“Besok pagi biar Ibu saja yang menjaga Maya. Kamu bisa pulang.” “Bu...” Dari luar Maya bisa mendengar suara sama ibu dan kakaknya membuat dia menatap pintu. Setelah memaksakan dirinya untuk tenang yang mana memakan waktu satu jam, barulah Maya menghubungi Ian. Begitu pintu di buka, Maya tersenyum lebar. “Sejak kapan kamu duduk begitu, Maya? Kenapa juga masih belum tidur?” Nadin masuk segera berjalan menuju sebelah tempat tidur pasien. Sedangkan Ia meletakkan tas yang ia bawa di sofa di sudut ruangan. Pria itu memperhatikan seluruh penjuru ruangan dalam diam. “Maya kelelahan baring terus, Bu,” jawab Maya. Nadin memegang kedua tangan anaknya, dan melihat di mana jarum yang menusuk kulit pucat anaknya membuat Nadin hampir ingin menangis. Dia mengusap wajah pucat Maya penuh kasih. “Ini...

