PROLOG

483 Words
Betty Swan Aurora Mendez menghempaskan spatula penuh saus tomat ke dalam kuali di hadapannya. "Kenapa harus aku? Apa kau tanya apa alasannya?"  Betty menggeram dan berbalik menghadap ke arah meja dapur bersih di mana seorang kurir berdiri tegak dengan raut wajah yang putus asa. "Tuan Jefferson ingin Anda sendiri yang mengantarkan makan siangnya, Chef." Betty menghela napas pelan. Menekan kekesalannya hingga menipis setipis mungkin.  "Baiklah. Kau temui Jesse dan antarkan pesanan lainnya." Pemuda itu mengangguk dan berlalu dengan cepat. Jelas berada di hadapan Betty, sang Bos yang tengah kesal bukan pilihan yang baik. Betty menatap dua kotak makan siang lengkap yang ada di hadapannya. Kotak dengan warna hijau tua dan merah dengan label restoran kebanggaan keluarganya. Kotak yang kembali lagi ke restoran nya setelah seseorang dari masa lalu memesannya tigapuluh menit lalu. Kotak yang harus Betty ganti dengan yang baru. Kerugian kecil...tapi sangat membekas di hati mengingat siapa pemesan yang mengembalikannya. "Baiklah. Sepertinya aku harus mulai membiarkan kemana takdir akan membawa ku. Dave Edward...setelah lima tahun berlalu...apakah kau masih tetap t***l seperti dulu?" Jefferson Sepuluh menit kemudian... Dingin pendingin ruangan di sebuah ruangan yang didominasi warna putih itu menyelusup pori-pori kulit Betty. Dia berdiri tegak tujuh langkah dari sebuah meja yang sangat berwibawa, setelah seorang sekretaris dengan belahan d**a menyembul dan rok A line yang sangat ketat mengantar nya. Kursi di hadapannya tidak berbalik menghadap ke arah jendela kaca super besar yang menghadap ke arah gedung-gedung pencakar langit di pusat kota Manhattan itu. Kursi berwarna hitam itu kosong tak berpenghuni.  Betty menghela napas dan bermaksud melangkah. Dia baru saja berpikir untuk meletakkan pesanan makan siang sang Bos besar ke meja nya saja, daripada menunggu Bos besar yang tak kunjung keluar bahkan setelah Betty berdiri sepuluh menit lamanya. Namun pintu di samping kanan Betty terbuka. Menampilkan sosok pria yang sangat Betty kenal, membuat urung langkah Betty. Dave Jefferson. Salah satu Leandro dengan segala perubahan nya. Betty melangkah dan meletakkan kotak makan siang Dave ke mejanya. "Makan siang anda, Sir. Silahkan lakukan pembayaran melalui transfer atau cash. Saya menunggu." "Betty..." Suara Dave menghantam pendengaran Betty. Dan hatinya. Betty mundur dan berdiri tegak lagi. Menunggu. Ruangan begitu sunyi, bahkan helaan napas Dave terdengar halus. Betty yang menunduk mendongak pelan ketika ujung sepatu mahal Dave tertangkap oleh matanya. Tatapan Betty menabrak dagu Dave. Dave berdiri begitu dekat dengannya. Aroma maskulin pria itu...memabukkan membuat Betty terhuyung. Dan dia tak jatuh karena tangan kokoh Dave menangkapnya. Membawa tubuh Betty membentur dadanya. Sebuah gerakan tercipta secara spontan oleh Betty. Dia mengangkat kedua tangannya dan meletakkan di d**a Dave. Berusaha memberi jarak yang memang sudah seharusnya tercipta di antara mereka. Tatapan mata mereka terkunci satu sama lain.  Detak jantung yang memacu begitu cepat. Milik siapa? Betty merutuk. Tentu saja miliknya! Dia bahkan bisa merasakan jantung Dave berdetak sangat tenang. Ketenangan yang jelas terasa dari permukaan telapak tangan Betty dan tak sanggup menular kepadanya. Ketenangan itu...nyata hanya milik Dave saat ini. "Aromamu seperti roti panggang rumahan...aku sangat menyukai nya...Betty Swan Aurora Mendez. Apa kabar?" Dan Betty oleng. Menggeleng tak yakin. Ini jelas...tidak benar... ------------------------
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD