Misteri pembobolan ruang kerja dokter Stephen Larkin

1066 Words
Mendengar ucapan majikan mereka dengan nada emosi, ketiganya menundukkan wajah merasa bersalah. Paul lah, yang memberanikan diri untuk membuka suara. Ia pun berkata, “Maafkan, kami Tuan. Tadi, kami bertiga sedang berbincang di dapur, sambil makan kue dan minum limun. Namun, setelah meminum air limun tersebut, mata kami menjadi berat dan kami pun pergi untuk tidur Tuan. Ketika Tuan datang dan memanggil kami, kami baru saja terbangun beberapa menit yang lalu Tuan.” “Kamu tidak berbohong bukan?. Tidak hanya mencari pembelaan saja untuk diri kalian semua?” Tanya Stephen kepada mereka semua. “Tidak Tuan!. Kami tidak berbohong, memang benar kalau kami merasa mengantuk, setelah meminum sirup yang dibuat oleh Doris.” Kata Bertha. Bertha terlihat gugup dan takut, ia tidak mau sampai disalahkan, karena minuman yang dibuatnya membuat teman-temannya mengantuk dan tertidur. “Maaf, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu, kenapa minuman yang Saya buat membuat kami bertiga menjadi mengantuk.” Cicit Bertha. Stephen mengerutkan keningnya, ia merasa heran dengan penyataan dari para pelayan di rumahnya. Alasan mereka semua tertidur membuatnya curiga, kalau minuman yang mereka minum sudah diberi obat tidur. Stephen memerintahkan kepada Bertha untuk membawa sisa air limun yang dibuatnya dan membawanya ke ruang kerja miliknya, sekalian dengan kopi hitam kesukaannya. Ia akan memeriksanya di ruang kerja miliknya. Kebetulan, karena ia dan istrinya adalah dokter, mereka mempunyai peralatan medis juga di rumah. Stephen, kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua. Sesampainya di kamarnya, Stephen pun langsung mandi untuk membersihkan kotoran yang menempel di tubuhnya. Selesai mandi dan berpakaian, Stephen berjalan menuju ke ruang kerjanya dan kedatangannya di ruang kerja miliknya bertepatan dengan munculnya pelayan di rumah nya yang membawa nampan yang di atasnya ada teko berisi lemon yang tinggal separuh dan kopi hitam miliknya. Stephen memerintahkan kepada Bertha untuk meletakkannya di atas meja. Stephen berterima kasih, Bertha juga membawakan Pie untuk dirinya. Bertha ke luar dari ruangan Stephen dan kemudian ia pun menutup pintunya dengan perlahan. Stephen mengambil cangkir yang berisi kopi hitam dan meminumnya. Ia juga menyantap kue Pie yang dibawakan oleh pelayannya. Stephen mengambil teko yang berisikan air limun, lalu menuangnya ke dalam sebuah wadah. Ruang kerja Stephen, lebih mirip seperti laboratorium, karena di situ tersedia lengkap peralatan medis dan juga ada beberapa tikus yang dijadikan percobaan oleh Stephen. Stephen, tadi sudah meminta kepada Bertha dan juga dua orang pelayan lainnya untuk menyerahkan sampel air kencing mereka ke dalam botol kecil. Ia akan melakukan penelitian pada air kencing ketiganya, apakah memang benar mengandung bahan sedatif pada air kencing mereka. Selagi menunggu ketiga pelayannya menyerahkan sampel air kencing mereka, Stephen mengamati tikus miliknya. Dalam waktu lima menit, tikus yang ada dalam kandang tersebut, jatuh ke hamparan pasir yang ada di kandangnya. Stephen pun meyakini ucapan dari pelayannya. Tak lama berselang, pintu ruang kerjanya diketuk dan masuklah, salah seorang asistennya, Paul dengan membawa botol kecil yang berisikan air kencing miliknya. Ia pun mengucapkan terima kasih dan memerintahkan kepada pelayannya itu untuk menutup kembali pintu kerjanya setelah ke luar. Stephen meletakkan beberapa tetes cairan air kencing tersebut di atas cawan dan diberinya dua tetes cairan bahan kimia, lalu ia pun melakukan pengamatan di bawah mikroskop. Dan Stephen menemukan adanya kandungan zat sedatif di dalam air kencing pelayannya. Stephen pun berpikir, siapakah yang sudah berniat mencelakakan pelayan di rumahnya, tetapi apakah orang itu memang berniat mencelakakan pelayannya?, ataukah sebenarnya ditujukan untuk dirinya dan anggota keluarganya. Stephen kemudian memeriksa rekaman CCTV yang dipasang di rumahnya dan ia melihat tampak putranya, Jack yang masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke dapur, lalu membuka kulkas dan mengambil minuman bir kaleng dan langsung meneguknya. Setelahnya, anaknya menuju ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Pada saat anaknya sedang meneguk bir dari kalengnya langsung, Stephen melihat ada sekelebat bayangan seseorang yang masuk ke dalam rumahnya dan berjalan dengan pelan melewati Jack. Sesosok tersebut pintar, ia bisa menghindari arah kamera CCTV, sehingga wajahnya tidak tertangkap kamera CCTV. Stephen dapat melihat, kalau sesosok pria tersebut menuju ke ruang kerjanya dan Stephen menyesal, ia tidak memasang kamera CCTV di dalam ruang kerjanya, sehingga ia tidak dapat melihat apa yang dilakukan oleh pria misterius tersebut di ruang kerjanya. Stephen berdiri dan melihat kandang-kandang koleksi binatangnya apakah ada yang dicuri dan ia melihat setiap kandang binatang yang ada di laboratorium miliknya masih terisi dengan binatang. Stephen kemudian memeriksa laci kerjanya dan ia tidak menemukan adanya berkas yang hilang atau rusak. “Hmm, aneh sekali. Apa yang dilakukan oleh penyusup itu dengan masuk ke dalam ruang kerjaku dan mengapa tidak ada yang diambil olehnya?, atau ada yang terlewat olehku.” Monolog Stephen di ruang kerjanya. Stephen kemudian memeriksa brankas miliknya, tidak ada seorang pun yang mengetahui kode dari brankasnya itu, kecuali dirinya sendiri. Begitu pintu brankas nya terbuka, Stephen menatap terkejut ke arah brankas miliknya yang telah kosong dan tidak ada yang tersisa. Stephen menjadi sangat marah, karena brankasnya tersebut berisikan dokumen-dokumen penting dan juga uang tunai dalam jumlah yang tidak sedikit. “Stephen merasa heran , karena tidak ada yang mengetahui letak brankas miliknya yang tersembunyi. Pelayannya, tidak ada satu pun yang ia perbolehkan untuk memasuki dan menyentuh ruang kerjanya, pada saat ia tidak ada. Para pelayannya, akan membereskan dan membersihkan ruang kerjanya di bawah pengawasan ketat dirinya. Sekarang, Stephen merasa kecolongan, sudah ada yang berani masuk ke dalam ruang kerjanya. Stephen tidak akan menghubungi pihak kepolisian, karena ia tidak mau ada orang lain, terutama polisi yang akan memeriksa dan mengobok-obok ruang kerjanya. Stephen duduk di atas kursi di depan meja kerjanya dan ia menghubungi salah seorang kepercayaannya. “Hello, Ben. Aku mau kau mengawasinya lagi?, apakah ia kembali berulah dan aku juga mau kamu mencari tahu apakah ia sudah berani menunjukkan dirinya di Kota Tua dan memasuki kawasan peternakanku.” Perintah Stephen kepada orang kepercayaannya. “Tentu, Sir!. Saya akan melakukan pengecekkan kepadanya dan Saya akan melaporkannya secara langsung kepada Anda, Sir.” Sahut seseorang yang berada di ujung sambungan telepon. Stephen kemudian menutup sambungan telepon dan ia berdiri lalu menutup kembali brankas miliknya. Stephen tidak akan membiarkan istrinya mengetahui, kalau brankas miliknya sudah dibobol oleh orang. Ia juga tidak akan membiarkan istrinya mengetahui, kalau ia sudah menghilangkan surat tanah milik mereka yang merupakan warisan untuk anak kandung mereka, Jack. Stephen hanya mengkhawatirkan surat-surat yang berada di dalam brankas tersebut akan jatuh ke tangan orang yang akan mengambil manfaat dari surat-surat rahasia yang ditujukannya kepada kekasihnya, tanpa sepengetahuan istrinya. Stephen menyesal tidak membakar surat-surat di dalam brankas tesebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD