Kiran

1007 Words
Mereka berdua kembali ke istana, membiarkanku dan armada laut kerajaan untuk terus mencari keberadaan Kiran.  Aku mulai khawatir karena dia tidak ditemukan di mana pun. Tak mungkin ia mati, perbekalan yang kuberikan padanya tak satupun ditemukan. Aku yakin ia ada di suatu tempat. Kekhawatiranku yang lain mulai muncul. Kiran adalah gadis yang sangat cantik dan ia tidak memiliki kemampuan membela diri karena selama ini ia berada dalam penjagaan ketat ayahnya. Untuk yang satu itu, tak mungkin jika pelaut manapun yang menemukannya akan bisa menahan diri. Ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan. Niatku untuk membuatnya bahagia dengan melepasnya justru bisa mengancam keselamatannya. Bagaimana jika nasibnya tidak jauh beda dengan Magda, menjadi b***k bajak laut.  Aku kembali ke istana dengan tangan kosong. Ayah Kiran menghajarku dengan tangannya sendiri. Ia menuntut aku dihukum gantung tapi ayahku tetap menolak dan persekutuan antara keduanya hancur. Itulah tujuan utama kutinggalkan Kiran. Aku menang meskipun di sisi lain aku juga merasa bersalah. Tapi ayah Kiran dulu juga menyaksikan bagaimana Magda diperlakukan tanpa belas kasihan dan dia tidak menasehati ayahku sedikitpun.  Masih jelas di ingatanku bagaimana ia ikut tertawa menikmati kekejaman itu. Sekarang dia bisa merasakan bagaimana anak perempuannya diperlakukan buruk.  Akhirnya ayahku mengusir dan menghapusku dari daftar pewaris tahta. Menurutnya itu hukuman yang jauh lebih baik daripada menggantungku. Sebuah aib besar jika seorang putra raja dihukum oleh tangannya sendiri di tiang gantungan.  Aku dibuang di pulau di mana Kiran menghilang. Hari itu sangat panas dan lengket, aku baru saja akan membuat gubuk saat tiba-tiba seorang bajak laut yang terkenal muncul.  Jala Geni berdiri berdiri di tepi pantai dengan kedua tangannya bertumpu di pinggul. Armadaku pernah beberapa kali memburunya, tapi ia sangat licin. Aku bisa melihat ekspresi tidak percaya di matanya saat ia mulai mengenali wajahku. Ia mulai kelihatan sedikit bingung dan menengok ke belakang, berkata-kata pada selusin anak buahnya. Kemudian melangkah ke depan sendirian mendekatiku. "Awalnya kupikir mataku sudah terlalu tua untuk membedakan mana manusia biasa dan mana seorang putra raja. Di mana pakaian kerajaan kebesaranmu sebagai laksamana muda?" Ia tertawa mengejek.  Aku hanya diam meladeni ejekannya. Aku sendirian dan butuh bantuan, kurasa ia akan menjadi sekutu yang kuat jika aku bisa menjaga temperamenku.  "Aku tahu kebencian kalian antara anak dan bapak sangat kuat satu sama lain, tapi aku tidak menyangka kau akan dicampakkan seperti ini." Ia tertawa lagi dengan sangat keras, diikuti tawa segerombolan anak buah di belakangnya.  "Kau bisa mempertimbangkan aku menjadi awak kapalmu karena aku mengetahui dengan baik titik kelemahan dari kekuatan perairan Raja Arya Wiguna." Ia mengerutkan kening saat aku berhenti bicara, namun tidak berkomentar apa pun.  Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Atau jika kau ingin membunuhku, akan kuterima dengan lapang dada."  Dia berbisik, "Kau memintaku memanfaatkanmu seperti seorang pria memaksa wanita yang enggan? Lalu saat aku lengah kau akan balik menyerangku?" Lalu ia tertawa lagi. Rasa maluku tiba-tiba meluap, ucapannya merobek-robek harga diriku sebagai laki-laki. Ia kembali menghampiri para awak kapal yang menunggu di belakangnya dan mengumumkan bahwa aku akan menjadi bagian dari Perompak Suro Geni.  Sebuah argumen pecah di antara mereka. Meskipun putranya sendiri; Bayu Geni menentangnya, pada akhirnya disepakati yang lain bahwa aku diberi kesempatan membuktikan kesungguhanku menjadi anggota.  Bayu Geni sangat marah dengan keputusan ayahnya, namun tak banyak yang bisa diperbuat selain mengikutinya. Rombongan perompak itu melanjutkan tujuan mereka mendatangi pulau ini; menemukan sebuah pusaka. Selain melatih kepiawaian dalam ilmu bela diri, para perompak ini juga mempercayai hal-hal mistis yang dapat menangkal marabahaya dan semacam kekebalan.  Kami tiba di puncak bukit ketika matahari sudah tenggelam. Pencarian pusaka akan dilakukan saat tengah malam. Sambil menunggu waktunya tiba, kami menghabiskan waktu untuk beristirahat dan sebagian yang lain bertugas mencari kayu bakar. Termasuk aku; anggota baru akan mengerjakan pekerjaan paling rendahan.  Ini kali pertama aku mengerjakan pekerjaan seperti ini. Bayu Geni mengikutiku beserta dua anak buahnya. Dia menghujaniku dengan segala sumpah serapah dan berusaha memancing amarahku. Aku tidak menggubrisnya. Ia mendorongku saat aku menunduk memungut kayu bakar. Aku terus menahan amarah meski sudah tersungkur dan menjadi bahan tertawaan.  Dia menggunakan tinjunya untuk membungkam mulutku yang ikut tertawa bersama mereka, begitu kerasnya sampai tulang pipiku rasanya berdenyut-denyut.  Aku mulai tersulut, "Aku ragu jika kau putra kandung Jala Geni, kurasa ia memungutmu dari onggokan sampah yang hanyut di laut. Kalian tidak mirip, dan kau payah." Ia menarik belatinya hendak membunuhku. Wajahnya sangat kelam karena amarah. Ia menyerang membabi buta. Kedua anak buahnya turut menyerangku.  Aku kewalahan dan pisau itu berhasil menghujam pundakku. Tepat saat itu Jala Geni datang bersama anak buahnya yang lain. Jala Geni hanya diam, namun tatapannya menusuk Bayu.   Aku dibawa ke perkemahan dan salah satu awak kapal yang bertugas seperti tabib mengobatiku. Ia berbicara dengan bahasa melayu kaku. Peter menjelaskan bahwa ia datang dari negeri yang sangat jauh, Inggris.  "Apa yang terjadi denganmu hingga menjadi awak kapal Suro Geni?" Aku bertanya kepadanya.  "Seseorang telah mengkhianatiku," bisiknya.  "Dan Jala Geni menyelamatkanmu?" Pertanyaanku terdengar seperti sebuah kesimpulan, dan ia mengangguk.  Peter dan aku menjadi teman. Ia menceritakan kisahnya yang panjang sebagai seseorang yang mencintai laut dan bercita-cita memetakan seluruh pulau yang belum dipetakan.  Namun di kapal tempat ia bersama awak lainnya menjalankan misi kerajaan, sempat terjadi penggelapan dana misi. Seseorang yang paling ia percaya mengkhianatinya, menjadikannya sebagai kambing hitam atas perbuatannya.  Ia dibuang di perairan Selat Banda, hampir meregang nyawa jika Jala Geni tidak menolongnya. Sejak saat itu ia berjanji setia pada Suro Geni untuk mengikutinya kemanapun meskipun dalam hati kecilnya, suatu hari ia ingin kembali ke tanah kelahirannya.  Ia memiliki seorang anak yang masih bayi saat kejadian itu terjadi, enam belas tahun yang lalu. Istrinya meninggal saat melahirkan, bayinya dirawat ibu Peter. Untuk menghilangkan kesedihannya ia memutuskan untuk mengikuti misi, tapi sayang misi itu selesai tanpa dirinya.  Jala Geni datang dan memutus obrolan menyenangkan bersamanya. Ia akan memulai ritual pengambilan pusaka dan memintaku melakukannya.  Aku tercengang dengan perintahnya. Sebelumnya aku merasa sedikit tersentuh karena kesediaannya menolongku, tapi sekarang aku tahu kenapa dia melakukan itu.  Semua obor dan api unggun di padamkan. Di bawah cahaya bulan purnama yang tertutup mendung kami memulai ritual. Jantungku berdegup lebih kencang, aku pernah mendengar proses pengambilan pusaka yang tidak jarang memakan korban jika. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD