Rencana

1422 Words
  Pandangan sang kaisar menimbulkan riak tidak nyaman pada diri Sakira. Dia tidak pernah lupa jika kaisar di depannya adalah pribadi yang membencinya karena menghalangi Permaisuri Irene menjadi penguasa penuh istana dalam. Permaisuri Irene seharusnya yang menjadi wanita nomor satu di negeri Awan karena dicintai oleh kaisar. Namun posisi tersebut tidak bisa diberikan karena ditentang oleh kaisar terdahulu. Padahal jika Permaisuri Irene menempati posisi itu, mereka akan menjadi pasangan berbahagia sebagai raja dan ratu layaknya dongeng. Semua orang juga turut berbagia tanpa ada pihak yang tersakiti.   Akan tetapi tidak bisakah dia, tidak menyalahkan segalanya pada dirinya karena di angkat menjadi ratu oleh kaisar terdahulu. Kaisar terdahulu berpendapat jika Permaisuri Irene tidak akan sanggup memimpin negeri Awan karena terlihat tidak kompeten. Jadi dia memilih Sakira yang saat itu memikat kaisar terdahulu dengan kecerdasannya saat bertanding catur dengannya. Sehingga kaisar memerintahkan Callisto mendekati Sakira untuk mendekatinya lalu melamarnya.   Andai saja Sakira tau jika Kaisar Callusto memiliki kekasih hati, dirinya tidak akan pernah menyetujui lamaran Kaisar Callisto. Sakira juga tidak menginginkan menjadi duri dalam kisah cinta Callisto dan Irene. Dia dulu merasa Callisto melamarnya karena membutuhkan pernikahan ini agar diangkat menjadi Kaisar. Sebagai gadis yang jatuh cinta, ia jelas begitu bahagia ketika menikah dengan pria yang ia cintai dan berguna bagi orang yang ia cintai.   Akan tetapi dirinya tidak pernah menyangka jika sehari setelah raja terdahulu meninggal, Kaisar Callisto langsung mengangkat Permaisuri Irene menjadi istrinya yang kedua. Itu mengejutkan dirinya dan menghancurkan harapan yang mulai bersemi. Terlebih Kaisar Callisto mulai menunjukkan sikap dingin kepadanya.   Sakira juga tidak mungkin melupakan pandangan sinis kaisar ketika menghadiri pesta. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, kaisar dengan terang-terangan mengacuhkannya di hadapan para tamu bangsawan lain dengan menggandeng Permaisuri Irene berkeliling dan meninggalkannya di belakang.   Tetapi sekali lagi cinta membutakan dirinya yang masih naif. Sakira sama sekali tidak keberatan dan masih menjalankan perannya sebagai ratu. Segala sikap tidak acuh oleh kaisar ia terima dengan senyum. Berharap jika suatu hari Callisto akan tersentuh dengan sikap tulusnya mengabdi pada negeri. Sayangnya harapan itu semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu Sakira tidak sadar jika senyumnya telah lama menghilang dari bibirnya.   Akhirnya Sakira mengerti jika dia hanya dijadikan jembatan untuk mengangkat Irene menjadi permaisuri. Dia begitu menyesali keputusannya yang terdahulu. Sekarang dia hanya menyesal.   Siapa yang menginginkan kehidupan penuh aturan ketat padahal ia bisa bersantai bersama keluarganya. Siapa yang ingin dipandang dingin, diabaika dan hanya menjadi boneka pekerja oleh suaminya sendiri seakan dirinya sampah. Tapi semua sudah terlanjur dan neraka berupa istana mengurungnya tanpa belas kasihan.   Sekarang setelah semua rasa sakit yang ia rasakan, kaisar datang untuk mengunjungi dirinya setelah tidur panjang. Ada sedikit keterkejutan pada diri Sakira. Namun Sakira sudah tidak ingin menggantung harapan kosong agar di hargai oleh pria ini. Dia bertekad akan menghilang dari negeri Awan. Mencari kebebasan dan kebahagiaannya sendiri.   "Bagaimana kabarmu? " Callisto memulai perbincangan. Dia masih tetap tampan dengan jubahnya yang dirancang khusus. Wajahnya yang tegas tetap menawan seperti biasa.   Sakira sedikit terkejut dengan pertanyaan Kaisar. Di masa lalu pria di depannya ini sangat jijik kepadanya. Tapi sekarang dia berbicara padanya.   'Bukankah dia sangat membencinya. Mengapa sekarang ia bertanya seolah mengkhawatirkanku?' batin Sakira.   Demi kesopanan, Sakira mengangkat wajahnya dan menatap Callisto. Dengan senyum tipis , Sakira menjawab, "Salam bagi Matahari negeri Awan. Ratu ini baik-baik saja. "   Hening.   Jawaban singkat Sakira membuat situasi menjadi canggung. Yang terburuk, Sakira tetap menunduk dan enggan menatap Callisto. Dia juga melangkah mundur saat Callisto ingin mendekatinya.   Callisto menyadari jika ada yang berubah dari diri ratunya. Gadis ini tidak lagi memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harap. Jangankan memandangnya, ia bahkan enggan berdekatan dengannya.   "Ehem, aku senang kau baik-baik saja. Aku datang ke sini karena akan--"   "Salam bagi Matahari negeri Awan dan bulan negeri Awan... " Permaisuri Irene datang mengintrupsi ucapan kaisar. Dia bertindak polos seolah tidak tau jika kaisar sedang berbicara dengan Sakira.   Namun Sakira sudah tau mengapa Permaisuri Irene datang ke istana Kristal. Niat kedatangannya sudah jelas. Tidak ada wanita di dunia ini yang bisa berbagi cinta. Terlebih wanita itu sudah berhasil memiliki secara mutlak kasih sayang sang suami. Jadi melihat Callisto yang seolah terpesona dengan wajah cantik Sakira --mau tidak mau membuat Irene tidak nyaman. Secara insting Irene berpikir harus mengalihkan pandangan kaisar kepadanya, dan mencegah Callisto semakin tertarik pada ratu.   "Yang mulia dan saudari Irene, silakan ke tempat perjamuan. Kebetulan saya sedang mengadakan pesta kecil. " Sebuah ucapan basa basi yang pasti tidak akan di sambut oleh kedua orang itu, terlontar dari bibir Sakira. Hanya demi kesopanan belaka, ia mengundang mereka.   Permasuri Irene jelas tidak menginginkan hadir pesta Sakira. "Kami tidak akan menggangu saudari Sakira. Kami juga harus pergi mempersiapkan untuk pesta merayakan sadarnya permaisuri dari tidur panjang. Rakyat negeri Awan pasti berbahagia mendengar berita anda sadar kembali. "   Sakira tersenyum ramah, "Seperti biasa, saudari Irene sangat murah hati. " Permaisuri Irene sedikit menarik Callisto yang sedari tadi terpesona melihat ratu. Ternyata instingnya memang benar, Callisto mulai tertarik pada ratu yang ia abaikan demi dirinya. Dengan demikian Irene tidak bisa membiarkan sang kaisar lebih tertarik pada ratu yang notabene nya saingan cintanya.   Sakira menepuk d**a setelah mereka pergi. "Fiuuh... Sungguh melelahkan menghadapi mereka berdua. "   Kepergian mereka di sambut desahan lega dari Sakira. Dia memanggil pelayan dan mulai mendandani dirinya.   "Apakah jubah ini yang akan anda pakai, Ratuku? "   Baju keemasan yang menyilaukan serasa membutakan mata Sakira. Dia mendengus geli dan menggelengkan kepalanya. Dulu ia bersedia memakai itu karena itu jubah kebesaran Sang ratu. Dan ia bangga mengenakannya karena seolah menerima kehormatan untuk mengemban tanggung jawab besar. Namun tidak untuk hari ini dan seterusnya.   "Ais, singkirkan warna mencolok itu. Berikan aku warna hijau muda dengan brokat putih. Aku tidak akan memakai mahkota emas yang nampak berat itu lagi. Aku hanya akan memakai tiara di keningku. "   Para pelayan yang biasanya melayani sang ratu sedikit bingung dengan perubahan selera Sakira. Tetapi mereka tidak berani membantah perintah Sang ratu.   Dan ternyata selera Sakira yang baru tidak keliru sama sekali. Sakira yang memang terlahir cantik hingga mampu menjatuhkan kota nampak lebih bersinar dengan riasan ringan dan pakaian yang sederhana namun elegan. Ini memang salah satu keuntungan yang ia dapatkan ketika jiwanya terlempar ke dunia modern. Sakira jadi tau seluk beluk fasion yang cocok untuknya.   "Oh ratuku, anda begitu luar biasa. "   "Aku tidak mempercayai penglihatanku. " Segala pujian dari pelayan terus bersautan.   Sakira tersenyum melihat para pelayannya yang terus berkata manis. Para pelayan ini memang orang yang setia terhadapnya.   "Ayo kita mulai ke perjamuan."   Mereka pun melangkah ke ruang jamuan istana kristal. Sebagian pelayan sudah hadir, penjaga dan prajurit juga bergantian menghadiri jamuan. Mereka semua duduk melingkar di kursi yang memiliki meja oval yang besar. Sedangkan Sakira duduk di tempat paling ujung meja di kursi kebesarannya. Suasana sangat akrab dan nyaman.   "Tunggu apa lagi, ayo mulai pestanya. Nikmati hidangan dan mainkan musik. "   "Baik ratu. "   Pesta pun dimulai. Sakira merasa sangat senang dengan kebahagian mereka yang tercermin jelas di matanya. Keharuan menyerbu Sakira tak kala beberapa diantara pelatan dan pengawal yang menangis senang dengan sadarnya dirinya. Ketulusan itu bagai embun yang menetesi kegersangan jiwanya.   Sakira tau mereka adalah kaum yang sederhana tanpa trik demi mendapatkan kekuasaan. Sangat berbeda dengan kaum bangsawan dan pejabat yang memiliki beberapa makna dalam ucapan mereka.   "Andai aku seperti mereka... "   Deg.   Sebuah gambaran tiba-tiba tersemat di pikiran Sakira. Bagai sebuah petir, ilham mendatangi otaknya.   'Tunggu dulu... Mengapa aku tidak bisa seperti mereka. Aku tidak ingin terus berada di sini dan menyaksikan diriku layu tanpa makna pada hidupku ini. "   Sebuah pemikiran untuk melarikan diri mulai mengusik Sakira layaknya sebuah solusi yang ia cari demi terlepas dari jerat kesedihan selama ini. Jantung Sakira berdetak hebat karena pemikiran yang datang tiba-tiba.   'Benar, aku harus pergi dari kerajaan Awan, untuk itu aku harus melarikan diri dengan rencana yang matang. '   Di tengah pesta itu, semua bergembira tanpa tau rencana yang berada di benak sang ratu. Mereka terus bersenang-senang dan menganggap semua akan kembali seperti sang ratu yang belum tertidur panjang. Yah, tidak ada yang menyadari kegembiraan ratu yang berlebihan sekarang ini.   "Ayo minum dan makan lagi. Mei, bagikan makanan ini kepada mereka," perintah Sakira. Selain itu Sakira juga mengeluarkan koin emas dan membaginya pada para pelayan dan penjaga yang hadir. Ini sebagai wujud terima kasihnya atas pengabdian mereka selama ini.   Tentu saja pelayan dan pengawal yang hadir terkejut atas hadiah dari ratu. Mereka berduyun-duyun mengucapkan terima kasih pada Sakira. Dalam hati, bawahan Sakira ini bertekat untuk selalu setia dengan Sakira. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD