ucap Atkin tersenyum, "Oh bisa kok, yah bisa.. " Biya membalas senyumnya. Atkin memajukan wajahnya sedikit ke wajah Biya. "Terima kasih.. " Ucapnya lirih sambil tersenyum, Biya pun membalas senyumnya canggung. "Kalau begitu saya pergi dulu" Ucap Atkin segera berdiri, "Oh ya! Selamat berkerja" Ucap Atkin tersenyum, Biya hanya bisa membalas dengan senyuman canggungnya. Pria dengan badan tegap dan tinggi itu pergi meninggalkan Biya, wajahnya yang lembut terlihat seperti pria yang baik, namun tatapan matanya yang tajam itu sukses membuat jantung Biya berdegup kencang. "Astaga.. Astaga.. tatapannya membuatku tidak bisa bernafas. Memang aneh pria itu" Biya pun menarik nafasnya berkali - kali. Biya merasa sesak karena tatapan itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD