Chapter 10. Disaster

1749 Words
Pagi yang cerah bagi Kanaya. Dia sudah rapi dengan setelan baju kerja yang melekat ditubuh indahnya. Karena udara di luar sangatlah dingin, dia memakai mantel bulu warna hitam dan slayer warna hijau semakin membuatnya terlihat mempesona. Dengan semangat yang membara dia memulai harinya, berharap semua akan lancar dan akan baik- baik saja. Setelah merasa cukup dengan penampilan dan persiapannya pun selesai, Kanaya bergegas berpamitan dengan Aunty dan Unclenya menuju ketempat dimana dia akan mencoba memulai peruntungannya untuk bekerja demi hidup yang lebih baik... Kanaya dijemput mobil berlogo kuda, mobil berwarna silver itu melaju dengan lancar membelah keramaian kota New York. Mobil berhenti di sebuah kantor yang familiar baginya, Kantor Utama Dengan tulisan Daltron group, kenapa aku bisa kesini lagi, bukannya Julia bilang big bossnya... atau yang punya Daltron jadi big bossku... Sopir itu lagi-lagi membukakan pintuku dengan sopan, aku turun menuju meja resepsionis, dia menyambutku dengan senyuman, karena aku sangat mengenalnya. “Hai Nay, kau ditunggu big boss diruangannya, aku heran kau bagaimana ceritanya bisa kenal dengannya, dan memintamu langsung jadi sekretarisnya, karena setahuku big boss kita itu jarang sekali berkunjung kesini, tapi demi mengadakan wawancara denganmu dia mau datang ke sini,” goda Camilla wanita n***o yang sangat ramah menurutku. “Aku bahkan tidak tau siapa yang kau maksudkan,” kataku sambil menggedikkan bahuku acuh. “Oh ayolah... kau bahkan sudah bekerja disini tiga minggu, masa tidak tau big boss kita?”  sahutnya tak percaya. “Yang kutahu bosku ya Julia,” sahutku santai “Udah sana kamu ditunggu dari tadi,” katanya lagi “Dimana?” “Dilantai paling atas, disana cuma ada satu ruangan,” jawabnya sambil mengerling, ada apa dengannya? pikirku. Bergegas aku menuju ke arah lift. Dengan penuh percaya diri dia masuk ke Lift itu. *** Jashon pov   Di kantor yang sama, di ruangan CEO, seorang pria tampan sedang menerima telpon... terlihat sekali sikap serba salahnya saat berbicara dengan orang yang ada di seberang sana... “Ma, sudah kubilang Jessica belum menginginkan punya momongan dulu, dan aku menghargai keputusannya,” sahut Jashon Klein sambil memijit keningnya yang tiba-tiba pusing mendengar permintaan mamanya. Ini bukan pertama kalinya sang mama membicarakan hal ini dan dia sudah sangat lelah meladeninya, karena hasilnya pasti sama... “Mama nggak mau tau ya, kamu harus bujuk istri kamu itu. Atau kalau perlu kamu menikah lagi aja. Mama udah tua Jash, mau sampai kapan kalian menunda punya momongan. Temen mama udah pada punya cucu. Anak mama khan cuma kamu. Mau siapa lagi yang bisa meneruskan keturunan klein kalau bukan kamu,” suara mamanya terdengar sangat sedih, karena sudah sejak lima tahun putranya itu menikah, tapi kabar bahagia itu belum juga terdengar. Bukan karena tidak bisa, tapi karena alasan istri putranya itu lebih berat ke karier modelingnya daripada hamil, memberikan keturunan padanya dan juga membesarkan anak mereka. Itu yang membuatnya resah, sampai kapan menunggu. “Ya ma, nanti aku omongin lagi sama Jessica, mama tau sendiri Jessi sekarang ada acara fashion Show around Europe,” akhirnya Jashon mencoba mengalah. Ya, biar mamanya juga nggak mencecarnya lagi. Sungguh hari ini pekerjaannya menumpuk dan sekarang harus mendengar rengekan mamanya lagi. Coba kalau mamanya hanya sekedar minta dibeliin berlian, dia pasti tidak akan sepusing ini. “ya sudah, mama tunggu ya khabar baiknya. Salam buat Jessica. Kapan-kapan ajak istrimu mengunjungi mama. Sudah lama kalian tidak mengunjungi mama bukan?” ucap mamanya masih dengan nada merajuknya. “Yaaa, Jash usahain. Udah dulu ya mam, salam juga buat papa, bye ma,” tanpa menunggu jawaban mamanya Jashon mematikan telponnya. “Arghhhh capeeek,” tangannya direntangkan mencoba mencari kenyamanan. Pasalnya tangannya sudah kaku karena dari tadi sibuk mengotak-atik komputernya, ditambah lagi harus mendengarkan rengekan dari mamanya... Tok... Tok... Tok....  “Masuuuk,”teriaknya “Maaf pak, calon karyawan barunya sudah datang. Kemarin bapak berpesan untuk langsung mewawancarai mereka,” ucap Mr. Thomas sang manajer personalia sopan “Batalkan aku sudah memperoleh sekretarisku sendiri?”  jawabku dengan sedikit senyum saat mengingat siapa yang akan menemaniku setiap harinya di kantor. Oh hidupnya tak akan membosankan lagi. Dia memang mencintai Jessica, tapi kehadiran wanita ini membuatnya gila, bibirnya menjadi candunya, dia sudah berusaha menghilangkan bayangan erotis yang selalu datang saat dia memikirkan Wanita itu, tapi setiap malam dia selalu memimpikan wanita itu dengan segala fantasinya. oh kenapa dia jadi gila seperti ini. Bahkan bayangan mimpinya semalam membuat juniornya membengkak dan harus mandi air dingin berulangkali...ini menyebalkan. Dia juga memikirkan permintaan ibunya, Jessi dengan tegas menolak punya anak, apa dia harus minta wanita lain untuk mengandung anaknya? Tapi siapa? Aku tidak mungkin meminta wanita yang pernah kukencani menjadi ibu dari anakku, ku buka dokumen Kanaya, dan senyumanku langsung muncul di wajah tampanku. Sebuah ide muncul di kepala jeniusku. Kurasa dia tidak bisa menolaknya. Tok Tok “Masuk,” Seruku Wanita itu memasuki ruanganku dengan menunduk, kurasa dia belum tau akulah calon bosnya, entah bagaimana reaksinya jika tau, aku sedikit penasaran. “Apa lantainya lebih menarik bagimu Ms. Kanaya?”  tanyaku datar, aku tidak mau dia tau kalau aku sangat menantikan saat bertemu kembali dengannya, dia menatapku dan lihatlah betapa menggemaskannya saat wajahnya terlihat terkejut, mata membulat, bibir terbuka tertutup, sepertinya wanitaku kehabisan kata kata pintarnya. “An... anda? B... bagaimana bisa?”  serunya tak percaya, dengan masih dengan ekspresi bingungnya yang sangat menghiburku. Kugigit bibir bawahku menahan kedutan bibirku yang menahan tawa. Dia semakin salah tingkah, dia menatap bibirku, dan menelan ludahnya dengan kasar, apa dia bereaksi padaku, kujilat bibirku menggodanya, dia memalingkan wajahnya yang bersemu. “Sampai kapan kamu akan berdiri saja, duduk!” perintahku, dia cemberut. “Kenapa wajahmu seperti itu, Tidak sopan,” gerutuku Dia mencebik. “Kenapa?”  Tanyanya akhirnya. “Kenapa Apanya?”  Ucapku datar. Dia membuatku sebal dengan ekspresi polosnya itu. “Bukankah kamu kesini karena Julia mengatakan padamu bahwa aku memintamu menjadi sekretarisku, bukankah kau sudah tau kenapa bisa berada di ruanganku, kenapa masih bertanya? Apa kamu tidak tau siapa bos yang dimaksud oleh Julia?”  wanita ini memang unik, dia bahkan tidak mencari tau tentangku di internet. “Kamu akan menjadi sekretaris saya,” kataku akhirnya. *** Kanaya Side   Sementara di luar ruangan, Kanaya yang awalnya begitu bersemangat, saat itu terlihat begitu gugup menghadapi situasi yang akan merubah hidupnya. Entah kenapa ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap dalam dirinya. Dia bertanya-tanya, ada apakah ini. Tapi kemudian dia mencoba untuk kembali menenangkan diri. Dia tidak boleh terlihat gugup. Semua harus berjalan dengan baik, tekadnya. Ini kesempatan baginya untuk dapat merubah hidup dan memulainya kembali dengan lebih baik. Kanaya menarik nafas dalam-dalam. Dipejamkannya matanya. Dihilangkan semua pikiran yang akan mengganggu semua usahanya. Kemudian dengan perlahan dihembuskan nafasnya. Ada perasaan lega didirinya, Kanaya bertemu dengan seorang pegawai disini dan menunjukkan ruangan CEO-nya. Kulihat ada plakat bertuliskan CEO, aku mengetuk dengan pelan, tak ada sahutan, mungkin kurang keras, ku ketok lagi kali ini lebih keras dari tadi Tok Tok “Masuk,” seru suara dari dalam Inilah saatku dan aku tidak boleh gagal. Tekad Kanaya begitu menggebu-gebu. Kenapa jantungku rasanya seperti ini, seperti melompat-lompat. Mungkin karena ini pertama kalinya aku dalam situasi seperti ini. Aku harus tenang... dengan langkah pelan aku memasuki ruangan CEO. Aku Menundukkan kepalaku , aku tak berani menatap kearahnya. “Apa lantainya lebih menarik bagimu ms.Kanaya?” tanya suara nan sexy yang sering menghantuiku, membuatku langsung menatapnya tak percaya. “An...anda? B... bagaimana bisa?”  tanyaku gagal faham, dia malah menggigit bibir sexynya, membuatku berpikir yang ena ena, dia bahkan menjilat bibirnya, Membuat bayangan erotis dengannya bermunculan dalam kepala cantikku, kualihkan pandanganku ke arah lain, dia mau menggodaku, Ruangannya sangat luas, mataku langsung tertuju ke meja yang ada di tengah ruangan itu. Aku belum berani melihat CEO itu lagi takut khilaf. “Sampai kapan kamu berdiri disana, duduk,” suara bariton yang sexy memecah lamunanku. Bodoh, disaat seperti ini pikiranku malah kemana-mana tidak jelas. Aku merutuki diriku sendiri, bergegas aku menuruti perkataan Ceo tersebut. Akupun duduk di kursi di hadapan meja CEO itu, kuberanikan diriku menatap si pemilik suara sexy itu. Suaranya saja sexy ataukah orangnya juga sesexy suaranya ? Bodoh tentu saja, bahkan kau sudah pernah merasakan bibirnya yang sexy itu dan kamu ingin lagi kan? Dewi batinku mengejekku, Akupun cemberut tanpa kusadari. “Kenapa wajahmu seperti itu, Tidak sopan,” gerutunya, kenapa dia yang marah, akupun mencebikkan bibirku tak sadar Aish bodoh... “Kenapa?”  Tanyaku akhirnya, tentu saja menutupi kebodohanku barusan, tapi malah ambigu. “Kenapa Apanya?” Sungutnya, aku hampir saja tertawa melihat ekspresi kesalnya. “Bukankah kau datang kesini karena Julia mengatakan kalau aku memintamu menjadi sekretarisku, bukankah kau sudah tau kenapa bisa berada di ruanganku, kenapa masih bertanya? Apa kamu tidak tau siapa bos yang dimaksud oleh Julia?”  Tentu saja aku tidak tau, kalau aku tau kupastikan aku tidak perlu repot repot datang kesini, Batinku. Lagi-lagi itu semua hanya berani kukatakan dalam hati “Kamu akan menjadi sekretaris saya,” Katanya akhirnya. Membuatku terkesima Ini bencana, bagaimana mungkin aku menjadi sekretarisnya? Berdekatan dengannya saja jantungku sudah tidak karuan, ini harus setiap hari Menemaninya menyelesaikan tugas kantornya, aku menatapnya tak percaya, dia bisa membayar Sekretaris yang profesional. Kenapa aku yang hanya lulusan akuntansi. Memang Julia “kenapa kamu menatap saya seperti itu?” tanya lelaki itu datar sambil mengangkat sebelah alisnya tanda penasaran dengan sesuatu. “Maaf Mr. Seperti apa ya ?” “Sudah lupakan. Saya sudah melihat cv kamu. Saya sudah mempelajari semuanya. Bagaimana kalau saya menawarkan kamu sebagai sekretaris saya, karena sekretaris saya mengundurkan diri karena sudah mau melahirkan, sedang sekretaris baru saya kemarin saya pecat. Tapi saya punya syarat buat kamu kalau setuju,” ujarnya datar Apa ? “Maaf mr... tapi anda serius? Anda tau sendiri jika background pendidikan saya akutansi, saya takut mengecewakan anda,” kataku mencoba mengingatkan dia, kurasa jika aku menolaknya langsung dia akan memblack list namaku di perusahaan manapun. Awal aku menerima permintaan Julia karena aku tidak pernah menyangka jika big bos yang dimaksudnya adalah Jashon “Bagian Akuntan  itu sudah ada yang mengisi barusan, jadi saat ini yang tersisa hanyalah posisi sebagai seorang sekretaris, lagi pula kamu bisa sambil belajar, memang Julia tidak memberi tahu,” sahutnya datar. Ternyata dia sudah tau background pendidikanku “Iya sir,” jawabku singkat “Baik saya bersedia, tapi apa anda tidak keberatan dengan latar belakang pendidikan saya?” “Kurasa kamu tidak keberatan kan jika belajar.” “Jika anda tidak keberatan dengan background pendidikan saya jadi saya akan berusaha, saya harap anda tidak menyesali keputusan anda sir, Lantas apa syaratnya sir?” “Kamu harus mau mengandung anakku,” ujarnya tanpa ekspresi ataupun berdosa seakan yang telah diucapkannya itu hanya soal upil.. What ??? Kupandangi wajahnya mencari kebohongan, apa orang ini mengerjaiku? Wajahnya masih sedatar tembok di belakangku, apa dia mengigau? Kenapa? Kenapa aku? Ayolah...apa ini april mop? Ini bulan Mei.. Aku masih terpaku, kehilangan kata kata.. Si tampan nan gagah memintaku jadi ibu anaknya? Apa ini lamaran? Wajahku memerah.. “Bapak melamar saya?”  pertanyaan bodohku keluar begitu saja tanpa bisa kucegah.. Dan gantian dia yang terpana!! Bodoh, bagaimana dia akan melamarku jika dia sudah menikah, dasar stupid mind... Ingin rasanya aku memukul bibir lancangku...  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD