R O S E

2044 Words
Ariana menuruni anak tangga rumahnya dengan berlari. Tanpa sempat mandi, gadis itu hanya mencuci muka dan menggosok giginya. Menghabiskan hampir setengah botol parfumnya, Ariana berharap bau tidak sedap tidak muncul di tubuhnya. "Kakak! motor dipake Ayah anter Adek. Kamu naik bus ya." seru Joanna yang membuat langkah Ariana berhenti. Ariana menghentakkan kakinya kesal, "Buuuuun! Kakak udah telat loh! mobil Ayah kenapa sih?" rengek Ariana hampir menangis. Joanna langsung menghampiri sang anak, "Mobil Ayah rusak. Dia males pake mobil Bunda. Udah udah, kamu aja yang pake mobil Bunda aja gih." "Nggak bisa nyetir mobil!" sewot Ariana langsung mencium punggung tangan ibunya dan keluar rumah. Joanna menggeleng pelan sambil terkikik. Ariana keluar dari halaman rumahnya. Matanya berbinar ketika melihat tetangga depan rumahnya juga baru akan berangkat. Tanpa basa-basi, Ariana langsung menghampiri cowok yang memakai seragam sama dengannya itu. "Alaska!" kejut Ariana cengengesan. Alaska berdecak, "Sono! gue udah telat!" "Nebeng dong! kapan lagi lo bisa nganter cecan kayak gue, Al." kata Ariana sok iya. Alaska bersumpah perutnya mual mendengar perkataan Ariana tadi. Tanpa persetujuan Alaska, Ariana langsung naik ke atas motor matic pink milik Alaska itu. "Kalo nggak telat, nggak bakal gue tebengin lo, Medusa!" umpat Alaska langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ariana di jok belakang memeluk erat tubuh Alaska. Rambutnya berterbangan karena tidak memakai helm. Bahkan dasinya yang belum sempat dia ikat sudah keburu terbang. Ariana benar-benar menyesali keputusannya untuk nebeng dengan Alaska! "AL AWAS ANJIR ITU ADA KUCING NYE– AAAAAA BUNDA ARI MAU PINGSAN!" teriak Ariana nyaring saat gerbang sekolah sudah mulai terlihat. Sayangnya, seekor kucing melintas tanpa melihat kanan kiri. Alaska dengan wajah tegangnya langsung membelokkan setir motornya. Ariana sudah mencengkram jaket Alaska dengan mata tertutup. "Meow," sepasang remaja itu menghela nafas lega saat berhasil menghindari kucing. "TANCAP GAS, AL! PAK JAMET UDAH MAU NUTUP GERBANG!" "GUE LIHAT ANJIR! BRISIK!" "GO! GO! GO! SAPI GO!" Ckiiit! braakk! brugh! Ariana meringis kesakitan. Matanya membulat saat melihat Alaska yang terjatuh tidak jauh dari posisinya duduk dengan gaya tidak elit. Pandangannya beralih pada motor matic Alaska yang untungnya tidak terlalu rusak parah karena Alaska sempat mengerem. Pak Jamet segera menolong Alaska bangun. Mata cowok itu menatap nanar motor maticnya, "Aura.." Ariana menghampiri Alaska lalu menepuk bahunya prihatin. Kepalanya menggeleng pelan, "Seenggaknya nggak ancur, Al. Dan yang terpenting, kita udah di sekolah." kata Ariana iba. Alaska menoleh, "Tetep aja telat, setan." Ariana menggaruk kepalanya. "Iya sih," pandangannya beralih ke Pak Jamet, "Pak! tanggungjawab! gegara Bapak nih kami jatoh begini!" seru Ariana. Pak Jamet dengan seragam satpamnya mendecih, "Kalian saja yang terlambat. Sudah sana pulang. Jangan lupa ke puskesmas depan dulu." "Nggak bisa gitu dong, Pak!" sergah Alaska. Ariana mengangguk setuju, "Bapak nggak lihat kami kecelakaan?! coba kalau Bapak nggak nutup gerbangnya, pasti kita selamat masuk sekolah! sudah lihat kami di jalan, malah tetap nutup gerbang!" protes Ariana kesal. Pak Jamet menatap Ariana malas. Tangannya memilin kumisnya yang lebat itu, "Lah, saya mah ngikutin peraturan sekolah. Kalian telat. Sana balik!" "Tap–" Brakk! Ariana terperanjat kaget saat Pak Jamet menutup pintu kecil di samping gerbang sekolah. Bahunya merosot. Matanya menatap sepasang kaki yang tampak imut dengan sepatu berwarna pink, "Gagal pamer sepatu baru sama Abel." gumam Ariana sedih. Kepalanya menoleh. Ariana menghela nafas panjang, "Al, ayo." "Galau gue, Na." "Kenapa? lo ada ulangan ya hari ini? ada jamnya Bu Juminten?" tanya Ariana tanpa henti menepuk punggung Alaska. Alaska menggeleng, "Gue padahal mau pamer chat-an gue sama Anaya ke Raihan." jawab Alaska lesu. Ariana menatap Alaska kasihan. Tangannya memeluk Alaska singkat, "Nggak apa. Ayo, mending kita ke bengkel abis itu kafe Bang Kara, Al." kata Ariana pelan. Alaska mengangguk singkat. Keduanya pun berjalan mencari bengkel yang bisa memperbaiki setir motor Alaska yang beleng akibat tubrukan tadi dengan gerbang sekolah. Mereka bersyukur gerbang sekolah tidak hancur begitu saja yang harus keduanya mengganti rugi. "s**l banget gue deket sama lo, Na." Ariana mendelik, "Kok jadi gue? kita telatnya barengan kok!" Alaska mendesah pasrah. Tetangganya sejak orok ini memang selalu saja membalas perkataannya. Ariana berdecak sebal karena tak juga menemukan bengkel di sekitaran sekolah. "Kok tumben sih nggak ada bengkel, Al?" "Mana gue tahu, s****n. Kasihan banget Aura gue tengklek gini lehernya." sedih Alaska. Ariana hanya mendengus, "Badan doang macho, motor malah matic. Warna pink lagi!" "Sirik lo." "Najis." "Al, telfon Bang Kara aja udah. Suruh pesenin tukang bengkel kesini. Capek gue jalan." celetuk Ariana setelah berjalan lumayan jauh dari arah sekolah. Alaska mengangguk, "Bener juga lo. Kita istirahat disitu aja tuh." balas Alaska menunjuk trotoar dengan pohon yang cukup rindang menaungi. Keduanya duduk di trotoar dengan wajah memelas mereka. Tak lama kemudian, tukang bengkel pesanan Ankara datang. Alaska memberikan kunci motornya, "Bang, lo bawa bengkel aja deh. Gue mau ke kafe Bang Kara aja berdua nih bocah." kata Alaska. Tukang bengkel langganan Ankara itu pun mengangguk lalu meminta satu temannya untuk membawa motor Alaska. "Bus aja yuk, Al." "Ayok." Ariana menjatuhkan kepalanya di bahu Alaska ketika sudah duduk di dalam bus. Matanya terpejam untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi pagi. Sedangkan Alaska sibuk memainkan ponselnya. Bibirnya menyunggingkan senyum licik saat otaknya memikirkan sebuah ide. Diam-diam Alaska membuka aplikasi ** dan membuat story. Tangan kirinya dia pakai untuk menekan pipi chubby Ariana sehingga bibir gadis itu seperti mulut ikan yang sedang bernafas. Di grade selanjutnya dia menarik hidung Ariana ke atas sehingga mirip seperti babi. Alaska nyaris tertawa kalau saja dia tidak ingat Ariana bisa saja terbangun karena tawa puasnya itu. Alaska ikut memejamkan mata setelah mengirim story ke akun ** miliknya. Tak lupa dia men-tag akun Ariana. Ah, memang menyenangkan berteman dengan Ariana walaupun gadis itu sangat menyusahkan. Setidaknya, dia memiliki korban untuk dia jahili. "ABANG ANKARA SAYANG!! YUHUUUU!! ARIANA GRANDE IS HERE!!" teriak Ariana begitu masuk ke dalam kafe yang membuat pengunjung di kafe itu terkejut. Ankara yang sedang mengerjakan skripsi di meja sudut itu hanya mendesah keras. Dia yakin ketenangannya akan hancur setelah kedatangan Ariana. Alaska menoyor kepala Ariana, "Grande pala lo. Anaknya Pak Brian aja gaya lo." "Sirik aja lo, setan!" Ariana duduk di sebelah Ankara lalu mengecup pipi cowok 21 tahun itu. Mata Ariana menatap layar laptop Ankara, "Cieee yang mau wisuda!" "Tch. Dia wisuda akhir tahun, ketinggalan anjir, Na." dengus Alaska ikut duduk di depan dua orang itu. Ariana membulatkan matanya, "Oh ya? bukannya dia pinter ya? nggak kayak lo yang t***l?" bisik Ariana dengan suara keras. Ankara memutar bolamatanya jengah menjadi bahan gosip dua remaja ini. Alaska menjitak kepala Ariana, "s****n lo," umpat Alaska sebal. "Dia harusnya wisudaan barengan Bang Arvian, tapi dospemnya benci banget sama dia. Makanya diundur mulu. Jadi ada end. Wisudanya kloter berikutnya." Ariana tertawa tanpa beban. "Pasti karena lo maluin dosen lo ya, Bang?" senggol Ariana. Ankara mengendikan bahu acuh. Ariana dan yang lainnya sudah hafal secerdas apa otak Ankara. Sayangnya, sifat cuek dan tak berperasaan milik cowok itu membuat banyak orang yang tidak memiliki kesabaran tingkat dewa itu tidak tahan. Apalagi Ankara ini sombongnya minta ampun kalau sudah mengenai ilmu! Ariana dan Alaska paling malas kalau diajar oleh Ankara dulu sewaktu SD. Ankara lebih menakutkan ketimbang guru mereka di sekolah. Noleh sedikit saja sewaktu diterangkan sudah kena pelototan maut. Apalagi tertawa disaat dia menjelaskan, auto pingsan kena jurus mautnya! Ariana dan Alaska bergidik saat melihat aura permusuhan dari Ankara. Perlahan, keduanya berpindah meja dengan senyuman kaku di wajah keduanya. Ariana menghembuskan nafas lega begitu pindah dua meja dari meja Ankara. "Lo mau apa, Na?" tanya Alaska yang juga kembali tenang. Ariana menyengir, "Mau milkshake sama roti bakar dong." jawab Ariana. Alaska mengangguk lalu pergi memesan. Ariana menyalakan ponselnya lalu membuka aplikasi w******p. Gadis itu mengirim wajahnya yang kesal ke grup keluarga dengan caption 'Anak cantik Bapak Brian Kalandra dan Ibu Joanna Evanthea gagal masuk sekolah dengan selamat'. "Na, lo tahu si Verrel nggak sih?" "Verrel? Bramasta?" "Bukan anjir! Verrel anak musik di sekolah." kesal Alaska. Ariana menyengir, "Oh, enggak. Kenapa? penting ya?" "Gue denger-denger dia abis kena bacok dari sekolah tetangga!" Ariana melotot kaget, "DEMI APA LO, ANJIR?!" Alaska menunduk malu saat orang-orang menatap kesal ke arah meja mereka. Bahkan Ankara tampak seperti ingin memakan dua orang ini. Ariana dalam hati meringis, sepertinya dia salah waktu untuk datang ke kafe Ankara. Cowok itu tampak begitu menyeramkan! "Gue serius, s****n. Anak musik sama anak paskib sampe sore kemaren. Nah, Verrel ini masih satu geng sama Eros. Lo tahu 'kan?" bahas Alaska. Ariana mengernyitkan dahi, "Eros saha, blegug? nggak tahu gue anjir." Alaska memijat pangkal hidungnya, "Anak Tiger lo tahu?" Ariana menggelengkan kepalanya pelan. Wajahnya yang polos itu membuat Alaska ingin mencakar kesal. Padahal Ariana ini termasuk terkenal karena sifatnya yang urakan dan berteman dengan siapa saja. Namun, mengapa dia malah tidak mengenal Geng Tiger yang lebih terkenal dibanding dirinya? "Geng Tiger itu anak-anak orang penting di negeri ini, Na. Mulai dari Eros si ketua, dia anak tunggal kaya raya. Bapaknya pengusaha sawit terbesar di Indonesia. Selain itu, perusahaan di bidang properti juga sukses sampe luar negeri. Terus ada Anjas si wakil, dia anak keluarga Wicaksana. Se-Indonesia pasti tahu siapa Wicaksana ini. Namanya sangat terkenal di bidang pariwisata juga kuliner," papar Alaska. Ariana mengangguk mengerti. "Selanjutnya Verrel, dia paling kalem. Anak musisi hebat Chandra dan ibunya si diva yang terkenal sampai mancanegara. Dan yang terakhir, Regan, dia yang paling pecicilan. Paling playboy. Anak bungsu dari keluarga Wijaya. Pengacara, dokter, sampe intel banyak di keluarga dia." "Terus untungnya buat gue tahu itu semua apa? kekayaan Ayah Brian bisa nambah?" Alaska mengangguk, "Bisa kalau lo pacarin salah satunya." "Brengsek." umpat Ariana menoyor kepala Alaska. Alaska berdecak, "Lagian lo harus berterima kasih sama gue. Lo jadi tahu anak-anak Tiger. Mending jauhin masalah lo sama mereka atau lo tahu akibatnya." "Apa?" Alaska mengusap kepala Ariana sambil tersenyum lebar. Sedetik kemudian wajah Alaska berubah datar yang disusul jitakan pada kepala Ariana. Ariana meringis kesakitan, "Sakit, b**o!" "Ya lo jauh-jauh dari mereka! jangan buat masalah! lo bisa abis kalo berurusan sama mereka." kata Alaska kesal. Ariana mengendikan bahu, "Kalau gue tiba-tiba ada masalah sama mereka. Lo takut? nggak mau bantu gue?" "Bantu lah. Biar pun lo nyusahin, bau, cerewet, matre, sampe malu-maluin, lo tetep temen gue, Na," balas Alaska yang membuat Ariana terharu. "Cari muka depan Tante Joanna sama Om Brian emang mantep. Gue bisa dapet jackpot." sambung Alaska tenang. Seketika, Ariana merubah ekspresi wajahnya menjadi kesal. Tangannya menepuk pipi Alaska kencang, "s****n lo! ada maunya emang! bajingan." "Hidup di dunia nggak ada yang gratis, Na. b***k di pom bensin aja udah naik jadi goceng. Biasa juga tiga ribu." "Lo sering ya?" "Nggak. Kadang doang kalo lagi incrit." Ariana mendelik jijik, "Geliin lo! jauh-jauh sana! lagi mencret lo sekarang?!" seru Ariana yang lagi-lagi mengundang tatapan para pengunjung. Alaska membekap mulut Ariana, "Duh maaf ya guys, anaknya emang congornya babi banget. Maaf ya sekali lagi." Ariana menginjak kaki Alaska di bawah meja, "Tangan lo asin, anjir!" "Oh, gue belum cuci tangan dari jatoh tadi. Udah megang motor, aspal, pintu bus, macem-macem deh." Alaska menyengir. Ariana menjatuhkan dahinya ke atas meja, "Gue mau mati punya temen kayak lo, Al." gumam Ariana frustasi. Pesanan mereka akhirnya datang. Ariana tersenyum lebar dengan mata berbinar. Gadis itu sudah sibuk mengunyah. Alaska sendiri menyempatkan untuk memotret makanan dan minumannya lalu memasukannya ke dalam story akun **. Dia juga memotret Ariana yang tampak begitu senang sambil menggigit roti bakarnya. Alaska meng-upload foto tadi di feednya dengan caption 'Monster'. Bagi Alaska, walaupun Ariana bertubuh ideal. Dia seperti paus bila sudah dihadapkan oleh makanan. Sejak kecil, gadis itu tidak pernah berubah. "Al, kelas tiga lo mau les nggak?" tanya Ariana. Alaska menggigit croissant lalu menggeleng, "Nggak kayaknya. Gue udah pinter." "Najis gue mah Al dengernya," dengus Ariana geli. "Sekarang udah semester dua. Sebentar lagi kita kelas tiga. Anjir! nggak sabar mau lulus gue." "Sekiranya ngampus enak?" sahut Ankara yang tiba-tiba ikut duduk di meja mereka. Ariana menggeleng, "Jelas enggak. Kelihatan Abang sebagai contohnya," balas Ariana tanpa dosa. "Tapi yang Ana tunggu-tunggu itu malah bebasnya. Ana mau ke Bandung buat lanjut kuliah. Jogja juga bagus kayaknya." "Jaga pergaulan." "Itu sih pasti," Ariana tersenyum. "Ana cuma mau keluar dari rumah." Tatapan mata Ankara dan Alaska berubah menjadi sendu. Ariana langsung menodongkan pisau kecil untuk roti bakarnya tadi ke depan, "Apa kalian?! jangan natep gue begitu ah! nggak like, bintang satu." Ariana mengabaikan tatapan Ankara dan Alaska. Sebenarnya, dia enggan meninggalkan rumahnya yang hangat dan penuh kenangan baik itu. Namun, Ariana hanya merasa perlu pergi untuk menerima kenyataan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD