Bab 53

1123 Words
Detik jarum jam di sebuah ruangan terdengar merdu, suaranya lebih nyaring dari beberapa orang yang berada di dalamnya. Tidak hanya itu, deru mesin seperti sebuah laci pun sesekali menderum kecil. Berbagai macam peralatan kesehatan dan obat-batan yang terletak di nakas, Alpha berdiri di sana. Memantau sembari menyusun benda-benda tersebut, dibantu oleh seorang perawat wanita. Di bagian ujung, tepat di depan Aira yang terbaring dengan berbagai macam peralatan medis yang menempel di tubuhnya, eksistensi Dr. Tae Young ada di sana. Pakaian steril lengkap dengan masker dan segala macamnya. Jari-jari yang bergerak teratur pada mesin yang menampung Aira di dalamnya. Monitor alat pantau jantung pun terpasang dengan tepat, sesekali Dr. Tae Young memeriksa Aira secara langsung dengan menekan salah satu pembuluh darah di pergelangan tangan gadis itu. Langkah ringan, raut wajah terdeteksi tenang, dan setiap pergerakkan yang pria itu lakukan tidak terlihat seperti yang sedang mengkhawatirkan. Sehingga, dari sini bisa Alpha pastikan kalau prosedur radionuklir itu berjalan lancar kan? Airanya tidak dalam masalah. Dan hal tersebut membuat Alpha menghela napas sedikit agak lega. Ia menepati janjinya, beberapa waktu lalu Aira memintanya untuk menemanidirinya menjalani terapi radionuklir ini. Yang Alpha sanggupi kurang dari 1 sekon. Tanpa diminta pun, ia akan melakukannya. Tidak hanya pada terapi ini tapi disemua prosedur pengobatan untuk adiknya. Di luar itu, Alpha bahkan sanggup jika Aira memintanya untuk memetik bintang. Oke, mungkin ini terdengar agak berlebihan tapi, bagi Alpha yang hanya memiliki Aira dan Ayah apapun akan ia lakukan untuk mereka. Apapun. “Tekanan darah terpantau bagus, kerja jantung pun aman. Meski diawal sempat agak diragukan tapi, Aira berhasil melewati semuanya. Aira dalam keadaan tubuh yang fit, ini cukup mengesankan padahal hasil pemeriksaan lab terakhir, tekanan darahnya selalu saja naik turun tidak menentu.” Suara Tae Young yang menjelaskan rinci keadaan Aira di sisinya membuat Alpha sempat tersentak kaget sesaat. Namun, pengendalian dirinya cukup bagus. Alpha lekas connected saat mendengarkan penjabaran tersebut. Dan berita yang Dr. Tae Young jelaskan barusan, membuat secercah harapannya mengembang kian besar. Kata-kata optimis akan kesembuhan adiknya pun membangkitkan semangat Alpha. Ya, Alpha sangat optimis. Melipat tangan di depan d**a, sedetik pun pandangannnya tak pernah lepas dari sosok Aira di depan sana. “Bagaimana dengan jaringan sel kankernya?” Ia bertanya. Dr. Tae Young mengangguk tegas, “Sangat di luar dugaan.” Cepat-cepat Alpha menoleh ke arah gerangan. Apa maksudnya ini? “Di luar dugaan?” ulangnya. Sebelah alis matanya yang indah berjungkit, menukik tajam. Sejenis tatapan menuntut jawaban. “Sel inang pada kanker tidak bekerja sangat cepat seperti biasanya, banyak kerusakkan active sel yang memengaruhi penyebaran kanker terhambat sangat lambat bahkan beberapa di antaranya tidak bisa berkembang dengan baik. Ini suatu keajaiban, Alpha,” jawab Dr. Tae Young menampilkan senyum ringannya. Seketika angin musim semi seolah menyapa lembut paras Alpha, hangatnya sampai pada darahnya yang berdesir. “Tolong jelaskan lebih detail lagi Dokter Tae Young. Tolong sampaikan pada saya kebenaran yang nyata.” Dr. Tae Young terkikik di tempatnya. “Ini nyata, Alpha. Keadaan Aira memiliki kemajuan yang sangat cepat, ini luar biasa.” Dan jawaban yang Alpha terima masihlah sama. Apa ini merupakan signal bahwa adiknya akan segera sembuh? Bisakah sel kanker itu menghilang secara keselurahan dan permanen dari tubuh Aira? Adiknya tidak akan pergi kan? Setelah pesimis namun selalu Alpha puupuk dengan optimis, kali ini kabar yang ingin dia dengar tersampaikan juga. Oleh dokter terkemuka yang sudah diakui dunia? Tolong bangunkan Alpha jika ia tertidur? Ini bukan mimpi kan? Dirinya sedang tidak bermimpi bukan?! “Aira ...” Lirihnya. Amat sangat lirih, hingga sebuah kristal telah terjatuh begitu saja dari kedua lensanya yang tampak berair. “Aira akan sembuh, Alpha. Pasti.” Kalimat Dr. Tae Young membuat lelaki berparas sedingin salju itu mendadak merah, menghangat. Iya, Aira pasti akan sembuh. Puk! Tepukkan ringan menyapa sebelah pundah kokok Alpha yang bergetar, Dr. Tae Young tersenyum manis sembari berucap, “Prosedur ini tidak mengkhawatirkan sama sekali bukan? Perjuanganmu tidak sia-sia Alpha, saya salut dengan kalian.” Lantas, setelah berkata demikian dokter berpakaian steril serba biru itu melangkah keluar ruangan. Bersama dengan perasaan tenangnya melihat sesosok lelaki itu semakin tergugu di sana. Tae Young sangat terharu, sejujurnya kisah sepasang kakak beradik ini cukup mengharukan. Alpha yang berusaha dan Aira yang berjuang, mereka sangat mendukung satu sama lain. Malam saat Alpha mendatangi ruangannya, secara pribadi. Bukan sebagai dokter ataupun pekerja medis lelaki itu berbicara tapi, sebagai seseorang yang berusaha menyelamatkan orang yang ia cintai. “Saya mohon dengan sangat, Dokter. Tolong, ambillah sum-sum tulang belakang saya untuk Aira.” Ya, malam itu. Pada waktu dini hari di sela-sela jadwal operasi pria itu yang padat, di hari yang sama juga ketika ia melihat seorang Alpha merengek sepert orang merajuk dengan Aira karena gadis itu mempertanyakan perihal kantung mata hitam milik Julio. Hari itu, dia ada di sana. Dokter Tae Young yang hendak memeriksa keadaan kesiapan Aira untuk terapi radionuklir besok paginya. Namun, urung masuk saat melihat siluet Alpha, Julio, dan Kaindra di sana. Ia memilih untuk memerhatikan. Dan siapa sangka, kalau malam di waktu jam tidur para makhluk hidup, Alpha malah mendatanginya dan memohon mengenai itu. Dan pemeriksaan detail pun Alpha lakukan malam itu juga, proses pengambilan zuatu zat dalam tubuhnya yang terkesan terburu-buru namun penuh perencanaan yang matang. Benar kata pepatah, jangan melihat segala sesuatunya dai luar. Alpha yang dingin dan terkesan angkuh di mata orang-orang bukan berarti memiliki hati yang beku layaknya tampang tersebut. Maka, lebih cerdaslah dalam menatap semua objek pandang dari segala macam sisi. Bukan karena status Aira yang merupakan saudara kandungnya, makanya Apha bersedia. Tidak, banyak kegiatan amal dan positif lainnya yang telah Alpha lakukan diam-diam dan Dr. Tae Young ketahui. Hanya saja, dia yang belum mengungkapkannya kan? “Alpha, tidak semudah yang kamu pikirkan. Banyak prosedur yang akan kamu jalani dan pemeriksaan rinci dalam waktu lama. Jadwal operasimu padat hari ini, kamu juga baru selesai pembedahan kurang dari tiga puluh menit lalu kan?” “Sudah lebih dari cukup untuk beristirahat, Dokter Tae Young. Mohon untuk Anda tidak mengalihkan topik pembicaraan.” Kekeraskepalaan Alpha malam itu, membuatnya mendesahh frustasi. “Tapi ini saatnya kamu istirahat setelah banyak operasi panjang, Al.” “Dan ini juga saatnya saya berperan sebagai wali pasien yang benar-benar walinya. Bukan lagi sebagai dokter Alpha spesialis bedah yang berkeliaran di rumah sakit.” “Tapi, Al-” “Apa saya harus diam saja melihat adik saya dalam keadaan seperti ini sementara saya berkemungkinan dapat membantunya?” Suatu gagasan yang tidak dapat ditolak. Alpha sekeras itu malam itu. “Setidaknya lakukanlah pemeriksaan kepada saya, kakaknya. Dan akan kita ketahui setelah pemeriksaan selesai.” Walau cukup berat dan tidak mudah bagi Tae Young menjawabnya malam itu. Namun, apa daya, Alpha berperan dominan dan tak terbantahkan. Aura lelaki itu benar-benar memenuhi malam pekat mereka. “Oke, setidaknya kita lakukan pemeriksaan terlebih dahulu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD