Istri?

1268 Words
Ryuu menatap Elle yang masih terdiam dengan ekspresi sulit ditebak, mengira bahwa keheningan gadis itu adalah sebuah tanda persetujuan. Jadi tanpa ragu, pria itu pun mengulurkan tangannya, bermaksud untuk menyentuh dagu Elle agar gadis itu bisa menatapnya langsung. Seketika Elle pun tersentak dari lamunannya. Dengan cepat dia pun segera melepaskan tangannya dari cengkeraman Ryuu, lalu bergerak mundur selangkah. Ya Tuhan. Ternyata ia tidak salah mendengar! Ryuu adalah pria yang sangat tampan, Elle harus akui hal itu. Wajahnya yang Asia dengan aura berwibawa serta tubuhnya yang tinggi penuh otot adalah perpaduan yang sempurna, dan Elle pun yakin jika tak kan ada wanita normal yang tidak akan terpikat oleh visualnya. Dan karena itulah semula ia mengira dirinya saja yang terlalu terbawa perasaan karena kedekatan tubuh mereka, dan Elle pun mengira bahwa ia mulai mengkhayal yang tidak-tidak. Dan sekarang jantungnya tak bisa berhenti berdebar, seolah ingin meloncat keluar dari rongga dadanya. Elle sungguh tak menyangka jika pria itu begitu gamblangnya menyatakan ingin menciumnya! Aargh, mereka bahkan baru bertemu kemarin untuk pertama kalinya! Tapi meskipun Ryuu Takahashi telah menjadi tamu penginapan pertama setelah sekian lama Lakeview Inn tak pernah lagi menerima tamu, itu bukan berarti dia bisa seenaknya saja berbuat yang tak senonoh kepadanya! Seharusnya Elle membela harga dirinya. Seharusnya ia melemparkan saja black card itu ke wajah Ryuu, dan berkata enyahlah dari hadapannya. Namun aura dominan penuh intimidasi yang menguar dari bola mata pekat serta dari setiap senti tubuh Ryuu, membuat Elle merasa seperti sebuah mangsa tak berdaya di hadapan predatornya. Elle kembali mundur, dan napasnya pun tercekat saat melihat Ryuu yang malah ikut maju selangkah. Elle mundur lagi, dan Ryuu pun kembali maju. Jarak di antara mereka terus menyempit, membuat Elle semakin gugup. Hingga akhirnya, dia membalikkan tubuh dan berlari menuju penginapan. Kali ini Ryuu hanya berdiri diam di tempatnya, menyaksikan setiap gerakan Elle yang terburu-buru, bahkan gadis itu hampir terpeleset saat menaiki tangga teras. Sontak, sebuah senyum geli pun muncul di wajahnya. “Dia sangat polos dan menggemaskan…” gumannya pelan, seperti sebuah bisikan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Dia bisa saja mengejar Elle sekarang, tapi tidak. Ryuu memutuskan untuk membiarkannya. "Kamu bisa melarikan diri sekarang, Elle Harper," gumannya lagi, seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan sedikit memiringkan kepalanya, melihat Elle yang telah menghilang dari balik pintu masuk yang dibanting menutup. "Tapi... tidak untuk lain kali." *** DEG DEG. Dengan napas yang masih putus-putus, Elle merapatkan punggungnya ke pintu yang baru saja ia banting tertutup. Bayangan mata pekat Ryuu yang menatapnya intens, senyum misterius yang tersungging di bibir pria itu, serta suara beratnya yang dengan gamblang menyatakan niatnya untuk menciumnya, terus terngiang di kepala Elle. Apa-apaan pria itu?! Elle mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Di satu sisi, ia ingin mengusir pria itu jauh-jauh. Tapi di sisi lain, ia sadar bahwa Ryuu adalah tamu pertama yang datang ke Lakeview Inn, setelah bertahun-tahun penginapannya ini sepi dari pengunjung. Jika bukan karena situasi finansial yang sulit, Elle pasti sudah menyuruh pria itu pergi sejak tadi. Namun ia butuh uang untuk membangun kembali penginapannya yang mulai rapuh. Dan sekarang, tamu pertamanya justru seorang pria yang… m***m dan kurang ajar! Elle mendesah panjang. Ia harus bersikap lebih tegas lain kali, jika Ryuu kembali menggodanya seperti tadi. Tidak boleh ada lagi kejadian memalukan seperti ini. Tidak boleh! Berusaha mengalihkan pikirannya, Elle memutuskan untuk membuat teh hangat dan mengeluarkan beberapa biskuit manis untuk Akio dan Ayaka. Kedua anak kembar itu pasti lelah dan lapar setelah berlarian di sekitar danau di belakang penginapan. Setidaknya, mengurus mereka bisa membuatnya melupakan kejadian barusan. Setelah menyiapkan nampan berisi teh dan biskuit, Elle membawanya ke luar. Ia terus berjalan ke belakang penginapan, untuk meletakkan nampan ini di atas salah meja kayu di dekat danau. Udara sore yang sejuk membuat suasana terasa lebih nyaman. Elle baru saja hendak meletakkan nampan di atas meja ketika tiba-tiba… “Elle! Pejamkan matamu!” seru sebuah suara anak-anak yang renyah dan ceria penuh semangat, yang ternyata adalah Ayaka. Elle tersentak kecil. Gadis kecil itu mendadak muncul di hadapannya dengan mata berbinar. “Hah? Kenapa?” “Pokoknya pejamkan mata!” Ayaka bersikeras. Elle menghela napas dan tersenyum kecil. “Baiklah, baiklah.” Ia menutup matanya, lalu telinganya mendengar suara langkah kecil Ayaka yang sepertinya menaiki bangku taman di depannya. Lalu, Elle pun merasakan sesuatu diletakkan di atas kepalanya. “Sekarang buka matamu, Elle!” Ketika Elle membuka matanya, ia melihat Ayaka yang telah berdiri di atas bangku di hadapannya dengan senyum yang lebar. Gadis kecil itu mengenakan mahkota yang terbuat dari bunga-bunga liar berwarna-warni yang indah di atas kepala bersurai panjangnya. “Tadaaa! Sekarang kita sama!” seru Ayaka sambil menunjuk ke kepala Elle. Elle terkejut dan segera meraba ubun-ubunnya. Benar saja, ada sesuatu yang melingkari kepalanya. “Aku membuat mahkota bunga yang lebih besar dan lebih bagus untukmu, Elle!” Ayaka menepuk dadanya dengan bangga. “Karena hari ini adalah hari yang sangat spesial.” Elle tersenyum lembut dengan hati yang terasa hangat. Ayaka telah bersusah-payah membuatkan mahkota dari bunga khusus untuknya. Ya ampun, ini manis sekali. “Terima kasih, Ayaka. Tapi… kenapa hari ini spesial?” Dengan wajah penuh kegembiraan, Ayaka menjawab tanpa ragu, “Karena hari ini kamu akan menikah dengan Daddy!” Dan Elle pun terpaku di tempatnya, dengan jantungnya yang kembali berdebar kencang. Pipinya terasa panas, dia bahkan bisa merasakan telinganya memerah. "A-Apa?" Suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya, mencerminkan perasaan terkejutnya. Ayaka mengangguk penuh keyakinan, kedua matanya yang besar berkilat penuh semangat. "Hari ini spesial, karena Daddy bilang dia akan segera membuat Elle jadi istrinya!" Sekarang Elle hampir saja tersedak udara. Dia lalu menoleh ke samping, dimana ada Akio yang baru saja tiba entah dari mana. Melihat tatapan penuh tanya dari Elle, anak lelaki itu pun hanya mengangkat bahu kecilnya, seolah berkata, 'Aku juga baru tahu tentang hal ini.' "A-Ayaka, sepertinya... kamu sudah salah paham, Sayang..." Elle berusaha mengendalikan napasnya yang gugup dan tidak beraturan. "Aku tidak akan menikah dengan Daddy-mu. Kami bahkan baru kenal semalam." "Tapi Daddy bilang kalau dia menyukai Elle," balas Ayaka dengan matanya yang polos. "Dan Daddy juga tidak pernah membiarkan wanita lain menyentuhnya, tapi kemarin saat makan malam, Daddy telah memelukmu, Elle! Juga tadi, Daddy memegang pinggangmu. Itu artinya Daddy telah memilih Elle!" Elle rasanya benar-benar ingin pingsan di tempat detik ini juga. Tunggu... Semalam itu kan sebenarnya dirinya yang hampir jatuh karena terpeleset, lalu Ryuu hanya bermaksud untuk menolongnya. Bukan dengan sengaja memeluknya! Tapi kalau pagi ini... Elle pun meringis dan mengutuk Ryuu dalam hati. Ayaka pasti melihat kejadian tadi, lalu otak mungilnya itu pun menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri! "Itu tidak seperti yang kamu pikirkan, Ayaka... Aku hanya~" "Aku akan memberi tahu Daddy kalau Elle masih tidak percaya!" Ayaka memotong dengan bibir cemberut namun wajah penuh tekad. Gadis kecil itu dengan cepat melompat turun dari bangku dan berlari ke arah penginapan. "Ayaka! Jangan!" Elle refleks berteriak, tapi anak itu sudah berlari terlalu jauh, meninggalkan angin yang menerbangkan helai-helai rambut Elle. Akio yang dari tadi hanya diam dan mengawasi semuanya, kini menghela napas pelan. "Ayaka memang seperti itu. Kalau dia sudah punya ide, tidak ada yang bisa mengubah pikirannya." Elle menatap anak laki-laki itu dengan ekspresi putus asa. "Apa yang harus aku lakukan?" Akio menatapnya dengan mimik serius, lalu berkata dengan nada tenang. "Mungkin memang sudah takdirmu untuk menjadi istrinya Daddy, Elle." Elle hampir saja menjatuhkan gelas teh yang ia pegang mendengarnya. "Akio! Jangan ikut-ikutan!" Anak laki-laki itu hanya tersenyum kecil, sebelum mengambil satu biskuit dari nampan dan mulai mengunyahnya dengan santai. Seolah ia baru saja tidak mengatakan sesuatu yang bisa membuat Elle seperti terkena serangan jantung. Ada apa dengan mereka semua sih, sebenarnya?? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD