2

968 Words
Lucien Salvatore, pria kelahiran California yang berdarah setengah Italia berumur 32 tahun itu merenungkan perkataan Antonio sepanjang perjalanannya menuju rumah. Dengan posisinya saat ini, sebagai CEO di perusahaan yang bergerak di bidang property, tentu hal yang mustahil untuknya agar dapat menjadi seperti Antonio. Ketua Mafia, penguasa Amerika Serikat (AS).  Lagipula ia memang tidak mempunyai keinginan sedikitpun untuk menjadi seperti pria tua itu. namun, ambisinya yang tertanam sejak lima tahun lalu memang membuat matanya terbuka dan pikirannya haus akan informasi mengenai mereka. Keningnya berkerut memikirkan kelebihan dan kekurangan jika ia mengambil tawaran itu. Satu – satunya kekurangan yang ada dari pilihan itu adalah ia harus mengorbankan kehidupannya untuk seorang wanita yang tidak ia kenal. Yaitu putri satu – satunya dari pria tua itu. Ia pernah mendengar Antonio memiliki satu putri tapi tidak pernah tahu lebih lanjut karena itu bukan sesuatu yang ia ingin cari tahu. Tiba di rumah mewah bergaya Victorian itu, Lucien masuk bergegas ke ruang kerjanya. Andrew, sang asisten atau yang biasa ia sebut tangan kanannya buru – buru masuk mengikutinya ke dalam begitu melihat Lucien sudah kembali menuju ruangan untuk melaporkan laporan harian karena pagi ini ia melewatkan sesi laporan demi menemui Antonio. “Luce, pesaing kita East Hill sedang melakukan tawar menawar dengan pemilik lahan di daerah pantai barat. Jika kita kalah cepat, mereka akan memiliki lahan itu untuk dijadikan resort.” Ujar Andrew begitu ia duduk di kursinya. Lucien memijit keningnya dengan dua jari selagi mendengarkan Andrew melanjutkan laporannya. “Andrew, Antonio menawarkan kerjasama dengan kita.” Tapi ia berpikir lagi, kita bukanlah kata yang tepat karena yang Antonio minta sebagai syarat adalah perngorbanan dirinya untuk menjadi suami dari putri Antonio. Jadi ia mengganti kalimatnya pada Andrew, “Maksudku, denganku. Antonio menawarkan kerjasama padaku.” “Oh ya?” Andrew menghentikan laporannya. Menunggu atasannya itu menceritakan lebih lanjut mengenai kerjasama yang disebutkan. “Kau ingat bahwa aku ingin menguasai Amerika Serikat, bukan?” Tanya Lucien. Andrew mengangguk. “Tentu saja, itu memang ambisimu sejak dulu karena kau ingin mencari dan menghabisi kelompok mafia yang melakukan hal kejam pada ibu dan tunanganmu.” Lucien mengusap dagunya sambil bersandar pada kursi. “Tadi Antonio menawarkan untuk memberikan kekuasaannya padaku.” Reaksi Andrew hampir sama dengan dirinya saat mendengar Antonio mengucapkan hal yang serupa. “Lantas kau menerimanya?” “Belum. Aku harus berpikir sebelum memutuskan untuk menolak atau menerimanya.” Andrew tidak dapat memberikan saran untuk Lucien. Ia tahu bosnya itu menginginkan kekuasaan setinggi mungkin di Amerika, agar dapat mewujudkan tujuannya. Tujuan hidupnya hanya satu, yaitu menemukan pembunuh yang menyebabkan Lucien keluar-masuk ke dalam dunia kegelapan seperti sekarang demi mencari informasi mengenai mereka. Jika Antonio dengan murah hati menawarkan itu, maka sebaiknya Lucien menerimanya, bukan? Andrew tidak mengerti mengapa Lucien harus berpikir dua kali. “Lalu mengapa kau harus berpikir lagi? Bukankah itu kesempatanmu agar dapat menemukan apa yang kau cari selama ini?” Lucien menghela napasnya dan menyisirkan jemarinya pada rambut yang sudah berantakan. “Ada yang harus kukorbankan jika menerima tawaran Antonio.” “Dia meminta imbalan untuk hal yang ia tawarkan?” “Tentu saja. Antonio seorang pria penguasa yang kejam. Bagaimana mungkin dia memberikan semua tahta dan kerajaan mafianya padaku dengan cuma – cuma.” Andrew dibuat penasaran dengan apa yang diminta pria tua itu. Masalahnya, dia tahu Antonio dapat mendapatkan apapun dengan mudah. Mengapa ia harus meminta sesuatu dari Lucien yang berada jauh di bawah posisinya dan juga sama sekali tidak pernah bermain dan memimpin sebuah klan mafia. “Apa yang pria tua itu inginkan?” “Dia ingin aku menikahi putrinya sebagai tanda bahwa aku telah terikat secara hukum dan kekeluargaan.” “Maksudmu kau diminta untuk menikahi wanita gila itu?” “Siapa yang kau maksud wanita gila?” Tanya Lucien dengan mengernyitkan keningnya. “Putri Antonio. Antonio hanya memiliki satu anak perempuan. Dan perempuan itu gila, sehingga Antonio harus mengasingkannya ke negeri antah berantah. Tidak ada yang tahu di mana putri Antonio berada sekarang kecuali pria tua itu sendiri dan kaki tangan Antonio yang membantu proses pengasingan putrinya ke luar negeri.” Jelas Andrew. Penjelasan Andrew membuat Lucien marah. Atau lebih tepatnya, fakta bahwa Antonio melemparkan wanita gila padanya lah yang membuat ia marah. “jadi maksudmu, Antonio memintaku untuk menikahi seorang wanita gila?” “Jika benar pria itu hanya memiliki satu anak perempuan, maka wanita gila itu lah yang akan kau nikahi nantinya. Sejauh ini aku belum pernah mendengar Antonio memiliki putri lain.” “Tidak, kau benar. Antonio sendiri mengakuinya padaku bahwa ia hanya memiliki satu anak, seorang perempuan yang sudah berusia 25 tahun. Wanita itu lah yang ia ingin aku nikahi sebagai ganti dari kekuasaan yang akan ia berikan padaku.” Sekarang semuanya justru membuat Lucien pusing. “Arggh! Mengapa pria tua sialan itu harus memiliki anak yang gila? Jika tidak gila mungkin aku akan mempertimbangkannya.” “Dari apa yang kudengar, perempuan itu mulai memiliki gangguan jiwa pada umurnya yang ke 20 tahun. Penyebabnya apa tidak ada yang tahu.” “Mungkin saja dia memang sudah memiliki gangguan sejak kecil. Suatu kejadian di umurnya yang ke 20 tahun itu hanyalah sedikit pemicu yang menyebabkan gangguan itu lebih parah.” Andrew mengangkat bahunya. “Bisa jadi memang seperti itu. Jadi apa yang akan kau lakukan?” “Apa lagi? Apa menurutmu aku mau menghabiskan sisa hidupku untuk perempuan yang mentalnya terganggu seperti dia?” “Tapi bukankah jika dia gila, itu akan semakin mempermudahmu?” “Mengapa kau berpikir begitu?” “Jika dia wanita sehat, kau memang harus menghabiskan sisa hidupmu dengannya. Tapi jika dia gila, dia tidak akan peduli pada apa yang akan kau lakukan. Kau masih bisa menjalani hidupmu dengan normal seperti sebelumnya bagaikan pria lajang. Wanita itu tidak akan mengerti apa yang kau lakukan di luar sana, aku rasa dia juga tidak mengerti bagaimana konsep dari sebuah pernikahan.” Perkataan Andrew sepenuhnya benar. Seharusnya ia mengkhawatirkan hidupnya jika perempuan itu waras dan sehat seperti wanita normal pada umumnya. Karena jika ia tidak gila, itu tandanya kehidupannya akan terikat pada wanita itu. Tapi jika wanita itu gila, kehidupan pernikahan tidak akan ada di antara mereka berdua. Dirinya masih bisa melakukan hal – hal lain dengan bebas. Dengan siapa ia akan menghabiskan malam, dan apapun yang ia lakukan di luar, wanita gila itu tidak akan peduli. Bahkan untuk mengerti pun sepertinya tidak. “Kau benar, Andrew. Kalau begitu hubungi Antonio. Beritahu dia aku menerima tawarannya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD