Mabuk

1115 Words
"Tolong bantu aku. Tolong." Valery sudah kehilangan akal sehat. Entah mengapa keinginan itu tidak bisa dibendung. Ia menginginkan pria yang berada di dalam kamar bersamanya untuk menyentuh seluruh tubuhnya. Membawanya ke Nirwana. Bara mencoba untuk berfikir waras, mendorong tubuh Valery yang memeluknya erat. Namun, sesuatu di dalam dirinya menginginkan lebih dari sekedar pelukan. Lalu, Bara membawa Valery ke atas tempat tidur. Bara mulai meraba liar tubuh sintal Valery. Ia tidak dapat menolak keinginan wanita yang sama sekali tidak dikenal. Entah setan apa yang merasuki tubuh wanita itu, hingga tiba-tiba dia masuk ke dalam kamar hotel yang disewa oleh Bara untuk satu malam lalu meminta untuk dilayani. Valery mulai menggeliat saat merasakan milik Bara mulai menembus pertahannya. Otak sebelah kiri mulai bereaksi, ia mulai sadar apa yang dilakukan adalah suatu kebodohan. "Aku tidak jadi memakai jasamu! Tolong lepaskan aku!" Valery memberontak mencoba melepaskan diri dari kungkungan lelaki di atas tubuhnya, tetapi percuma karena Bara sudah diambang batas keinginan yang membuncah. Bara mengabaikan permintaan Valery begitu saja, hasratnya sudah menggebu ingin segera disalurkan. Semua yang dilakukan bukanlah keinginannya, tetapi atas paksaan Valery. Valery tidak bisa berkutik saat Bara mulai menekan bagian bawah hingga menembus pertahannya. Ia menjerit merasakan sakit teramat sangat di bagian inti tubuh. Bara semakin menggila ketika merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Valery sangat istimewa baginya. Valery meringis merasakan sakit, terlebih saat Bara mulai memacu dengan ritme cepat. Suara teriakan Valery dibungkam dengan kecupan panas dari bibir Bara. Bara menyapu bibir Valery dengan lembut kemudian penuh hasrat, melumatnya rakus hingga Valery kehabisan nafas. Valery menyadari apa yang dilakukan adalah kesalahan fatal. Terlintas dalam ingatan tentang awal dari semua ini, yang seharusnya tidak pernah terjadi. Malam ini adalah malam terburuk bagi Valery. Dia dikhianati oleh kekasihnya. Ia melihat kekasihnya sedang bermesraan di dalam kamar hotel. Ide gila terlintas. Untuk membalas sakit hatinya, ia memesan seorang laki-laki bayaran dan ingin melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jarvis. Namun sekarang, ia menyesali kebodohannya itu. *** Valery membuka mata lebar lalu menyapu pandang ke seluruh ruang kamar hotel. Ia merasakan perih dan sakit di bagian bawah tubuh. Kedua mata membulat sempurna saat mendapati tubuhnya tidak memakai sehelai benang pun. Rasa sakit di bagian inti tubuhnya semakin terasa ketika ia ingin menurunkan kaki ke bawah tempat tidur. Tubuhnya terasa remuk. Lebih hancur lagi hatinya saat ia mengingat kejadian tadi malam. Akibat emosi sesaat ia melakukan hal gila, meminum alkohol dan menyewa lelaki bayaran. Valery beringsut turun dari atas ranjang, takut membangunkan lelaki di sampingnya. Dia tidak berniat sama untuk melihat wajah lelaki yang memunggunginya. Dilihat dari postur tubuh, kulit putih dan rambut hitam yang wangi. Valery sudah dapat membayangkan kalau wajah lelaki itu sangat tampan, tetapi sayang ... pekerjaannya hanya sebagai seorang Gigolo. "Aku menyesal. Tapi semua sudah terjadi. Ini bayaran untukmu," ucap Valery mengeluarkan uang dari dalam dompet, meletakkannya di atas nakas. Ia melangkah perlahan lalu mengambil pakaian yang teronggok di atas lantai, kemudian berlari kecil keluar dari kamar hotel setelah selesai memakai pakaiannya. Valery tidak ingin berurusan lagi dengan lelaki bayaran itu. Dia akan melupakan kejadian tadi malam. Semua adalah aib baginya. Dia tidak ingin ada yang tahu kalau dia sudah memberikan kehormatannya pada lelaki sewaan. "Jarvis! Aku tidak akan melupakan semua yang kamu lakukan padaku! Dasar penghianat!" teriak Valery setelah berada di dalam mobilnya. Semua berawal dari Jarvis. Andai saja kekasihnya tidak berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dia tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti semalam. Terlebih, dia tidak tahu apakah lelaki sewaannya bersih dari penyakit atau tidak. Kini, kekhawatiran mulai menghantuinya. Valery melajukan mobil menuju rumah sakit. Ingin memeriksakan diri, terutama bagian inti tubuhnya yang terasa koyak, sakit, perih, hingga membuat jalannya tertatih. "Sial! Apa mungkin lelaki itu memiliki penyakit ... ?" gumam Valery mulai dihantui perasaan takut. *** Bara berusaha membuka mata saat menyadari tidurnya terlalu pulas. Kedua mata yang masih terasa sepet harus dipaksa terbuka, karena hari ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan Klien penting. Kepalanya terasa sakit efek minuman beralkohol yang diminumnya semalam. "Ah, sial. Aku mabuk berat semalam," gumamnya melihat ke bagian bawah tubuh. Ia terhenyak kaget saat mendapati dirinya tidak memakai benang sehelai pun. Kilasan tentang kejadian semalam terlintas samar-samar, suara desahan dan lenguhan juga masih terngiang di telinga. "Apa yang aku lakukan semalam?" Bara mencoba mengingat kejadian itu, tetapi semakin dipaksa ... otaknya semakin sulit untuk diandalkan. Ia menurunkan kedua kaki ke bawah ranjang lalu melihat ke belakang, ada bercak merah di atas seprai sisa dari pergumulan yang dilakukannya entah dengan siapa. Dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa wanita yang melewati malam panas dengannya. Bara memukul kepalanya berkali-kali, menarik rambut dengan frustasi. "Bodoh!" umpatnya. Ia telah melakukan kesalahan fatal, kalau sampai wanita itu memanfaatkan kejadian semalam, karirnya yang tengah naik pesat bisa hancur berantakan. Dia juga takut pertunangannya dengan Eleryn, yang akan dilakukan tiga bulan lagi, gagal. Dia tidak akan membiarkan wanita itu memanfaatkan dirinya, dan menyebar berita murahan. Dia yakin wanita yang datang ke kamarnya adalah orang suruhan dari beberapa saingan bisnis. Bara mengambil ponsel di atas nakas. Ia terhenyak ke-dua mata membulat sempurna saat melihat ada lembaran uang di bawah benda pipih berwarna hitam tersebut. Bara menatap bingung. Mencoba mengingat lagi kejadian semalam, tetapi otaknya tidak bisa diandalkan. Melihat ada satu pesan masuk ke ponselnya. [Pak meeting hari ini ditunda sampai jam dua siang. Klien penting kita meminta meeting dilakukan di restoran Frizee.] Pesan dari sekretaris cantiknya. Bara menghela nafas panjang lalu mengabaikan pesan itu. Menatap jam di dinding kamar. Paling tidak, dia memiliki waktu untuk mengistirahatkan otak sebelum kembali berkutat dengan laptop di ruang kerja. Bara mengangkat sebelah alisnya saat melihat ada selembar kertas di bawah uang, kemudian dia membaca tulisan di kertas itu. [Semoga uang dariku lebih dari cukup untuk membayar jasamu. Aku tidak ingin kamu memanfaatkan-ku hanya demi kepentingan pribadi! Tolong lupakan tentang kejadian semalam. Urusan kita sudah selesai. Aku memakai jasamu dan kamu menerima uangku] Seringai sinis terlukis di wajah tampannya, "Jasa? Bayaran? Hah? Jadi wanita semalam mengira kalau aku ini Gigolo? Sial!" Bara mencoba mengingat suara merdu wanita semalam yang sedikit terlintas, saat wanita itu meminta untuk dilayani dan … "Breng-sek! Jadi dia benar-benar menganggap-ku lelaki bayaran?" umpat Bara emosi. Amarahnya menyelimuti hati, tidak terima dengan penghinaan dari wanita yang entah siapa. Valery benar-benar sudah membangunkan macan tidur. Tanpa berfikir panjang. Bara memutuskan untuk bersiap-siap. Dia masih memiliki waktu sebelum meeting dilakukan. Ya, dia akan mencari keberadaan Valery yang telah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang CEO sukses. "Aku tidak membutuhkan uangmu! Wanita gila!" amuk Bara mengepalkan tinjuan ke samping. Bara menghubungi orang kepercayaannya untuk membantu mencari keberadaan Valery. Dia akan membungkam mulut wanita itu dengan uang yang lebih banyak! "Bantu aku mencari seseorang! Dia wanita, entah cantik atau tidak! Yang jelas, aku ingin memberinya pelajaran!" titah Bara pada Joan bodyguardnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD