Chapter... 3 : Tamu Tak Diundang

1074 Words
"Kenapa kau selalu mengenakan cadar?" Pertanyaan Leng Xu yang tiba-tiba membuat Lin Yu terdiam. "Wajahku sangat buruk, semua orang takut ketika melihatku." Saat mengatakan ini, Lin Yu sama sekali tak ragu. Di saat perempuan pada umumnya akan melebihkan kelebihannya, dia malah memaparkan kekurangannya. "Semua wanita cantik. Jangan berkata seperti itu. Kau harus lebih menyayangi dirimu sendiri." Leng Xu hidup di Sekte Manara Es yang seluruh penghuninya adalah perempuan. Menjadi putra matriark membuatnya dikelilingi banyak murid perempuan. Leng Xu sangat menghormati perempuan, karena dalam hidupnya. Ibu serta neneknya merupakan keluarga paling berharga. "Kau tak akan berkata seperti itu jika melihat bagaimana wajahku." Lin Yu menggelengkan kepala, meraih ikan di depannya. "Aku katakan sekali lagi, tidak ada wanita jelek. Jadi kau juga harus berpikir seperti itu. Buka cadarmu, aku yakin kau cantik seperti wanita pada umumnya." Leng Xu mendekat dan duduk tepat di hadapan Lin Yu. Lin Yu sekali lagi menggelengkan kepala, dia tak percaya bahwa Leng Xu akan memegang kata-katanya setelah ia melepaskan cadar. Namun ia tetap mengikuti perkataan Leng Xu, perlahan tangan meraih seutas tali yang mengikat di belakang, kain tipis itu terlepas dan memperlihatkan wajah di balik cadar. "Begitu lebih bagus, jangan kau tutupi lagi wajahmu." Tanggapan Leng Xu mengejutkan Lin Yu, ini jelas tidak sama dengan apa yang ada dalam pikirannya. "Ini adalah penyakit kulit, bisa menular. Apakah kau tidak takut akan terjangkit?" Lin Yu sangat yakin jika wajahnya dipenuhi bintik merah, semua orang akan merasa risih ketika melihatnya. "Kenapa harus takut, ada begitu banyak hal semacam ini. Bahkan ada yang lebih. Juga siapa yang dekat denganku tak ada siapapun yang dapat melarangnya." Setelah berkata Leng Xu kembali menyantap makanannya, sementara Lin Yu terhenyak dalam pikirannya. Senyum tanpa sadar tersemat dalam bibirnya, memandang Leng Xu sedikit berbeda. Sebelum ini ada beberapa orang yang juga berkata seperti Leng Xu, tapi pada akhirnya mereka pergi karena tak tahan melihat wajah Lin Yu. Leng Xu berbeda, nampak ia sama sekali tidak memandang kekurangannya. "Apakah kau berasal dari salah satu klan di Kota An?" Leng Xu bertanya seolah telah mengetahui jawabannya, begitu tepat sasaran. "Margaku adalah Lin, tentu saja aku berasal dari Klan Lin--salah satu dari lima klan besar yang ada di kota." Nada Lin Yu sedikit dingin, seolah hubungan ia dan klannya tidak baik-baik saja. Namun Leng Xu tidak lanjut bertanya, ia tidak mau membuat perasaan Lin Yu semakin buruk. "Aku akan kembali ke gubuk," ucapnya lalu bangkit dari tempat duduk. Lin Yu ikut bangkit, menyimpan belati yang sempat ia gunakan untuk menangkap ikan. "Kau jaga diri baik-baik, aku akan kembali besok pagi." Leng Xu menghentikan langkah kakinya, tanpa menjawab dia hanya bergeming untuk beberapa saat. ... Di dalam gubuk, Leng Xu merasakan pergerakan dari luar. Spontan ia mengeluarkan tombak, menyelimutinya dengan aura es. Sebagai putra matriark Sekte Menara Es, tentu ia menguasai teknik dasar sekte tersebut. "Tuan muda, kami sangat yakin jika ada seorang pria di dalam gubuk. Kami tanpa sengaja melihatnya yang tengah bersama dengan si buruk rupa itu." "Benar tuan muda, si buruk rupa itu memiliki teman di hutan ini. Pantas saja ia sering datang kemari." "Jika begitu habisi dia, biarkan si buruk rupa itu melihat temannya tiada saat kembali esok hari." Suara ini terdengar congkak, sangat jelas jika memiliki kepribadian yang arogan dan sombong. Leng Xu mendengar percakapan mereka. Melihat dari celah seukuran jari dapat melihat belasan orang mengepung pintu gubuk tempatnya tinggal. "Mereka berada di tingkat petarung suci bintang tujuh, sementara satu orang bintang delapan." Leng Xu tersenyum sinis. Belasan orang ini sama sekali tidak tahu kemampuan sendiri, datang berniat mencelakainya. Sial bagi mereka karena berhadapan dengannya. Leng Xu melihat tiga orang berjalan mendekat, menyiapkan tombak bersiap melakukan serangan. Blar! Baru saja mereka menyentuh pintu gubuk, tubuh terhempas bersama pintu yang terbuat dari kayu. Kejadian ini tentu mengejutkan Lin Han--keturunan Klan Lin--yang membawa belasan anak buahnya. Lin Han sangat marah, ia tak mengira jika tiga orangnya dapat dikalahkan begitu mudah. "Serang dia bersama, jangan beri ampun. Siksa dia dan biarkan dia menderita!" Ucapan Lin Han langsung disanggupi oleh dua belas anak buahnya. Mereka menyerang Leng Xu dengan berbagai pusaka mulai dari pedang hingga belati. Namun mereka yang hanya petarung dewa pemula, tidak mungkin mengalahkan Leng Xu yang sudah mencapai petarung dewa atau dewa bumi. Dengan satu ayunan mampu membuat mereka semua bertahan. Energi dingin yang menusuk tulang menyulitkan belasan lawan yang berniat menghindar. Melihat belasan anak buahnya tak sanggup mengalahkan satu orang, perasaan kesal menyelimuti pikirannya. Sambil menggeram penuh kesal dia mengeluarkan belati dari cincin penyimpanan. "Dasar tidak berguna, melawan satu orang saja mengapa begitu lama!" Leng Xu melirik sekilas, melihat sebuah serangan melesat ke arahnya. Sangat disayangkan kecepatan serangan terlalu lambat, sangat mudah dihindari. Blar! Hampir saja gubuk hancur terkena hantaman siluet tebasan. Walau bagaimanapun serangan petarung dewa pemula tidak bisa dipandang sebelah mata. Leng Xu melihat celah, memanfaatkan kesempatan menumbangkan beberapa orang dalam satu kali serangan. Tombaknya memancarkan aura dingin yang semakin ganas, seolah ada percikan es yang keluar ketika menghantam tubuh lawan. Lin Han perlahan mulai menyadari, mengapa belasan anak buahnya tak sanggup menghadapi pria yang hanya seorang sendiri. Itu karena jarak kekuatan mereka terlalu jauh berbeda, tak bisa diimbangi dengan jumlah yang lebih banyak. "Aku harus pergi, dia sangat kuat. Jika terlambat aku tak akan bertahan sampai hari berganti." Lin Han menyimpan belati, pergi meninggalkan anak buahnya. Leng Xu baru saja ingin mengejar Lin Han, tapi dari belakang suara yang akrab menahan langkah kakinya. "Jangan mengejarnya!" "Mungkin salah satu anak buahnya tak sengaja melihat kau bersama denganku. Oleh karena itu dia datang, ingin menyingkirkanmu dan membuatku hidup sendirian." Lin Yu tersenyum kecut. Leng Xu tak tahu kesulitan apa yang dialami Lin Yu. Mencari topik lain mengalihkan pembicaraan. "Harus aku apakan mereka?" ucapnya sambil menunjuk belasan orang yang berdiri ketakutan. Lin Yu memejamkan mata sejenak, kemudian berjalan ke tempat belasan orang. "Mereka tak ada hubungannya denganku. Karena telah berani menyerangmu, kau bebas melakukan apapun." Belasan orang semakin gemetar mendengar ucapan Lin Yu. "Buruk ru- ... Tidak tidak. Nona muda, tolong kami. Kami masihlah bagian dari Klan Lin." Lin Yu mendengus, ia tahu bagaimana sifat mereka kepadanya. Tapi sekarang malah berubah seperti bukan orang yang sama, memang sifat anjing yang b******n. Melihat Lin Yu yang tak memberi tanggapan, Leng Xu memutar tombak di tangannya. "Sejak berpikir melukai orang, seharusnya kalian tahu akan ada akibat jika tak berhasil melakukannya." Dengan cepat Langsung Xu melesat, membunuh mereka semua tanpa belas kasihan. Ia mengingat pesan neneknya. Berhadapan dengan musuh tak perlu banyak berpikir, langsung maju menggunakan senjata adalah pilihan paling bijaksana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD