"Kak Theo?" ucap Ruza ketika melihat Theo.
Theo langsung menarik tangan Ruza, membawa gadis itu keluar ruangan. Saat sudah keluar dari ruangan itu, Theo menggandeng tangan Ruza, tidak menarik lagi, karena Theo takut jika terus menarik tangan Ruza maka akan membuat tangan Ruza sakit. Theo membawa gadis itu menuju sebuah ruangan.
"Kakak mau bawa Ruza kemana?" tanya Ruza namun tidak ditanggapi oleh Theo.
Theo mengunci ruangan itu, takut jika temannya masuk atau ada orang lain masuk. Theo tidak terima jika orang lain melihat Ruza berpakaian seperti itu.
"Duduk!" perintah Theo.
Ruza menggelengkan kepalanya. "Kakak jawab dulu, kenapa bawa Ruza keluar dari sana."
"Zaa, lo ngapain di club?" tanya Theo, takut Ruza salah pergaulan, semacam ikut mabuk-mabukan. Apalagi beberapa bulan lalu Theo mendapat kabar dari gadis itu bahwa Hades akan pergi sementara waktu ke luar negeri. Theo sudah menyuruh Ruza untuk tinggal sementara dengannya, namun gadis itu menolak. Dengan alasan tidak mau terlalu merepotkannya.
"Ruza ngerayain ultah temen Ruza kak," jawab Ruza.
Entah mengapa dari cara bicara Theo merasa melihat perbedaan dari diri Ruza. Theo biasanya hanya berkomunikasi lewat ponsel dengan gadis. Jadi dirinya tidak begitu tahu tentang perubahan Ruza. Termasuk cara bicara gadis itu.
"Ultah? Anak SMA ultah ngerayain di club, kalian udah gila?"
"Lagian semuanya cewek."
Theo berjalan memojokkan Ruza hingga Ruza bersandar pada dinding. "Kalau mabuk?"
"Ruza ga minum kok."
"Kalau di serang orang?"
Ruza terdiam. Gadis itu tidak memikirkan sampai kesana. Hanya berpikir untuk menghadiri undangan temannya.
"Ga bisa jawab kan?" Tangan Theo memukul tembok dengan pelan, menyandarkan kepalanya pada bahu Ruza.
"Gue ga bisa selalu jaga lo Zaaa, jangan aneh-aneh. Hindari hal yang bahaya."
"Tapi ini hal umum kak."
Theo mengurung Ruza dengan tangannya. Matanya menatap wajah Ruza. Walaupun tadi ia sudah melihat wajah itu. Namun baru kali ini ia benar-benar mengamati wajah Ruza. Dan mengamati perubahan pada gadis itu. Rambut Ruza dibuat sedikit bergelombang di bagian bawah. Wajah yang biasanya polos kini dihias make up. Bibir gadis itu yang biasanya berwarna merah muda kini merah menyala. Ruza kini mengenakan high heels, membuat tinggi gadis itu bertambah sampai sejajar dengan lehernya.
Gadis yang biasanya memakai pakaian berwarna cerah kini memakai pakaian hitam. Pakaian hitam minim yang menampilkan lekuk tubuh dan belahan d**a gadis itu.
"Shittt." Theo memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya. Entah mengapa ia gagal fokus dan matanya terasa ingin menatap bagian itu.
Ruza mendongakkan wajahnya. "Kenapa? Benerkan kata Ruza. Ini hal umum."
Theo mensejajarkan tingginya dan menatap wajah Ruza. "Hal umum? Anak SMA kayak kamu pake pakaian kurang bahan begini itu umum?"
"Iyaa kak, nyatanya temen-temen Ruza juga kayak gini."
Theo menghela napas, menjauh dari Ruza sambil memijat kepalanya. Entahlah, kini ia sedang pusing dengan pikirannya. Mungkin efek alkohol.
"Kalo temen-temen lo kayak gitu lo jangan contoh Zaa!"
"Kenapa nggak boleh? Ruza udah besar."
Theo menghela napas dan kembali menghampiri Ruza. Dia menyinggungkan senyum dan mengelus rambut panjang Ruza. "Udah besar? Lo masih sama kayak 2 tahun lalu."
Ruza mengerutkan dahinya dan sedikit cemberut. "Ruza nggak sama kayak dulu, kak!"
Theo mengurung Ruza dan kembali mensejajarkan tingginya dengan Ruza. "Lihat kakak, masih sama kayak 2 tahun lalu kan?"
Mata Ruza memperhatikan Theo dengan teliti. Memang benar apa yang dikatakan Theo, orang itu masih sama seperti 2 tahun lalu. Namun ia tidak sama, ia banyak berubah. Ia bukan lagi bocah SD atau SMP!