Part 2 Semakin Jelas

598 Words
Aktivitas pertama saat kembali di kota kelahirannya adalah datang ke acara reuni SMA untuk  pertamakalinya semenjak lulus. Setidaknya dia masih mampu mengingat beberapa teman yang masih berhubungan dengannya via media sosial. "Lice.. sini" panggil 2 orang wanita yang sudah pasti sahabat Alice sewaktu SMA. Mereka langsung berpelukan saat itu, melepas rindu yang tidak tertahan. Melani teman Alice yang dulunya orang paling culun diantara mereka bertiga. Saat ini terlihat lebih modern dengan tampilan jauh berubah. "Kemana aja kamu.. koq baru nongol" ucap salah seorang lelaki. Yang dulunya pernah menjabat sebagai ketua kelas. Alice belum lupa karena saat itu dia juga menjabat sebagai wakil ketua kelas. Dan dengan cepat Alice juga memeluk laki-laki itu layaknya seorang sahabat. Tapi satu hal yang dia lupa, ini bukan luar negeri, dan mungkin akan aneh jika dia melakukan itu pada seorang laki-laki yang sudah lama tidak ia temui.Bagas diam membatu, ini pertama kali Alice memeluk tubuhnya. Jangankan itu, beberapa anak lain juga terkejut dengan apa yang dilakukan Alice pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu. Melani langsung menarik tangan sahabatnya "Alice kamu ngapain?" Dengan wajah tak berdosa alice menjawab "menyapa.. why?" "Ya ampun lice.. kalo kamu meluk dia kayak gitu, anak-anak ngira kalian jadian" Alice baru ingat itu, dia langsung menggigit bibir bawahnya saat kaget dan malu "sorry bagas.." "Sapaan bebas? Nothing" jawab bagas yang kemudian duduk Kemudian adita menceritakan tentang kehidupan bagas. Dimana laki laki itu sempat menikah setidaknya 3 tahun hingga akhirnya bercerai karena perselingkuhan yang dilakukan istrinya. "Sayang sekali.." jawab Alice yang menyayangkan apa yang terjadi dengan bagas. Mereka bersenang senang malam itu, ini pertamakalinya mereka berkumpul secara lengkap. _______ Albert menandatangani beberapa document penting. Ini sudah jam 9 malam, hampir semua pegawai sudah pulang sejak jam 7 malam. "Krek" pintunya terbuka Sekretarisnya masuk dengan membawa secangkir kopi. Albert tersenyum "kamu memang mengerti diriku" Gadis itu mendekat "siapa lagi yang lebih mengenalmu melebihi aku" Sekretarisnya sangat cantik, bertubuh seksi dengan tatanan make up natural dan lipstik cukup mencolok, bisa dikatakan menggoda bagi sebagian pria. Di tambah padanan rok pendek yang menonjolkan paha mulus miliknya. Gadis itu berdiri di depan kaca jendela sambil melihat pemandangan kota. Albert langsung melingkarkan tangannya di tubuh seksi itu. Tangan nakalnya terus membuka kancing kemeja yang dikenakan sekretarisnya. "Tok tok" suara ketukan pintu membuat mereka berdua terhenti. "Tok tok,... kak" Albert mengenal suara yang memanggilnya dari luar. Yang tak lain adiknya sendiri, ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa Alice akan datang ke kantor. Dengan kilat albert merapikan pakaian gloria dengan cepat. "Siapa?" Tanya gloria. "Adikku" Albert membuka pintu yang terkunci, Disana Alice memandang curiga ke arah gloria yang terburu-buru pergi dari ruangan. "Kakak lama buka pintunya.." "Emm... kenapa nggak bilang kalo mau kesini" sambil berusaha mengalihkan pertanyaan. Tapi Alice tau jika kakaknya sedang berusaha menghindar dari pertanyaan. "Emangnya harus bilang.. ?" Albert tersenyum sembari mengambil tas kerja untuk bersiap pulang. Alice mampir ke tempat kerja albert untuk sekalian pulang bersama, karena kebetulan tempat diadakannya reuni berada di gedung sebelah kantor albert. Namun Alice melihat noda itu. Noda merah yang terlihat seperti bekas bibir seorang wanita. Ditambah bekas memerah yang ada di leher albert semakin memperkuat dugaannya. "Wanita tadi siapa?" "Sekretarisku" sembari menyetir mobil. "Dia juga belum pulang?" "Belum.. kamu tau, bos dan sekretaris sangat dekat.." Alice tidak bodoh, Dia sudah cukup lama tinggal di luar negeri, negara yang lebih bebas. "Sangat... dekat hingga bisa memberi tanda disini" tangannya menyentuh area leher albert yang memerah. "Wah.. sepertinya aku.." "Terciduk" tambah Alice. Sebenarnya albert tidak sadar jika kancing baju yang dia pasang salah sehingga tinggi sebelah. Dan alice merasa risih akan hal itu. Tanpa insyarat alice langsung membuka kembali setidaknya 4 kancing yang salah. "Apa yang kamu lakuin" ucap albert yang tetap berusaha focus menyetir. Alice tidak menjawab dan hanya terus melakukan apa yang ingin dia lakukan. Tubuh albert merinding ketika tangan mungil itu tanpa sengaja menyentuh dadanya seakan hampir membuat hasratnya kembali datang.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD