Takut Tersaingi

1084 Words

“Itu! Lakukan saja sendiri. Saya lebih baik masak di dapur. Permisi.” Kara mengentakkan kaki, keluar dari kamar. Frank tercengang melihatnya. Dengan tampang bodoh, ia menoleh ke botol lotion yang baru saja membentur ototnya yang keras. “Kenapa dia marah? Memang inilah tahap yang harus dilakukan seusai mandi.” Sementara itu, Kara terus mendumel. Bahkan setibanya di dapur, ia tidak bisa berhenti mengomel. “Dia menuduh Ben genit, padahal dia sendiri m***m. Dasar tidak sadar diri!” Sejak malam itu, Kara selalu menatap Frank dengan raut curiga. Namun, pria itu sama sekali tidak terganggu. Ia masih terus memberi perintah, berpikir bahwa dirinya senang melihat gadis itu kesulitan. Padahal kenyataannya, hatinya tak tahan jika tidak melihat gadis itu semenit saja. Kamis siang, Kara sedang si

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD