Chapter 2

1084 Words
Warna kelam dengan berbagai taburan cahaya bintang sedang melukis langit Amerika. Menaungi gedung apartemen pencakar langit termewah yang terletak di bagian jantung kota New York. Dibagian dalam apartemen. Ada laki-laki tampan berpostur tinggi tegap terbalut setelan jas hitam elegant yang terlihat sedang terduduk tenang dengan segelas wine merah yang ada di celah jemarinya. Meneguknya dengan gerakan lambat. Meresapi rasa yang bergejolak mengaliri tenggorokannya yang kering. Brak Lalu tanpa dimengerti. Seorang wanita bertubuh langsing datang tiba-tiba, menghempaskan kasar majalah gosip dengan cover wanita cantik bertubuh seksi di atas meja. Di sana tertera tulisan, She Is Darren Girlfriend. Napas si wanita terdengar sangat berat. "Entah b***h mana lagi yang kau bawa ke Club malam itu, aku tidak peduli. Tetapi bisakah kau bermain aman. Jangan sampai pemburu berita mengetahuinya, aku tau kau pintar Darren." Gerutuan itu lagi. Laki-laki yang bernama Darren hanya menghela napas. Kaki gelasnya dijatuhkan di atas meja sedikit keras, warna merahnya bertumpahan sedikit. Merubah tata letak duduknya menjadi bersandar di sofa empuk yang mungkin berharga setara dengan jejeran mobil mewah. Mata tajamnya menatap si wanita yang terlihat sedang mencoba mengendalikan emosi agar tidak menjambak wajah tampannya dengan keji. Laki-laki itu hanya menarik sudut bibirnya —menyeringai. "Berikan tangan dan mulut mereka dengan tumpukan dollar, maka masalah ini akan cepat selesai," usulnya santai. Dan mendapati wajah wanita itu terlihat semakin menatapnya berang. Oh, gampang sekali mulut sialan itu berbicara, batin si wanita memaki kasar. "Tidak segampang itu Darren," ucap wanita itu tidak habis pikir mengapa otak dari pria ini begitu dangkal. Dan si laki-laki hanya meresponnya dengan acuh. "Aku tidak peduli. Kau kugaji untuk mengurusi jadwal keartisanku, dan termasuk masalah tentang karierku. Skandal seperti ini bukan yang pertama, dan kau sudah sering mengurusinya bukan? Menuruku ini bukan masalah besar." Tuhan. Berikan wanita itu setitik celah kesabaran. Karena kalau tidak. Mungkin saja wanita itu akan memilih meloncat dari gedung apartemen tinggi ini dan berakhir menjadi mayat. "Mau ke mana?" serbu wanita itu ketika melihat tubuh Darren bangkit dari sofa. "Tidur." Balasan yang membuat wanita itu kesal. "Kita belum selesai bicara!" Darren berbalik menatap si wanita. Kedua tangannya berada di dalam saku celana kain berwarna hitam. Terlihat seperti iblis yang diselubungi paras yang rupawan. "Syuting baru saja selesai beberapa menit yang lalu dan aku butuh tidur untuk beristirahat. Kau sendiri yang mendatangani kontrak iklan di kota sialan itu tanpa persetujuanku. Jadi stop menjadi cerewet Grace. Karena besok pagi kita harus berangkat ke sana." Seketika wanita yang dipanggil Grace itu terdiam. Ya, Grace telah terlanjur mendatangani kontrak itu yang mengharuskan mereka pergi di pagi buta esok hari. Tetapi apa salahnya dengan kota Paris. Menurut Grace kota itu indah. "Aku tidak tau alasan kau bisa sebenci itu kepada Paris. Tetapi untuk pekerjaan, aku tidak bisa menyangkut pautkannya. Itu sudah menjadi kewajibanmu sebagai publik figur." "Persetan dengan itu. Sekarang bisakah kau pergi dari sini. Untuk paparazi, tolong kau urus. Aku percaya kau bisa mengatasinya." Darren mengatakan itu sambil berlalu pergi. Oh, Tuhan. Dosa besar apa yang sudah dilakukan seorang Grace Andrean. Lekuk tubuhnya sempurna bagai model pakaian dalam victoria's secret. Kecantikan wajahnya bahkan mengalahkan para aktris Hollywood, kehidupanya tidak semiskin itu untuk mempunyai satu gedung apartemen mewah. Lalu apa yang salah. Kenapa dia harus menjadi seorang manager aktor yang begitu bastard dan sialan. Mungkin Grace harus sering ke psikiater, bisa saja otaknya bergeser karena terlalu stres dengan masalah yang ditimbulkan Darren. Mungkin julukan aktor tertampan di dunia harus diubah menjadi aktor terbajingan di dunia. Julukan itu sangat cocok sekali untuk gelar seorang aktor bernama, Darren Nicholas. *** Darren Nicholas. Aktor tertampan dan terkaya sejagat Raya. Setidaknya itu yang Darren dapatkan dari julukan berbagai bibir-bibir manusia di seluruh dunia. Semua orang tahu Darren, bila ada yang tidak tahu. Mungkin manager Darren akan siap menyumbang televisi untuk dikirimkan ke rumah mereka masing-masing secara cuma-cuma. Reputasi Darren memang cukup membanggakan. Darren selalu memborong piala Oscar ataupun award yang bergengsi lainnya. Dan itu pula yang membuat ketenaran Darren semakin meningkat pesat. Semua kaum hawa di muka bumi ini mengidolakan Darren, (kecuali Grace tentunya) wanita itu tidak suka sikap angkuh Darren. Dan mungkin itu yang membuat Darren mempertanyakan ke mana Grece membuang akal sehatnya. Wajah Darren sangat sempurna. Mungkin amat terlalu sempurna dengan gestur rahang yang tegas, tatapan mata tajam dengan bibir tipis yang menawan. Namun dari semua kesempurnaan itu. Darren nyatanya adalah seorang manusia biasa yang sudah terlanjur tertimbun oleh berbagai tumpukan dosa dan kecerobohan yang tak termaafkan. Salah satunya menjadi seorang b******n. Darren adalah penzina handal. Ia sangat suka seks. Tentu dalam memilih patner pemuas nafsunya harus p*****r terhormat. Dan beberapa hari kemudian dia akan meninggalkan para p*****r itu seperti sampah menyedihkan dan berakhir mendapatkan berbagai sumpah serapah yang dimuntahkan oleh mulut-mulut panas mereka. Namun Darren hanya membalas amarah mereka dengan senyum tipis yang bergelayut biadab di ujung bibirnya. Wanita yang Darren setubuhi kebanyakan dari kalangan aktris atau para wanita terhormat dengan harta yang melimpah ruah dan tentu saja harus cantik. Karena profesi Darren sebagai seorang celebrity dengan peliharaan wanita di sana sini. Membuat Darren sering sekali mendapatkan teror dari beberapa paparazi yang selalu menguntitnya kemana pun. Lalu akan berakhir dengan kehebohan Grace tentang skandal yang terbongkar di media cetak, online ataupun televisi. Darren adalah sosok kesempurnaan dan dosa yang tak termaafkan. *** Syuting iklan sudah selesai dari beberapa menit yang lalu. Berpikir akan langsung beristirahat dengan tenang di ranjang suite hotel bintang lima di kota Paris ini. Namun dari semua keinginan itu, Darren lupa bahwa dia membawa seseorang untuk turut serta. Dan seseorang itu adalah sebuah kesialan. Darren harus menelan kemarahannya ketika tangan ramping itu memberhentikan mobil mereka di tempat restaurant mewah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya. Dan yang membuat Darren kesal setengah mati adalah, dia harus bersembunyi di balik topi hitam bersama masker berwarna hitamnya yang menutupi hidung sampai ke mulut. Mencoba menjadi orang yang tidak dikenali oleh para pengunjung lain di restaurant ini. Setidaknya Darren harus mencari aman. Jangan sampai kulit tubuhnya melepuh atau memar-memar kebiruan akibat cubitan brutal dari para fans fanatiknya. "Makanan di restaurant ini memang enak sekali. Aku tidak pernah bosan makan di sini." Grace masih saja mengoceh tentang betapa lezatnya makanan di restaurant yang mereka tempati saat ini. Namun Darren sedikit pun tidak berniat mendengarkan. Darren lebih memilih mengambil minuman yang di pesannya untuk diteguk, mengaliri tenggorokannya agar tidak mengering. Mata sekelabus ular itu terlihat mengarah ke arah kanan. Lalu tatapan itu berhenti di tubuh wanita mungil, berambut setengah punggung dengan lekuk tubuh yang menawan. Dari pakaiannya Darren bisa menyimpulkan bahwa gadis itu sepertinya adalah pegawai restaurant ini. Namun bukan itu yang menjadi fokus tatapan Darren. Tetapi wajah yang terlihat sedang berbicara itu... ... kenapa bisa terlihat sangat cantik sekali di kornea mata Darren?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD