1. POHON DAN SEKITARNYA

824 Words
Sayup-sayup cahaya menyeriuk masuk menembus kelopak mata seorang gadis yang tergeletak diatas rumput dengan ban sepeda yang masih berputar di sebelahnya. Kicauan keras burung gereja yang berasal dari pepohonan tinggi mulai terdengar jelas seiring dengan pulihnya kesadaran gadis tersebut.     “Miko?” ucap gadis itu lirih. Ia mencoba bangun dan melirik keadaan sekitar. Ia tersentak lalu berjalan pelan seketika melihat sahabatnya yang tergeletak sejauh 5 meter dari tempat dirinya berada dengan keadaan kepala yang sudah berlumuran darah.     “Astaga Miko bangun,” Ia menatap wajah Miko dengan mata yang berkaca-kaca, air matanya yang tidak bisa ditahan itu bercucuran deras membasahi wajah mungil gadis itu, ia memeluk erat Miko tangannya mulai mengusap darah disekitaran wajah gadis keturunan jepang itu.     “Maaf Miko, Maaf, harusnya gue denger apa kata lu,” Sunyi dan sepi, siapa sangka di dalam hutan yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan manusia itu terdapat dua gadis yang sedang bertaruh nyawa.     “Tolong!!!”     "Tolong!!!"     "Tolong!!!" Ia berteriak dengan suaranya yang parau. Keheningan hutan belantara itu terpecahkan oleh teriakannya, sayangnya tak ada yang menyahut melainkan hanya terdengar suara gema dari teriakannya itu yang berulang-ulang.     “Oke gue harus tenang, pertama gue tahan pendarahan dia terus gue harus cari pertolongan” Gadis itu merobek kardigan coklat miliknya dan mulai membalut memutari kepala Miko lalu menaruhnya perlahan diatas tanah.     “Miko, tahan dulu ya? gue cari pertolongan dulu,” Bisiknya yang lalu kemudian berdiri perlahan meninggalkan Miko sendirian.  Tubuhnya remuk, sikutnya terluka dan kakinya patah. Ia berjalan pelan sembari menyeret kakinya, ia meringis kesakitan disetiap langkah jalannya. Matanya terpaku ketika melihat sebuah rumah kecil dan mobil vamp yang usang terpakir didepannya, dengan cat luar yang sudah mengelupas, atap rumah yang turun, serta tumbuhan liar yang tumbuh di sisi tembok rumah itu ia yakin seratus persen kemungkinan bahwa tidak ada yang tinggal disini. Gadis itu mendekat ke arah mobil vamp berharap akan ada sesuatu didalamnya yang dapat membantu ia dan sahabatnya, Miko. Ia mengusap jendela mobil tersebut yang dipenuhi oleh debu dan dedaunan lalu menatap kedalamnya.     “Cari apa?” Ia spontan berbalik terkejut, terlihat seorang pria bertubuh besar sedang memegang ember dan sikat. Pria itu menatapnya dari atas sampai ke bawah, kondisinya tubuh penuh luka dan baju compang-camping. Pria itu pun berlari ke arah gadis itu     “Astaga sikut kamu gapapa?”     “Farhan! Bawa P3K cepet!” teriak pria itu sambil menyiram air didalam ember ke atas sikut gadis itu.     “Sorry ya,” bisiknya ketika melihat gadis didepannya mulai melirih kesakitan. Seorang lelaki dengan kemeja kotak-kotak berwarna hijau berlari keluar dari rumah kecil itu sembari membawa kotak putih P3K, ia menyodorkan kotak tersebut kepada pria besar tersebut lalu berjongkok menghadap gadis itu.     “Nama kamu siapa?” tanyanya sembari tersenyum manis     “Anggi,” jawab gadis itu pelan Anggi menjerit ketika pria itu meneteskan obat merah dilukanya. Lelaki bernama Farhan itu spontan memegang lengan Anggi.                 “Sakitnya sekali doang kok,” Farhan masih tetap tersenyum Pria itu membalut lukanya lalu memapah Anggi untuk duduk disekitar teras rumah itu. “Om maaf Anggi minta tolong, sahabat Anggi masih di dalem hutan dia terluka parah, tolong anter Anggi sama sahabat Anggi ke rumah sakit, please!” Keheningan terjadi diantara mereka “Biar Anggi yang bayar ongkos dan lain-lainnya, please,” Anggi menatap pria itu dengan matanya yang sembab. Pria itu diam sejenak lalu berdiri membuka mobil vamp usang miliknya. “Oke ayo semuanya naik mobil.”   Anggi duduk diseat belakang bersama Miko yang terbaring diatas pahanya.                 “Ehem, maaf tapi kenapa kalian bisa gini?” tanya Farhan memecahkan keheningan                 “Anggi sama Miko lagi sepedahan, terus Anggi ajak Miko kedeket hutan ini dan tiba-tiba ada mobil yang nabrak kita, padahal Miko sebelumnya udah bilang gak mau ke sini tapi Anggi maksa-“ Pria besar dan Farhan menatap Anggi yang menangis dari kaca spion                 “Kamu tau siapa yang nabrak?” Tanya pria itu                 “Gak tau tapi aku inget” Jawabnya Anggi menatap kearah luar jendela mobil, pemandangan hutan rindang di sisi kanan dan kirinya                 Kenapa kita bisa disini                 “Gimana? Siapa tau Saya bisa bantu” Pria itu bertanya kembali. Anggi menghela nafas panjang                 “Mobil besar warna hitam, dibelakangnya ada stiker, platnya D 1453 ACB” Jawabnya Pria itu terdiam setelah mendengar jawaban Anggi. Suasana perjalananpun kembali hening, hanya terdengar suara deru mesin mobil vamp yang sedang melaju sangat kencang.   Anggi duduk didepan ruang operasi bersama Farhan dan Pria besar itu, ia tidak tahu namanya.                 “Anggi, maaf tapi saya dan Farhan ada kerjaan. Kamu bisa kan nunggu disini sendiri?”                 “Tapi pah, dia lagi ketakutan!” sentak Farhan                 “Gak apa-apa, Anggi bisa disini sendirian” jawabnya                 “Bener?” tanya Farhan lalu dibalas anggukan. Pria dan Farhan itu pun beranjak pergi meninggalkan Anggi di lorong rumah sakit sendirian.   Gelap dan bau obat, dua hal yang merupakan ketakutan Anggi berpadu menjadi satu, namun fikiran ia hanya berputar dengan kenyataan bahwa sekarang ia sedang menunggu sebuah keajaiban agar sahabatnya bisa sembuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD