Bab 01. Unexpected

1173 Words
Lerina menatap pada Samuel yang berdiri di depannya dengan yang memegang sebuah cincin. Dia tidak yakin, kalau Samuel akan melamar dirinya sekarang. Ya. Dia tahu mereka sudah saling mengenal dari kecil. Bahkan Lerina sudah mencintai anak sahabat ayah dan ibunya ini. Tetapi, melihat bagaimana Samuel yang cuek dan tidak perhatian pada dirinya, membuat Lerina tidak yakin dengan pria itu yang melamar dirinya sekarang. “Menikah dernganku. Kita tak perlu menikah cepat. Kita akan bertunangan lebih dulu,” kata Samuel dengan ekspresi wajah datar taka da senyuman di bibir pria itu. Lerina semakin tidak yakin dengan Samuel yang mengajaknya bertunangan. Lihatlah wajah datar itu! Mau Lerina benturkan ke dinding rasanya. “Kau yakin mau bertunangan denganku? Kau kelihatan tidak mencintaiku dan menyayangiku Sam,” kata Lerina, menatap pada mata tajam Samuel. Dia ragu Samuel mencintai dirinya, dan menyayangi dirinya. Apalagi Samuel ini terkenal dengan bermain wanitanya. Siapa pun wanita yang dekat dengan Samuel. Sudah merasakan malam yang panas dengan Samuel, membuat Lerina sering merasakan sakit hati melihat Samuel yang perhatian dengan wanita bayaran di luaran sana. “Kau tidak perlu tahu. Aku ingin kau bertunangan denganku dan tidak ada penolakan!” kata Samuel datar. Lerina menggeleng, dia tak mau menerima Samuel, kalau pria itu tidak mencintai dirinya, dia ingin pertunangan dilakukan kalau keduanya saling mencintai dan menyayangi. Bukan hanya sepihak saja. “Aku tidak mau menikah bertunangan denganmu. Aku tahu, kalau kamu itu nggak suka sama aku.” Lerina ingin beranjak dari situ. Namun, Samuel langsung menahannya. Pria itu membalikkan tubuh Lerina dan melumat bibir Lerina. Lerina terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Samuel pada dirinya. Lerina membalas ciuman Samuel danm tidak menyadari Samuel yang memasangkan cincin di jarinya. Samuel melepaskan ciumannya terlebih dahulu, dan melihat cincin yang sudah terpasang di jari Lerina. “Kita akan bertunangan sayang.” Kata Samuel tersenyum sinis danm pergi meninggalkan Lerina sendirian. Lerina melihat pada cincinnya dan menggeleng pelan. Dia segera mengejar Samuel, yang sudah melajukan mobilnya meninggalkan Lerina di pakiran restoran. Lerina memukul udara dan mengentakkan kakinya kesal. Lerina menelepon saudara kembarnya, berharap pria itu akan menjemput dirinya ke sini. Namun, beberapa kali tidak diangkat oleh saudara kembarnya. Lerina mengentakkan kakinya kasar. Dia tidak membawa mobil ke sini. Samuel yang datang ken rumah dan membawa dirinya pergi untuk makan, berpamitan dengan ayah dan ibunya. Dan sekarang malah meninggalkan dirinya setelah pria itu melamar dirinya atau mengajaknya bertunangan. Memang lelaki berengsek! Namun sayangnya Lerina mencintai pria itu dan ingin selalu berada di dekat Samuel. Lerina melihat cincin yang ada di jarinya dan tersenyum malu. Sekali-kali mencium cincin itu. “Lerina, apa yang kau lakukan di sini?” Lerina melihat pada orang yang bertanya padanya. Lerina tersenyum melihat kakaknya yang berdiri di depannya sekarang. “Kak! Aku ingin pulang. Tapi, aku tidak membawa mobil.” Katanya. Lionel yang mendengar itu mengerutkan keningnya. “Kau ingin pulang? Dan kenapa kau bisa sampai di sini? Siapa yang membawamu ke sini?” Lionel bertanya dengan banyaknya pertanyaan, membuat Lerina kesal. Mata Lerina menatap pada kakak iparnya yang tertawa di samping Lionel. Ya. Kakaknya itu sudah menikah setahun yang lalu. Dan rumah tangga kakaknya ini, membuat iri saja. Lionel yanhg sangat mencintai istrinya dan memberikan yang terbaik untuk istrinya. “Aku ke sini bersama Samuel.” “Terus dimana dia sekarang?” Lerina terdiam mendengar pertanyaan kakaknya. Tak mungkin dia mengatakan, kalau Samuel meninggalkan dirinya sendirian di sini. Yang ada nanti, Lionel akan marah pada Samuel dan menghaja pria itu. Dia tidak mau. “Samuel ada urusan pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Jadi, Lerina menyuruh Samuel pergi saja.” Bohong Lerina melindungi calon tunagannya itu. Lionel mengerutkan keningnya, dan mengangguk. Dia percaya dengan apa yang dikatakan oleh adiknya ini. “Kamu sudah makan?” tanya Lionel. Lerina mengangguk. Walau dia sebenarnya belum makan. Baru dua suap dia memakan makanannya tadi, dia sudah dikejutkan dengan apa yang dikatakan oleh Samuel. Lionel mengangguk. “Ya udah. Kamu makan lagi sama kita. Nanti pulang biar Kakak antar.” Lione menarik tangan adiknya dna juga tangan istrinya menuju salah satu meja. Lionel memanggil pelayan dan memesan makanan. “Kalian ingin pesan apa?” tanya Lionel. Lerina dan Xava—istri Lionel, memesan makanan yang mereka inginkan. Mata Lionel tertuju pada jari manis adiknya. Dia melihat sebuah cincin. Selama ini Lerina tidak pernah memakai cincin. Lerina pernah mengatakan, kalau dirinya bertunangan dan menikah. “Siapa yang melamar kamu?” tanya Lionel tajam. Lerina yang mendengarnya tersenyum, keluarganya bmemang sudah tahu, kalau Lerina itu mencintai Samuel. Dan ingin menikah dengan Samuel. “Samuel yang lamar.” Lerina memamerkan cincin itu di depan kakaknya. Lionel yang mendengar itu mengerutkan keningnya. Karena dia tahu, kalau Samuel bukan lelaki yang menyukai adiknya. Bahkan Samuel sering kabur kalau melihat Lerina di acara keluarga mereka. Yang mana Samuel selalu datang bersama dengan orang tuanya. Luna dan Natha sudah dianggap keluarga oleh mereka. Dan setiap ada acara keluarga mereka selalu datang. “Kamu yakin? Dia menyukai kamu?” tanya Lionel. Lerina terdiam, dia tidak tahu kalau Samuel menyukainya atau tidak. Melihat pria itu tak mengatakan apa pun dan hanya mau mengajak dirinya untuk bertunangan. “Aku tidak tahu.” Jawab Lerina lesuh. Lionel menghela napasnya. Dia tikdak tahu harus mengatakan apa pada adiknya ini. Tapi, dia tidak bisa melarang adiknya untuk tak bertunangan dengan Samuel. Melihat adiknya yang tampak sangat senang dan memancarkan senyuman kebahagiaannya terus. “Mama dan Papa sudah tahu?” tanya Lionel, mana tahu orang tuanya belum tahu mengenai tentang Lerina yang dilamar oleh Samuel. Dan putri mereka sudah menerima lamaran dari pria b******n itu. Lerina menggeleng. “Kan Lerina belum pulang ke rumah. Kakak bagaimana sih?” tanya Lerina gemas pada kakaknya. Lionel yang mendengarnya tertawa kecil. “Maaf, sayang. Kakak lupa. Kakak itu sudah tua ya. Dan kerjaan Kakak banyak.” Lerina mencibir mendengarnya. Alasan kakaknya saja. “Sudah cepat makan. Lerina mau cepat pulang. Tadi Lerina menelepon Levin malah tidak diangkat, ntah kemana anak itu. Padahal dia itu termasuk santai dan tidak banyak kerjaan!” omel Lerina. Lionel hanya menggeleng. Dengan gemas Lionel mencubit pipi adik perempuannya. Adik perempuan satu-satunya. “Ayo, kita pulang. Kakak akan menginap di rumah Mama dan Papa. Melihat reaksi mereka. Anak perempuan kesayangannya yang baru berusia dua puluh tiga tahun dan sudah dilamar.” Kata Lionel tertawa kecil. Lerina mendelik, dan berdiri dari tempat duduknya. Lerina berjalan keluar dari dalam restoran lebih dulu. Dia tidak mau menjadi obat nyamuk. Karena berjalan bersama dengan kakaknya dan kakak iparnya. Keduanya selalu tebar pesona sana sini. Membuat yang sendirian tanpa pasangan jadi iri melihatnya. Lerina masuk ke dalam mobil. Dan mengeluarkan ponselnya, berharap ada pesan masuk dari Samuel. Namun apa yang diharapkan oleh dirinya? Pria itu tidak akan mengirim pesan dan menelepon dirinya. Pria itu tak akan berubah menjadi perhatian setelah melamar Lerina. “Apakah aku salah memilih ini?” tanyanya dengan suara pelannya, yang tidak dapat didengar oleh Xava dan Lionel yang berada di depan. Lerina memejamkan matanya, ketika mobil mulai berjalan. Semoga dia tak salah dengan keputusannya ini. Dia akan melanjutkan pertunangan ini. Dan merebut hati Samuel—pria yang dicintai oleh dirinya semenjak dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD