3. Tasya

1651 Words
Mungkinkah jika aku berhasil memilikimu? Sedangkan kau saja hanya menganggapku sebagai semu semata. . . . Jessica Kandita Ocean Terik matahari berhasil menusuk kulit gadis yang tengah berlari kecil di lapangan basket, tak lupa juga dengan tatapan orang-orang disekitarnya yang sedang menontonnya di hukum. Ia tak memperdulikan tatapan itu, atau bahkan memperdulikan panas matahari yang bisa membuat kulit putihnya menghitam. Yang ia pedulikan saat ini adalah kondisi tubuhnya yang ingin ambruk lantaran tidak sarapan tadi pagi. Padahal Jessica sempat menghampiri Adel dan membawakan Adel minuman, tapi gadis itu menolak mentah-mentah pemberian dari Jessica. Mati-matian Adel menopang tubuhnya agar tidak ambruk, ia mencoba berlari sekuat tenaga agar hukuman ini cepat selesai dan ia bisa beristirahat. "Ayo del, sedikit lagi, lo harus bisa" gumam Adel menyemangati dirinya sendiri. Rafa, penyebab semua itu hanya diam berdiru di koridor kelas 12. Menatap datar kearah Adel. Dalam hatinya dia tidak merasa kasihan sedikitpun, anggap saja itu balasan atas sikapnya yang kasar terhadap Jessica. "Raf, lo gak kasian sama dia?" Tutur Jeko yang saat ini tengah berdiri disamping Rafa. "Tau tuh, pacar sendiri masa lo tega?" Mendengar ucapan Yoga seketika itu Rafa berdecih sinis. "Pacar? Sejak kapan gue nganggep dia?" Yoga membuang napas kasar. "Kalo lo nggak pernah nganggep dia, seenggaknya jangan sakitin dia raf" kata Jeko tanpa menatap Rafa, matanya masih menatap Adel yang sedang berlari kecil memutari lapangan. "Cewek setan kayak dia pantes buat disakitin" "Tapi cara lo ini udah kelewat batas man, lo gak takut dia kenapa-napa? Bisa aja dia depresi loh" Ujar Yoga memperingati. "Gak ada urusannya sama gue" setelah berucap seperti itu Rafa pergi. Yoga dan Jeko hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sohibnya yang satu itu, entah apa yang membuat Rafa memperlakukan Adel dengan keji, mungkin ini ada sangkut pautnya dengan perlakuan buruk Adel ke Jessica yang notabenya adalah wanita yang di cintai oleh Rafa. ??? Jessica sudah menghampiri Adel berkali-kali, menyuruh gadis itu untuk segera beristirahat. Namun kedatangannya malah membuat Adel emosi dan berakhir dengan pengusiran secara kasar. Tubuhnya sudah mulai melemah, tapi Adel tetap meneruskan laju larinya yang tinggal sedikit lagi, ia bukan cewek lemah seperti Jessica, ingat itu. "Ayo, dikit lagi ini udah hampir selesai" Ujar Adel pada dirinya sendiri. Tak dapat dipungkiri, Tubuh Adel melemas seketika, tapi gadis itu masih terus berlari dengan jalannya yang terseok-seok, hampir beberapa langkah lagi dan ia akan selsai dari hukuman yang menyiksa ini. FINISH!!!! Teriak Adel dalam hati. Gadis itu berjalan dengan cepat meninggalkan lapangan sebelum ada orang yang melihat dirinya pingsan. Brukk Sial, ada yang menabrak Adel saat ini, ah.. bokongnya sungguh sangat sakit. Bukannya menolong Adel yang masih tersungkur, tapi sang pelaku hanya menatap Adel datar. "Udah selesai lo?" Tanya Rafa. Adel mengangguk, lalu segera berjalan cepat kearah taman belakang sekolah, mengabaikan tatapan bingung dari Rafa. Sreet Bruuk!!! Kali ini Adel membiarkan tubuh lunglai nya menyentuh hijaunya rumput belakang sekolah. Dia sudah tidak kuat dengan hukuman tadi, ingin pingsan, tapi gadis itu takut jika ada yang melihatnya, ia tidak ingin dibilang lemah oleh orang lain. Hanya itu. Perlahan pandangan Adel menggelap, gadis itu bisa merasakan keringanan sekarang. 30 Menit Kemudian... Perlahan Adel membuka matanya, menatap sekitar, lalu mengehela napas lega. Syukurlah jika tidak ada yang melihatnya pingsan tadi. Adel menepuk-nepuk rok bagian belakangnya yang kotor, lalu segera beranjak dari taman belakang, tapi... ia merasakan sesuatu yang aneh, gadis itu merasakan ada yang mengawasinya sejak tadi. Perlahan Adel menoleh ke belakang, dan benar saja, di belakangnya saat ini ada seorang cowok yang sedang berdiri, menatapnya dengan tatapan datar. "Lo dari tadi merhatiin gu-----" Deg Ucapan Adel terhenti kala melihat sepatu yang dipakai cowok itu tidak menyentuh tanah sama sekali, lebih tepatnya melayang. Huaaaaa tuhaaaaan, tolongin Adeeeel batin gadis itu menjerit. Adel melihat tubuh cowok itu dari atas sampe bawah, keringat dingin sudah membasahi kepala Adel dari tadi, kakinya tak bisa dibuat berlari, bibirnya seakan-akan kelu untuk mengatakan sesuatu. Adel melihat wajah cowok itu, pelan tapi pasti, cowok itu terus menyunggingkan senyumannya hingga ke telinga, memperlihatkan bibir sobeknya yang sangat-sangat lebar dan penuh darah. Adel tak bisa berkata-kata lagi, ia memang cewek kuat dan pemberani, tapi untuk bertemu makhluk seperti ini, Adel ingin angkat tangan saja di depan kamera. Ternyata rumor taman belakang sekolah yang katanya ada penunggunya itu bukan gosip yang bisa diabaikan. Adel mengalaminya sekarang. Brukk!! Adel pingsan lagi. ??? Bau obat-obatan tercium pada indra Adel, gadis itu langsung membuka matanya, menatap nyalang pada setiap inci ruangan yang ia tempati sekarang, takut jika makhluk itu mengikutinya. "Syukur deh kalo kak Adel udah sadar" Ujar Jessica yang menghampiri Adel. "Gue dimana ini?" "Kakak di UKS, tadi kak Rafa nemuin kakak pingsan di taman belakang, trus kak Adel di gendong kesini sama Kak Rafa" jelas gadis itu, membuat Adel hanya mengangguk sekilas. Ceklek Pintu UKS terbuka, menampilkan sosok Rafa yang berdiri disana sambil membawa sebotol minuman dingin. "Minum" Titah Rafa kepada Adel, Adel mengangguk. "Makasih" "Buat?" "Udah gendong gue kesini" "Dih, yang gendong lo siapa, yang ada gue seret lo dari taman belakang ke UKS" Bangsat Baru juga Adel terbang dengan pernyataan Jessica, tapi gadis itu seperti di hempas sejauh-jauhnya oleh Rafa, Dasar Jantan, semua sama saja. "Eh? Gue bisa bicara sama Adel berdua enggak? Ini soal kesehatan Adel" Ujar Tasya selaku anggota PMR yang kebetulan sedang menangani Adel saat ini. "Kenapa harus berdua kak?" "Bicara aja, lagian Adel sakit apa sih? Gak mungkin ada pergeseran otak kan?" Ceplos Rafa. Duh, Adel jadi ingin merobek mulut seksi milik Rafa, bisa-bisanya Rafa berbicara seperti itu di depannya. "Adel punya jantung yang lemah, dia gak bisa di kagetin atau disuruh lari dengan cepat, ya.. jogging termasuk sih sebenarnya" Jelas Tasya. Jessica menatap tajam Rafa. "Ini gara-gara kak Rafa" "Kok jadi aku sih beb" "Ihhh, disini yang jadi pacarnya kak Rafa itu Kak Adel, bukan Ica, kok kakak manggil Ica beb sih" "Suka-suka aku lah, orang aku cintanya sama kamu, tapi karena ada orang ketiga, hubungan kita jadi terhalang deh" Adel paham dengan sindiran itu, sangat-sangat paham. Dia juga benci kepada kedua orang yang ada di hadapannya saat ini, karena mengumbar keuwuan di sembarang tempat. Jujur, Jessica lebih pantas mendapatkan Rafa daripada dirinya. Setidaknya Jessica jauh lebih baik daripada Adel. "Jangan pacaran di depan gue" ujar Adel datar. "Cemburu bilang" Apa-apaan Rafa ini, huh dasar cowok minim kepekaan, jelas-jelas yang jadi pacarnya itu Adel, tapi kenapa yang dipilih malah Jessica, oke, Adel mencoret Rafa sebagai calon imam idaman dari list jodohnya. "Ck, bacot" sinis Adel. "Kak, Ica ke kelas dulu ya, nanti kalo kak Adel butuh Ica, panggil aj---" "Gue gak BUTUH bantuan dari lo, pergi sana lo" usir Adel. Jessica hanya menanggapi sebagai senyuman, tak apa, ini sudah biasa baginya. Gadis mungil itu pergi, disusul Rafa yang berjalan dibelakangnya. Adel tersenyum kecil kearah Tasya. "Makasih ya" "Lo gak bisa bergantung sama obat itu terus del" "Gak bisa sya, gue udah bener-bener gak bisa pisah sama obat itu" Gumam Adel lirih. "Lo harus ke Psikiater del" "Gak perlu" "Adel lo itu harus sembuh" "Gak ada yang menginginkan gue di dunia ini sya, buat apa gue sembuh?" "Del, lo jangan kayak gini dong" ujar Tasya khawatir, Adel hanya terkekeh pelan, menurutnya Tasya ini sangat hiperbola terhadap sesuatu. Tasya mengangkat wajahnya. Ia tak kuasa menahan tangis. Dia tau seperti apa Adel. Adel yang selalu sendiri. Adel yang kurang kasih sayang orang tua. Adel yang dibenci oleh banyak orang. Dan parahnya lagi dibenci seseorang yang begitu Adel cintai. Tasya tau semuanya walaupun gadis itu sama sekali tak pernah bercerita. "Siapa bilang nggak ada orang yang menginginkan lo hidup del? Gue, gue mau lo tetep bertahan, gue mau lo harus sembuh" kata Tasya dengan sungguh-sungguh. Adel tertawa. "Lo gak benci sama gue?" Tasta menggeleng. "Biarpun lo selalu dingin ke semua orang, tapi lo itu orang baik del, gue tau itu" "Gue Jahat sya" "Gue nggak peduli kalo pun lo jahat. Yang penting gue mau jadi sahabat lo dan gue maksa lo buat ke dokter supaya cepet sembuh, titik!!" "Lo gak nyesel sahabatan sama gue?" "Dih, kenapa gue nyesel? Pokonya ya del, lo harus mau jadi sahabat gue, kagak ada tapi-tapian" Adel terkekeh geli. "Iya iya gue mau, ih bawel deh lo" "Tadi yang nyeret gue kesini beneran Rafa ya sya?" Tasya hanya berdehem sebagai jawaban, ia masih sibuk mengurusi surat dispensasi milik Adel. "Gue beneran di seret sya sama si Rafa?" "Dih kagak lah, tega bener si Rafa nyeret lo. Dia gendong lo tau, siap-siap jadi trending topik lo, jiakakaka" Adel terdiam, jadi... apa yang diucapkan Jessica tadi memang benar? Tapi kenapa Rafa harus berbohong untuk itu, ah ya.. mungkin Rafa tidak ingin Jessica sakit hati, ya, mungkin. Bodoh banget lo del, ngeharepin Rafa buat ngelakuin itu murni karena pikirannya sendiri, pasti disuruh sama Jessica. "Lo suka kan sama si Rafa?" "Yakali gue suka sama dia" sela Adel yang tidak sejalan dengan perasaannya. "Nggak usah ngelak, udah tau gue mah" "Lo... tau dari mana?" "Dari mata lo. Dari mata lo pas natap dia aja udah beda del" Adel mengangguk. "Gue bodoh banget kan? Ngeharepin orang yang jelas-jelas cuma nganggep gue sebagai bayangan" Tasya tersenyum kecil. "Gak ada yang bodoh dalam urusan cinta del, itu semua udah kehendak hati" Adel mengangkat wajahnya. "Gimana caranya supaya bisa ngelupain dia" "Sekuat apapun lo berusaha buat ngelupain dia, tetep aja gue yakin kalo lo emang gak bisa" tukas Tasya. "Kenapa gitu?" "Tanya hati lo" Adel tak bisa diginikan, ia tak mampu jika harus memecahkan teka-teki buatan Tasya. Walaupun otaknya diatas rata-rata, tapi tetap saja. Masa iya dia harus membedah dirinya dulu lalu bertanya pada hatinya? "Hati, kenapa gue gak bisa lupain Rafa?" Tanya Adel sembari memegang sisi perutnya yang bagian kanan. Ck, jika ada orang lain yang tau bahwa seorang Adelia Kartika Ocean mempunyai sisi ketololan yang war biasya hebatnya, pasti mereka akan langsung menertawakan gadis itu. _________________________________________ Double up nih. Btw gue masih nunggu vote sama komen kalian loh . . . 26 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD