Menyerah

2807 Words
Zafira masih duduk di halte bus dengan hujan yang masih turun meskipun sudah tidak sederas sebelumnya, saat tiba-tiba sebuah mobil portuner sport putih berhenti di depannya. Tubuh Zafira sudah menggigil karena kedinginan dan napasnya sudah terasa berat, bibirnya sudah sedikit pucat saat pengemudi mobil itu turun dengan payung dan menghampiri Zafira . "Zafira. Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanya orang itu dan Zafira memaksa kan diri untuk mendongak dan melihat siapa orang itu , tapi belum sempat suara Zafira keluar, Zafira sudah lebih dulu tidak sadarkan diri dan akhirnya pingsan di sana. "Apa yang terjadi dengan mu, Zafira?" Tanya Fatir saat melepas payung yang dia pegang juga menahan tubuh Zafira untuk tidak jatuh ke trotoar. Fatir langsung mengangkat tubuh lemah Zafira dan memasukannya ke dalam mobil, lalu membawa Zafira ke rumah sakit, karena tubuh Zafira yang demam. Fatir juga menghubungi, Vega istrinya dan mengatakan jika dia menemukan Zafira pingsan di halte bus dan sekarang mereka ada di rumah sakit. Dan detik itu juga Vega langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat apa yang terjadi dengan Zafira, sahabatnya. Zafira masih belum sadarkan diri , pakaian basahnya sudah di ganti dengan pakaian rumah sakit. Tangan kanannya sudah di pasangkan infus saat Vega datang dan langsung menanyakan apa yang terjadi dengan Zafira, sahabatnya. "Mas tidak tau, mas menemukannya di halte bus dengan keadaan basah kuyup, dan saat mas menghampirinya, dia malah pingsan." Jawab Fatir apa adanya. "Apa mas sudah menghubungi Arya, suaminya?" Tanya Vega lagi dan Fatir langsung menggeleng karena dia memang tidak punya nomer ponsel Arya, suami Zafira. "Belum." Jawab Fatir singkat. "Mas gak punya nomer ponsel, pak Arya." Sambung Fatir dan Vega buru-buru mencari tas atau ponsel milik Zafira untuk mencari tau nomor Arya , suami dari Zafira. Dan Vega menemukan ponsel di dalam tas milik Zafira, tapi ponsel itu sudah kehabisan daya. Vega juga langsung meminjam charger untuk mengisi daya ponsel milik Zafira. Vega menunggu sebentar lalu memaksa layar ponsel milik Zafira hidup. Berhasil. Ponsel Zafira hidup dan saat jaringan di ponsel itu menyala, Vega langsung mencari nomer ponsel atas nama Arya. Ketemu. Vega langsung menghubungi nomer ponsel itu, tersambung tapi hingga di dering terakhir, panggilan itu tidak di jawab. Kembali Vega menghubungi nomer ponsel itu, tapi lagi-lagi panggilan itu tidak di jawab. Di tempat lain dan di waktu yang sama. Arya sedang makan malam di rumahnya bersama, Nadia, Zafira memang sudah menyiapkan beberapa makanan untuk mereka merayakan ulang tahun nya tapi karna sampai jam sembilan Zafira tidak pulang, akhirnya Nadia juga minta Arya untuk makan lebih dulu, dan Zafira bisa makan malam belakang karena jam memang sudah menunjukkan waktu makan malam , bahkan sudah lewat, karena sebelumnya Arya bersikeras ingin menunggu Zafira. Tapi karena dia juga sudah cukup lapar, akhirnya Arya juga menuruti saran Nadia untuk mereka makan malam lebih dulu dan meninggalkan ponselnya di ruang tengah rumahnya. Ini sudah panggilan ke lima yang Vega lakukan pada nomer ponsel Arya, tapi sampai detik ini panggilan itu tidak di jawab. Sekali lagi Vega mencoba menghubungi nomer itu tapi saat itu Zafira justru mengeliat dari tidurnya dan Vega buru-buru meletakkan ponsel itu lagi dengan posisi kembali padam. Zafira langsung memegang keningnya yang terasa berdenyut nyeri, dan Vega langsung menggengam tangan kiri, Zafira yang terbebas dari infus. "Apa yang kau rasakan?" Tanya Vega saat Zafira hanya menatap langit-langit ruangan itu. Zafira tidak menjawab, karena dia masih di dera rasa sakit yang tidak kasat mata. Membayangkan bagaimana suaminya juga wanita yang di cintai suaminya bermesra'an tadi dan hari-hari sebelumnya. Apa yang kiranya mereka lakukan saat dia tidak ada di rumah, jika saat dia berada di rumah saja, mereka bersikap seperti itu dan jujur itu membuat nya merasa semakin sakit. Sakit saat menyadari jika di hati suaminya benar-benar sudah di penuhi oleh satu nama, Nadia. Vega masih diam memperhatikan Zafira yang hanya diam dengan pandangan kosong. Bibirnya pucat dan telapak tangan masih terasa hangat. "Aku menyerah, Ega. Aku menyerah!" Lirihnya dan Vega langsung mempererat genggaman tangannya di tangan Zafira, tentu dia tau apa maksud ucapan Zafira tadi, karena sebelumnya Zafira sudah banyak bercerita tentang bagaimana suaminya yang masih mencintai wanita lain, dan lebih menyakitkan lagi, wanita itu adalah saudaranya sendiri, adik dari Zafira, istrinya sendiri. Zafira juga sudah menceritakan jika seminggu yang lalu Arya, suaminya juga mengatakan ingin menikahi wanita itu, adik dari Zafira dan artinya Arya ingin menjadikan kedua kakak beradik itu istrinya, dan rasanya itu sangat tidak masuk akal bagi Vega, tapi ajaibnya, Zafira malah setuju untuk mengizinkan suaminya menikah lagi, yang artinya dia akan di madu dengan adik nya sendiri. "Aku pikir bisa, tapi ternyata tidak. Kami belum memulai saja, aku sudah merasa sakit, dan aku yakin jika ini tidak akan seberapa dengan rasa sakit yang mungkin akan aku hadapi nanti. Dan aku menyerah. Aku menyerah. Aku tidak bisa." Ucap Zafira lagi dan Vega langsung mengangguk mengerti karena memang tidak akan ada wanita yang bisa untuk berbagi suami, hanya wanita-wanita pilihan lah yang bisa melakukan itu dan Zafira bukanlah wanita tangguh, yang banyak di ceritakan dalam kisah novel poligami, bukan. Dia hanya wanita lemah yang juga bergelar kakak, perempuannya Pikir, Zahira. Jika dia tidak bisa mendapatkan hati suaminya, biarlah hati itu di miliki sepenuhnya oleh adik perempuannya. Zafira tidak apa-apa. Zafira mencintai Arya, suaminya, tapi juga menyayangi adik perempuannya. Arya adalah laki-laki yang baik, mungkin hanya nasibnya yang kurang beruntung karena takdir ternyata menempatkan nya di posisi sesulit ini, dan kali ini Zafira mantap untuk melepas suaminya, melepas suaminya untuk berbahagia bersama adik perempuannya. "Dari awal aku sudah mengatakan itu tidak mungkin, Ra. Tapi kau tetap mengatakan ingin mencobanya." Ucap Vega masih dengan menggengam tangan Zafira yang masih terasa dingin. "Bantu aku, Ega. Bantu aku. Aku ingin mengakhiri lukaku, tanpa harus menyakiti mereka berdua. Aku ingin mereka bahagia tanpa aku. Karena untuk tetap melihatnya pun aku tidak lagi mampu. Ternyata aku tidak setangguh itu. Aku tidak bisa!" Imbuh Zafira dengan air mata yang ikut merembes di sudut matanya. Dan lagi-lagi Vega hanya mengangguk, karena ikut merasakan apa yang Zafira rasakan saat ini. "Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Vega lirih, dan Zafira terdengar menghela napas dengan sangat lemah. "Aku ingin berpisah dengan, mas Arya, agar mas Arya bisa menikah dan hidup bahagia bersama, Nadia. Aku ikhlas. Sungguh. Aku ikhlas." Ucap Zafira lirih. Meskipun dia mengatakan ikhlas berkali-kali tapi air matanya tidak bisa berbohong jika hatinya tengah terluka. "Kenapa kau yang harus mundur, Ra? Kenapa kau tidak bisa tegas pada Arya juga adik perempuan mu? Kenapa kau tidak ingin memperjuangkan apa yang seharusnya kau perjuangkan? Kenapa kau,,,?" Ucapan Vega tiba-tiba tertahan karena dia ternyata tidak sanggup untuk melanjutkan setiap kata yang mungkin akan membuat Zafira sakit hati. "Karena dari awal, aku sudah tau jika mas Arya memang mencintai Nadia. Dan aku sadar hingga saat ini perasaan cinta mas Arya memang masih utuh untuk Nadia. Dan aku tidak bisa memaksa mas Arya untuk hanya mencintaiku, juga tidak bisa memaksa Nadia untuk menjauh dari mas Arya karena itu akan menyakiti hati mas Arya sendiri, dan sungguh aku tidak mau itu, tidak mau jika sikap egois ku malah menyakiti hati mas Arya." Ucap Zafira menjeda kalimatnya, lalu menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan sangat lembut. "Cukup. Cukup aku saja yang merasa kan sakit ini, sakit karena cinta yang tidak akan pernah terbalas, dan biarkan mereka bahagia." Sambung Zafira dan Vega yang justru semakin kesal dengan sikap Zafira kali ini. Setelah makan malam itu usai, barulah Arya kembali mengambil ponselnya dan melihat tujuh panggilan tidak terjawab dari Zafira. Buru-buru Arya menghubungi kembali nomer ponsel istrinya tapi nomer itu tidak lagi aktif. Bahkan sampai tengah malam nomer itu benar-benar tidak aktif. Semalaman itu Zafira dan Vega mengobrol banyak tentang langkah yang harus dia ambil, dan Vega tetap menyarankan pada Zafira untuk mempertahankan pernikahannya, tapi sepertinya Zafira juga tetep kekeuh ingin mengakhirinya pernikahan nya dengan Arya. Namun selama surat dari pengadilan agama belum turun, Vega tetap meminta Zafira tinggal di rumahnya dan tetap bersikap tenang, untuk memudahkan proses gugatan yang akan Zafira layangkan, dan kali ini Zafira setuju dengan saran sahabatnya, Vega. Dia akan mencoba bertahan meskipun rasanya akan semakin sakit, tapi seolah Zafira tidak punya pilihan lain, Zafira langsung menyetujui saran Vega untuk tetap bertahan dan tenang menghadapi Arya, suaminya juga Nadia. Pagi itu, Zafira mengaktifkan kembali ponselnya dan langsung menerima notifikasi pesan dari Arya, juga Nadia. Ada juga pesan suara tapi Zafira pilih tidak membukanya dan langsung menghapus sederet notifikasi pesan itu karena dia tau itu hanya akan menambah rasa sakitnya. Setelah menghapus notifikasi pesan, baru setelah itu Zafira mengirim pesan pada Arya dan mengatakan jika dia di rumah sakit, J. Arya tidak langsung membaca pesan itu karena pagi ini dia ada meeting penting dengan investor asing dan pagi sekali Arya sudah berangkat ke kantor dan mengaktifkan nada diam di ponselnya. Pagi itu Vega kembali datang ke rumah sakit untuk membawakan Zafira pakaian ganti juga sarapan. "Apa kau sudah mengabarkan Arya jika kau di sini?" Tanya Vega dan Zafira hanya mengangguk. "Aku sudah mengiriminya pesan." Jawab Zafira singkat. "Lalu kenapa dia masih belum datang sampai sekarang?" Tanya Vega kesal. Tapi Zafira hanya mengedikkan bahunya, karena dia memang tidak tau kenapa. Pesan yang dia kirim pada nomer suaminya pun masih centang dua abu-abu yang artinya memang belum di baca. "Mungkin mas Arya sedang sibuk di kantor." Jawab Zafira asal. "Sesibuk-sibuknya mas Fatir, dia juga akan meninggal segala pekerjaannya jika aku ada di posisimu saat ini. Atau dia bisa meminta adik perempuan mu untuk datang ke mari jika dia memang sibuk!" Imbuh Vega tapi Zafira tetap terlihat diam. "Apa kau juga mengabarkan pada adikmu jika kau di sini?" Tanya Vega tiba-tiba saat mengingatkan jika Zafira juga tinggal bersama adik perempuannya, wanita yang ingin Arya nikahi. Zafira menggeleng, dan Vega langsung menghela napas, bingung dengan cara berpikir Zafira. Meeting berjalan cukup baik, dan hari sudah beranjak siang saat meeting itu usai dan saat itulah Arya bisa melihat ponselnya dan baru melihat pesan dari Zafira. {Aku ada di rumah sakit, J. } Send Zafira. Dan tanpa berpikir panjang, Arya langsung bergegas untuk ke rumah sakit, melihat apa yang terjadi dengan istrinya. Dari semalam perasaannya tidak enak dan sungguh tangisan Zafira yang mengatakan sakit kemarin tidak bisa membuatnya tenang. Arya baru keluar dari lift dan langsung bertemu dengan Nadia yang baru saja datang dengan menenteng satu peper bag di tangannya. "Mas, mau kemana? Aku bawa makan siang untuk kita!" Ucap Nadia sambil menunjukan peper bag di tangannya tapi Arya malah meminta Nadia untuk ikut dengannya ke rumah sakit, untuk melihat apa yang terjadi dengan Zafira istrinya, kakak dari Nadia juga. "Ikut, mas. Kita ke rumah sakit, Zafira semalam di rumah sakit." Jawab Arya dan Nadia terlihat menghela napas, tapi meski begitu dia juga tetap ikut ke rumah sakit bersama, Arya. Sesampainya di rumah sakit, Arya langsung mencari ruang VVIP Dahlia di mana istrinya di rawat. Arya membuka pintu coklat itu dan melihat Zafira tengah berbaring dengan mata terpejam sempurna. Ada Vega yang menunggu nya di ruangan itu dan Vega langsung bangkit dari duduknya saat Arya masuk di ruangan itu dan sesaat pandangan Vega bertemu dengan Arya, tapi Vega hanya memberikan tatapan kesal pada Arya juga wanita yang datang bersama Arya. Wanita yang kata Zafira sangat Arya cintai dari dulu hingga sekarang, wanita yang juga merupakan adik dari, Zafira. "Apa yang terjadi?" Tanya Arya pada Vega tapi Vega hanya mengedikkan bahunya malas. "Semalam suamiku menemukannya kehujanan dan pingsan di halte bus, lalu membawanya ke mari." Jawab Vega dengan intonasi suara yang terdengar datar bahkan terkesan malas. Sementara Arya langsung menghampiri ranjang istrinya juga mencium ujung kepala Zafira yang masih terasa hangat. Bibirnya sudah tidak se pucat semalam tapi demamnya memang belum turun, maka dokter juga menyarankan untuk Zafira menginap satu atau dua malam. "Pingsan?" Kutip Arya dan Vega hanya asal mengangguk, lalu berlalu dari ruangan itu, untuk memberikan ruang untuk pasangan suami istri juga wanita yang mengaku adik dari Zafira. Vega juga menatap ke arah Nadia tapi Nadia malah membuang muka malas. Detik berikutnya, Zafira malah terjaga karena genggaman tangan Arya di telapak tangan kanannya, Arya sudah duduk di kursi sebelah ranjang Zafira sementara Nadia masih berdiri di sisi Arya. "Mas Arya!" Lirih Zafira saat mengerjapkan matanya dan melihat Arya tengah duduk di samping ranjangnya. "Ya. Mas di sini! Dari semalam mas menghubungi nomer ponsel mu, tapi kau tidak mengangkat telponku. Kenapa?" Tanya Arya sambil mengecup punggung tangan Zafira yang terbebas dari infus berkali-kali. Arya memang mencintai Zafira, tapi hatinya juga sangat mencintai Nadia. Wanita yang dari dulu dia inginkan untuk menjadi istrinya. Zafira hanya tersenyum manis, tapi percayalah dia hanya sedang menata hatinya untuk lebih kuat dan menyakinkan logikanya jika apa yang sudah dia putuskan memang keputusan yang harus dia lakukan. "Ponsel Ira, kehabisan daya, mas. Jadi dari semalam Ira belum sempat isi daya, dan pagi tadi baru sempat isi saat Vega juga membawakan charger." Jawab Zafira sedikit berdusta karena tidak ingin Arya malah berpikir yang tidak-tidak dengan dirinya saat ini. Keputusannya sudah bulat dan dia hanya perlu sedikit berdamai dengan perasaannya saat ini sebelum hari itu tiba, atau sebelum dia benar-benar resmi melepas Arya, suaminya. "Tapi bukankah kau juga bisa menghubungi mas dengan ponsel lain?" Tanya Arya lagi tapi Zafira hanya semakin tersenyum. "Aku tidak kepikiran. Karena menurut Vega, aku pingsan dan terbangun saat sudah larut malam, jadi aku baru bisa mengirimi mas pesan pagi tadi. Maaf." Jelas Zafira di ikuti kata maaf. Arya menarik napas lalu menghembuskannya dengan sangat kasar. Zafira memang selalu bisa membuatnya merasa tidak berguna. Dia terlalu mandiri, dan tidak pernah ingin membuat orang lain repot, dia lebih banyak menolong dari pada meminta pertolongan. Siang itu, makan siang yang Nadia bawa untuk dia dan Arya, akhirnya di nikmati oleh Zafira dan Arya, karena tidak mungkin dia akan memaksakan diri untuk tetap ingin makan bersama Arya saat Zafira dalam ke adaan seperti ini. Akhir Nadia hanya menjadi penonton di ruangan itu dan sungguh itu adalah hal yang sangat dia benci. Benci saat harus menyaksikan kemesraan yang Arya berikan pada Zafira, kemesraan semu yang sejatinya tidak sungguh-sungguh Arya lakukan dengan hati. Nadia tau jika Arya hanya mencintainya, dari dulu hingga saat ini, tapi kenapa mas Arya malah menikah dengan Zafira, Nadia juga berpikir jika Arya hanya menjadikan Zafira sebagai batu loncatan karena waktu itu Nadia sempat menolak menerima cinta Arya Katon Fujiparingga. Laki-laki yang ternyata sangat sempurna sebagai seorang suami, dengan menunjukan cinta yang begitu besar pada kakak perempuannya, dan sungguh Nadia sangat iri saat melihat Zafira bisa berbahagia dengan mas Arya, laki-laki yang masih mencintainya sampai saat ini. Nadia masih membantu Zafira untuk menaikan sendikit punggung ranjangnya saat tiba-tiba ponsel Arya berdering dan Arya buru-buru merogoh saku jas nya untuk melihat siapa penelpon itu. Kenny, sekertarisnya. Arya pilih keluar dari ruangan itu dan menerima panggilan itu luar ruangan dan membiarkan Zafira bersama Nadia di dalam ruangan itu. "Terima kasih ya, Nad." Ucap Zafira tulus tapi Nadia malah kembali menghela napas. Kesal. "Ini trik lama, kak. Aku bahkan sudah tau apa yang ingin kakak lakukan setelah ini." Ucap Nadia saat ikut duduk di kursi yang sebelumnya Arya duduki. "Trik?" Kutip Zafira. "Trik apa maksudmu, Nad?" Tanya Zafira tidak mengerti dan Nadia langsung membuang muka karena merasa jika Zafira kakaknya ingin berlaga polos "Sudahlah kak, kenapa mesti harus berpura-pura seperti ini? Ini sama sekali tidak lucu. Norak!" Imbuh Nadia tapi Zafira tetap hanya tersenyum dengan sikap Nadia kali ini. Nadia terang-terangan menunjukan rasa cemburunya dan entah kenapa Zafira justru semakin mantap untuk melepas suaminya pada adik perempuannya, karena Zafira merasa kali ini Nadia benar-benar mencintai Arya dan itu artinya kali ini cinta Arya terbalaskan. Zafira tidak menjawab, namun detik berikutnya dia justru menggenggam telapak tangan Nadia lalu balas. "Kau tidak perlu cemburu seperti ini. Mas Arya mencintaimu, dan kakak sudah setuju bukan jika kalian menikah!" Imbuh Zafira lembut "percayalah, dari dulu mas Arya itu memang mencintaimu, dan sampai saat ini mas Arya masih sangat mencintaimu." Sambung Zafira tapi Nadia malah menatap kakaknya dengan tatapan yang tidak bisa di mengerti. "Jika kakak sudah tau itu, lalu apa yang kakak lakukan saat ini? Kakak ingin mengalihkan perhatian mas Arya sepenuhnya pada kakak dengan berpura-pura sakit seperti ini? Oh, ayolah kak, kita sama-sama sudah cukup dewasa dan seharusnya kakak tidak bersikap kekanak-kanakan sepeti ini, karena apa? Mas Arya jadi meninggal meeting nya hanya karena sandiwara kakak yang sangat norak ini." Tolak Nadia dengan sangat pedas tapi Zafira tetap bersikap tenang. Tenang karena rasa sakitnya sebentar lagi akan berakhir. "Aku minta maaf jika ini malah membuat mu merasakan hal demikian, sungguh Nad, kakak tidak bermaksud untuk menggangu pekerjaan mas Arya, tidak!" Imbuh Zafira saat menatap pintu di mana Arya suaminya tadi keluar. "Lagipula aku heran sama kakak. Kenapa tidak menyerah saja? Kenapa tidak membiarkan mas Arya bahagia bersama aku? Jika begini kan kakak sama saja menjadi duri bagi hubungan kami." Sarkas Nadia sangat tidak berperasaan dengan minta kakak perempuannya untuk mundur dari pernikahannya. Pernikahan yang sejatinya sudah kakak nya lewati lebih dari dua tahun. Dan mengatakan jika di sini Zafira lah yang menjadi duri dari hubungan mereka .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD