Veronika

1492 Words
Perseteruan nenek-buyut keluarga kita, telah membuatku mengenalmu bahkan saling menikmati dalam keintiman. Tak bisakah kita bersatu? Atau aku harus merebutmu secara paksa? ---------------- Veronika --------------- Veronika tersenyum puas. Sesuai arahan keluarga besarnya berdasarkan penglihatan mereka bahwa Bramantyo Laksono memperlakukan istrinya bagaikan putri raja dan istrinya sudah sangat nyaman dengan perlakuan Bramantyo kepadanya, seketika akan hancur lebur saat tahu bahwa Bramantyo mempunyai anak dari wanita lain. Kehancuran rumah tangga adalah cikal bakal kehancuran kerajaan bisnisnya. Seperti itulah yang biasanya terjadi. Kini mereka sedang menunggu berita tentang kehancuran rumah tangga Bramantyo-Alisha. Bahkan demi berjaga-jaga, mereka memasang orang untuk memata-matai. Veronika sangat berharap kehancuran itu langsung terjadi agar dia tidak lama-lama berjauhan dengan putranya. Dia akan mengambil miliknya kembali dan merengkuh Bramantyo ke dalam pelukannya. Kenangan saat pertemuannya dengan Bramantyo masih membekas dan terus membayang di benaknya. Vero menjadi gelisah dan tanpa disadari, kenangan itu melahirkan obsesi yang semakin lama semakin kuat. Sentuhan-sentuhan lembut yang menelusuri inci demi inci di tubuhnya, begitu memabukkan, bahkan membuatnya sukar terpejam ditidur malam setelah kejadian itu. "Bram, kenapa bukan aku yang kau cintai?" keluh Vero tersendat. Sejak saat itu, mungkin hanya ia satu-satunya wanita yang begitu gencar mencari tahu tentang Bramantyo Laksono, Bahkan dirinya tahu jadwal kerja Bramantyo setelah berhasil menjadikan kaki tangannya bekerja pada staf sekretaris di kantor utama Bramantyo. Sayangnya, tidak ada kabar mengenai keretakan hubungan rumah tangga mereka. Bahkan mereka tampak harmonis di setiap acara yang diselenggarakan oleh kantor mereka maupun acara-acara rutin keluarga besar trah Laksono. Alisha dengan menggendong Dimas Laksono, selalu terlihat wira-wiri mendampingi suaminya tugas keluar negri maupun ke pulau bolo. Hal itu membuat Veronika geram, terutama keluarga besarnya. Bahkan kakeknya Veronika tampak putus asa. "Dimas sudah memasuki sekolah dasar, kamu masih saja belum berhasil memisahkan Bramantyo." hardik Zaher Orang Kaya Dato Utama, yang tak lain adalah kakek Veronika. Lelaki tua sebaya Catur Laksono itu, satu-satunya orang yang tidak bisa legowo atas perseteruan kedua orang tuanya dengan buyut dari Bramantyo Laksono. Perebutan lahan tambang yang lokasinya berbatasan dengan negara mereka, telah menghabiskan terlalu banyak dana hanya untuk menemui kegagalan. Cara-cara licik dari trah Laksono saat itu, diketahuinya dan sangat menyakitkan bagi mereka. Meskipun mereka masih mempunyai kekayaan yang sangat besar, tetap saja mereka tidak bisa menerimanya dengan mudah. Salah satu keturunan Laksono pernah menjalin hubungan dengan salah satu keturunan Zaher sampai mengandung. Tapi, keluarga Laksono tidak mengijinkan mereka untuk dinikahkan. Keluarga Laksono bertanggung jawab atas anak yang masih dalam kandungan tersebut dengan cara lain. Aib besar tidak terelakkan bagi keluarga Zaher. Baginya, perbuatan itu sangat tidak termaafkan. Kemarahan dan kebenciannya terhadap keluarga Laksono tumbuh subur sambil menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan keluarga Laksono, mereka sibuk merancang strategi hingga keputusan akhir yang disepakati bersama adalah membuat Veronika hamil oleh Bramantyo dan menyerahkan anaknya kepada Alisha. Disusunlah rencana tersebut dengan matang. Selanjutnya, rencana berhasil dengan gemilang, sampai di tangan Alisha. Namun, perkiraan mereka meleset. Alisha menyayangi dengan tulus anak dari hasil hubungan gelap suaminya, bahkan merawatnya dengan sangat baik, seperti merawat putra-putrinya sendiri. Sementara Veronika terlihat semakin hancur karena terobsesi oleh Bramantyo. Hal itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa Veronika bisa jatuh hati secara mendalam kepada Bramantyo. Alih-alih menegur Veronika, sang kakek justru meledek Vero setiap kali mereka bertemu dengan memanas-manasi cucunya itu. "Perempuan payah. Cuma Bramantyo saja tidak bisa kau dekati. Lalu apa yang kau pelajari selama ini, hah?" sembur Zaher seraya menatap dengan sorot meledek kepada Vero yang menunduk. Keadaan seperti itu terus terulang sampai pada umur Dimas menginjak delapan belas tahun, sang kakek tutup usia, membawa dendamnya ke liang kubur. Saat itulah Veronika mendapatkan surat wasiat yang isinya menyuruh dia untuk masuk ke dalam salah satu perusahaan Bramantyo, sebagai pembeli saham, dengan harapan bisa menghancurkan bisnis Bramantyo dari dalam. Pesan yang lainnya adalah menyerahkan salah satu sepupu Vero yang diketahui sedang menjalin hubungan dengan Andrea Laksono, Putri pertama dari Bramantyo. Pangeran Agung Rama Diputra, terpaksa diberi identitas palsu, dengan keluarga baru yang masih kerabat jauh Zaher, agar bisa menikah dengan Andrea, dengan tidak membawa nama Dato Utama. Pernikahan mewah resmi di gelar, tanpa kehadiran Veronika juga anggota keluarga yang bertahan untuk melakukan pembalasan dendam. Dilekatkan pada Pangeran Agung yang dipanggil Rama, sebagai seorang saudagar kaya, pemilik pertambangan emas kelas bawah di Negrinya. Setahun kemudian dari sejak meninggalnya Zaher, Pesta perkawinan itu dilaksanakan. Veronika yang terus menerus memelihara hati kepada Bramantyo, nekad mendatangi Alisha untuk kedua kalinya. Kedatangannya kali ini disertai ancaman yang sedikit membuat Alisha terguncang. ◇◇◇ Wanita yang usianya terpaut lima tahun lebih muda dari Alisha tersebut, melangkahkan kakinya dengan mantap. Suara heels yang dikenakannya memantul pada selasar koridor. Dari mulutnya terdengar decak kagum pada interior kantor yang sangat megah itu. Seorang sekretaris menyambutnya dengan sopan dan mempersilakan tamu cantik itu untuk menunggu sementara dia memberitahukan kepada bosnya yaitu Alisha atas kedatangan tamunya yang terlihat angkuh. Tidak lama, sang sekretaris mengajak tamunya yang tak lain adalah Veronika, untuk menemui Alisha di ruangannya. "Silakan masuk," ujar sekretaris setelah mengetuk dan membukakan pintu. Veronika melangkah tanpa senyum dan langsung mendaratkan bokongnya di kursi kantor. Lagi-lagi ia mendecak kagum atas interior di dalam ruangan tempat Alisha bekerja seminggu tiga kali. "Ada yang bisa dibantu?" ucap Alisha dengan nada lembut tapi tegas. Vero menoleh ke asal suara. Ia melihat sosok Alisha yang entah kenapa, semakin berumur justru tampak semakin cantik dan aura sensualnya begitu menonjol. Rasa cemburunya seketika menyengat batin Vero, "Pantas saja Bram tidak berkutik ... kenapa harus ada dia sih ...," gerutu Vero dalam hatinya. Ingin sekali menyunggingkan senyum, tapi kenapa bibirnya mendadak kaku. Vero terdiam sejenak, wajahnya mengeras dan rona merah tampak muncul di kedua pipinya. Alisha menilai wanita di depannya, yang telah bersetubuh dengan suaminya. Perasaannya bergemuruh, lagi-lagi hatinya tersayat perih. "Ada apa lagi sekarang? Hamil lagikah?" rintih Alisha dalam hati. "Saya akan mengambil Dimas, kecuali saya diperbolehkan untuk membeli saham dari salah satu perusahaan Bramantyo, maka Dimas akan saya lupakan," tutur Veronika. "Masalah pembelian saham, apa hubungannya dengan Dimas?" Alisha terheran-heran. Veronika terkejut dengan jawaban Alisha yang sedang keheranan. "Karena saya yakin, anda akan mempersulitnya atau bahkan tidak berniat menjual saham," tuduh Veronika dengan gamblang. Alisha tertawa kecil dengan perasaan geli. Wanita di depannya ini sangat tidak kompeten dalam hal bisnis, bahkan untuk menjadi perempuan saja tidak kompeten. "Kami sedang melelang tiga perusahaan, siapa pun boleh mengajukan permohonan untuk membelinya, dengan catatan tidak melebihi empat puluh sembilan persen. Tidak ada satupun yang meminta menukarnya dengan Dimas-ku," tukas Alisha sambil terkekeh. Wajah Veronika memerah. Hinaan pada dirinya sangat telak. Ini akibat dia tidak mencari tahu dulu tentang kegiatan perusahaan-perusahaan pribadi Bramantyo. "Saya tidak menginginkan yang sedang dilelang. Saya menginginkan perusahaan lain," elak Vero dengan yakin. Alisha tersenyum simpul. Ia meraba-raba atas tujuan Vero yang menginginkan masuk ke dalam perusahaan pribadi Bramantyo yang berada di bawah kekuasaannya. "Mohon maaf, kami ... tepatnya saya, tidak berniat melempar ke pasar selain yang dilelang tadi. Perkara Dimas, biarlah Dimas yang memutuskan akan terus bersama saya atau bersama anda. Jangan khawatir saya akan menghalangi niat anda untuk mengikuti pelelangan, karena itu sudah diluar kewenangan saya," papar Alisha tanpa melepaskan senyumnya. Veronika terdiam beberapa saat, "Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, silakan keluar, saya masih banyak pekerjaan," lanjut Alisha sambil berdiri, sebagai tanda bahwa ia mengantar tamu dengan sopan. Veronika terperangah mendapat usiran dari Alisha. Hatinya sangat geram dan rasa benci yang telah dipupuknya bertahun-tahun kepada Alisha, semakin kental saat ini. Tanpa berkata apapun, Veronika bangkit dari duduknya lalu melenggang keluar dengan kekecewaan dan sakit hati yang dalam. Akhirnya, Veronika memutuskan ikut andil dalam pelelangan dengan harga yang selangit. Dia memenangkan salah satu perusahaan yang menurutnya bisa berkembang dengan pesat. Saat itu, Bima Sakti masih menjadi asisten Bramantyo. Satu tahun berlalu, saatnya Bramantyo undur diri dari perusahaan keluarga Laksono dan fokus dalam pengembangan bisnis-bisnis pribadinya, keputusan telah diambil. Bima Sakti Laksono yang akan menggantikan posisi CEO di perusahaan utama keluarga Laksono. Seluruh pemegang saham yang berkaitan dengan Bramantyo diundang ke acara pengangkatan tersebut termasuk Veronika. Selama satu tahun, Veronika berusaha mendekati Bramantyo dan selalu gagal. Saat veronika beralasan masalah perusahaan maka ia akan berhadapan dengan Alisha, bukan Bramantyo. Veronika sangat frustasi, sampai akhirnya ia bisa bertemu langsung dengan Bramantyo di acara pengangkatan dan pelepasan CEO, sontak ia merasa mendapatkan kesempatan. Itupun gagal total. Justru yang ia lihat adalah sorot mata cinta Bramantyo kepada Alisha. Hatinya luluh lantak, melihat kemesraan dari pasangan tersebut. Belum lagi Bima Sakti yang terus menerus mengawasinya, membuat Veronika merasa risih. Rasa benci menguasai Veronika. bahkan diapun membenci Dimas Laksono. Putranya. Karena Dimas sangat lengket kepada Alisha. "Lihat saja nanti, setelah aku bongkar kepada Dimas, siapa ibu kandung yang sebenarnya. Setidaknya aku masih bisa mengguncangkan hubungan Bram dan wanita sialan itu," rutuk hati Veronika penuh dendam. waktu terus berlalu, sekeras apapun berusaha, Veronika tidak kunjung mampu mendekati Bramantyo, hal ini semakin membuatnya frustasi. "He he he, Alisha, putrimu ada dalam genggamanku, tunggu saja. Waktunya akan tiba," gumam Veronika, mendapatkan harapan dan titik terang. (Halo, perkenalkan dulu Veronika ya, sebelum masuk kecerita inti. Makasih)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD