Chapter... 1 : Petaka Daratan Dewa

1115 Words
Di sebuah goa, seorang pria muda berusia 20 tahun tampak menampilkan wajah sumringah. Dari tubuhnya terpancar kekuatan yang menakjubkan hasil dari peningkatan. Dia adalah Leng Xu, putra dari Matriark Sekte Menara Es. Dua tahun lalu, Leng Xu yang telah mencapai petarung suci mengurung diri untuk menerobos tingkatan. Penantian yang panjang sama sekali tidak sia-sia. Ia kini berada di tingkat petarung dewa, merupakan keberadaan langka terlebih di usianya yang masih sangat muda. "Aku tak tahu bagaimana keadaan ibu sekarang, sudah dua tahun berlalu. Mungkin ibu akan terkejut melihat peningkatanku." Dengan raut wajah bahagia, Leng Xu membayangkan betapa bangganya Leng Shui--sang ibu--ketika bertemu dengannya. Tak mau menunda lebih lama, Leng Xu yang berada di gunung lima warna memutuskan kembali ke Sekte Menara Es--di mana ia tinggal selama ini. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Leng Xu sampai dengan cepat. Namun, ketika ia sampai pemandangan di depan mata membuat mata terbelalak lebar. Perlahan tapi pasti perasaan marah mulai menyelimuti pikirannya. "Apa yang terjadi?!" Keadaan sekte sangat kacau. Gerbang dan juga pagar hancur, bahkan beberapa bangunan yang ada di dalam sudah rata dengan tanah. Leng Xu menggertakkan gigi, melangkah masuk lebih ke dalam. Akan tetapi setiap langkah ia berjalan seperti ada jarum yang menusuk hatinya. Wajah pun sudah merah padam. Benar-benar marah. Pada saat ini Leng Xu melihat tupukan pakaian berwarna biru, hal itu menarik perhatiannya. Tapi ketika mencoba mendekat, seketika ekspresi wajahnya membeku. "I-ini ...." Tumpukan pakaian itu ternyata menyembunyikan mayat murid Sekte Menara Es. Bukan hanya satu, tapi lebih dari puluhan murid wanita yang tiada dengan bekas luka pertarungan. Ibu?! Leng Xu dengan segera melesat ke kediaman mencari ibunya. Tapi tak jauh berbeda dengan keadaan gerbang sekte, kediaman hancur tanpa ada yang tersisa. Pandangan Leng Xu semakin kelam, di sisi lain juga tampak berkaca-kaca. Bayangan buruk melintas dalam benaknya, berbagai macam gambaran membuat tubuhnya gemetar. "Tidak, ibu tidak mungkin tiada!" Leng Xu mencari ke seluruh ruangan di kediaman, meski sudah sangat berantakan susunan bangunan masih bisa ia kenali dengan sempurna. Waktu berlalu dan Leng Xu tidak menemukan satu pun mayat di kediamannya. Hal ini membuatnya memiliki harapan jika sang ibu baik-baik saja. Leng Xu teringat sosok neneknya, tanpa banyak berkata melesat menuju kediaman yang berada di samping kediamannya. Mencari Xue Bing Yu, neneknya. Namun seperti kediamannya, kediaman sang nenek juga kosong. Tidak ada apapun kecuali puing-puing bangunan. Setelah itu Leng Xu berkeliling untuk waktu yang lama, mata tak pernah kehilangan fokus untuk mencari petunjuk demi menemukan keberadaan mereka. "Apakah sama sekali tidak ada?" Leng Xu tidak percaya, bagaimana bisa pertempuran yang begitu besar tidak menyisakan petunjuk apapun. Sekte Menara Es sedikitnya memiliki empat ratus petarung, ibu dan juga neneknya berada di tingkat petarung dewa bintang sembilan. Merupakan tingkatan tertinggi di daratan dewa--wilayah tempat tinggal mereka. Mampu sampai memaksa Sekte Menara Es, pasti mereka datang dengan kekuatan besar. Tidak sengaja kaki menginjak sebuah kain berwarna merah. Mata Leng Xu menyipit, tangan perlahan bergerak meraihnya. Setelah diperiksa diketahui bahwa itu adalah jubah, tapi ada beberapa koyakan oleh goresan benda tajam. "Ini pasti milik dalang di balik semua ini!" Tanpa sadar tangan mengepal, meremas jubah sampai beku dan hancur. Kekuatan es miliknya benar-benar kuat, bahkan udara di sekitar tubuhnya langsung berubah menjadi kristal es ketika ia mengedarkan tenaga dalamnya. Sebuah benda jatuh dari saku jubah, mengalihkan pandangan Leng Xu yang tampak sedikit terkejut. "I-ini ...." Leng Xu menelisik lempengan giok di tangannya. Sayang sekali giok itu hanya setengah dari ukuran aslinya. Membuat tulisan di atasnya tidak bisa dibaca. " ... Lan." Hanya satu kata itu yang dapat dimengerti, tapi satu kata sama sekali tidak cukup. Ia membutuhkan lebih banyak petunjuk agar dapat menemukan siapa dalang di balik penyerangan Sekte Menara Es. Leng Xu melanjutkan pencarian, tapi tidak menemukan apapun dan berakhir dengan tangan kosong. Kemudian tepat di gerbang sekte ia memandang kepingan giok dengan wajah rumit, ekspresi wajahnya masih sangat menyesal. "Ibu, nenek, Aku akan menemukan siapa pelaku utama yang menyerang Sekte Menara Es. Aku akan membalas mereka!" " ... Dan semoga kalian baik-baik saja, di mana pun kalian berada." Sejenak Leng Xu menengadahkan kepala, bayangan wajah penuh kasih sayang dari sang ibu dan penuh peduli dari nenek muncul dalam benak pikirannya. Leng Xu berjalan keluar dari gerbang sekte, memutuskan pergi untuk mencari petunjuk di mana keberadaan sang ibu. Namun setelah memasuki Kota Cahaya--wilayah yang berada di sebalah utara Sekte Menara Es, tidak tampak satu pun penduduk dalam perjalanannya. Selain itu, bangunan yang ada di sekitar juga hancur porak-poranda, tidak jauh berbeda dengan keadaan Sekte Menara Es. Hal ini semakin membuat Leng Xu tahu bahwa masalah ini bukan masalah kecil. Arah mata tanpa sengaja mengarah ke tumpukan mayat yang ada di dekatnya, kain merah mencolok menarik perhatiannya. "Ini sama seperti yang ada di sekte," Leng Xu terkejut memastikan jika itu adalah jubah seperti sebelumnya. Dengan segera Leng Xu memeriksa saku jubah tersebut, tapi tidak menemukan apapun di sana. Padahal dia berharap mendapatkan sebuah token giok yang utuh, sehingga memiliki sesuatu yang dapat ia jadikan petunjuk. Setelah beberapa lama di Kota Cahaya, Leng Xu memutuskan untuk menuju Kota Lentera. Meski selama hidupnya ia hampir tidak pernah meninggalkan sekte, ia memperhatikan apa yang ada di Daratan Dewa--wilayah tempat tinggalnya. Semua informasi mengenai tempat dan juga kekuatan keluar masuk melintasi telinganya. Beberapa saat Leng Xu melesat, ia melewati gapura yang menjadi perbatasan antara dua kota. Ekspresi sedikit terkejut mendapati keadaan yang tidak jauh berbeda. Ini seolah ada bencana besar yang menghancurkan seluruh Daratan Dewa. Namun tersisa pertanyaan yang mengganggu pikirannya. Di mana semua orang? Memang terdapat mayat yang tergeletak membusuk, tapi tidak lebih dari sebagian kecil penduduk yang ada. Lantas kemana perginya semua orang, apakah tersisa dirinya di Daratan Dewa? Satu minggu berlalu. Leng Xu yang menjelajahi setiap titik tempat di Daratan Dewa dengan berbekal sebuah peta tak mendapatkan apapun kecuali sisa-sisa pertarungan. Daratan Dewa seolah menjadi tanah tandus tak bertuan. Leng Xu merasa frustasi, duduk di atas puing-puing dengan pikiran kosong. Bagaimana ini bisa terjadi, Daratan Dewa yang ia ketahui merupakan wilayah yang makmur kini berubah menjadi tanah tidak berpenghuni. Ini jauh dari bayangannya. Di saat yang sama, Leng Xu mengingat bahwa ada sebuah portal yang dapat membawa seseorang keluar dari Daratan Dewa. Tidak berlama-lama ia menuju ke tempat di mana portal itu berada. Tentu saja dengan bantuan peta di tangannya. Ketika sampai di sana, Leng Xu memang melihat keberadaan portal di depan matanya. Namun, energi yang terpancar dari portal sangat kacau dan terlihat mengerikan. "Mungkinkah semua orang melintasi portal dan menuju ke tempat lain?" gumam Leng Xu yang mendapat secercah harapan. Jika memang seperti apa yang ia pikirkan, bukankah ia lebih dekat untuk bertemu kembali dengan ibu serta neneknya? Ini adalah kabar bahagia. Tanpa menunda lebih banyak waktu Leng Xu melintasi portal, cahaya samar melahap tubuhnya dan seketika menghilang dari tempatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD