2. Amnesia

1251 Words
**: gorjesso  Happy Reading.. =flowered= Jessica dan pria itu sudah kembali kerumahnya setelah pergi kedokter. Dan hasil yang Jessica peroleh memanglah sesuai dugaannya. Pria ini mengalami berturan dan guncangan yang cukup keras yang berakibat fatal pada sistem otaknya. Beruntung tak ada luka serius lain setelah 1 hal itu. Hanya lecet-lecet pada kulit putihnya. Jessica juga cukup terkejut ketika dengan cepat anjing peliharaannya akrab dengan pria itu. Bahkan mereka sedang bermain bersama dikebun bunga dimana ia sekarang tengah merawat bunga-bunga yang ditanamnya. Dan sekarang terpikir oleh Jessica untuk memberi nama pada pria itu. "Hey! Kemarilah!" Perintah Jessica. Memanggil pria itu untuk makan siang dikebunnya. Dibawah pohon yang rindang dengan tiupan angin yang menyejukkan. Benar-benar suasana yang menyenangkan. "Mmmm...ngomong-ngomong..apa kau ingin punya nama?" Tanya Jessica hati-hati. Pria itu tersenyum. Lalu merubah posisinya menghadap Jessica. "Ne. Kau ingin memberiku nama?" Ujar pria itu. Jessica pun hanya dapat terhenyak. "Oh...emm...jika boleh, kita bisa mendiskusikannya.." Ucap Jessica. "Tentu saja boleh. Jujur saja, aku cukup risih mendengar kau memanggilku dengan 'HEY' terus menerus." Tutur pria itu. tentu membuat Jesisca langsung salah tingkah karena merasa bersalah. "Mianhe...Tapi, aku sudah memikirkan satu nama.." "Mwo?" Tanya pria itu. "Aiden. Otte?" Tanya Jessica meminta pendepat atas usulan nama yang ia berikan. "Aiden...tidak buruk. Baiklah. Sekarang namaku Aiden." Gumam pria itu. terlihat menimbang-nimbang. Sejak itu. Jessica memanggil pria itu dengan Aiden. Sebuah nama yang diusulkannya. Dan dengan itu pula. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu disekitarnya. Dari mulai Aiden yang membantunya merawat bunga. Juga ikut mengantarkan bunga-bungan itu kekota bersamanya. Aiden juga sempat membuat paman dan bibi Shin bertanya-tanya. Mengira Aiden adalah kekasih Jessica. Tapi dengan sedikit pernjelasan dan cerita. Akhirnya mereka mengerti. Bila ternyata Aiden adalah seorang pria yang Jessica temukan tak sadarkan diri ditepian pantai tempo hari. Dan pria itu kehilangan iangatannya. #Flashbackend Jessica dan Aiden sudah sampai disebuah taman hiburan yang 2 minggu yang lalu mereka kunjungi juga. Setelah memarkirkan sepeda. Mereka pun bergegas memasuki taman hiburan itu dengan bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih. Namun mereka berdua tak menyadari hal ini sama sekali. "Kau ingin bermain wahana apa?" Tanya Aiden. Menoleh pada gadis disampingya yang wajahnya begitu berseri ketika ia memustuskan untuk mengajak gadis itu ketaman hiburan. "Terserah kau saja." Jawab Jessica. "Baiklah." Tanpa basa-basi lagi. Aiden mengajak Jessica menaiki roller coaster. Mereka sama-sama berteriak ketika wahana pemacu adrenalin itu bergerak cepat dilintasannya yang berkelok-kelok dan naik turun. Diakhir perjalanan mereka hari ini. Mereka memutuskan untuk membeli ice cream dan memakannya ditepian pantai yang bahkan sudah dekat dengan rumah mereka. Lebih tepatnya rumah Jessica. "Mataharinya sangat indah." Gumam Jessica, mengagumi sunset yang tercipta kala itu. Aiden pun hanya ikut tersenyum melihat Jessica yang terlihat sangat senang hingga tak menyadari ada noda ice cream diwajahnya. "Sica." Panggil Aiden. Jessica pun menoleh pada pria yang duduk disebelahnya itu. Jessica kini tengah merasakan kebekuan. Ketika pria ini tiba-tiba saja mengusap pinggiran bibirnya dengan ibu jari pria itu. dengan jarak yang sedekat ini. Bahkan nafas pria itu saja terasa menampar wajahnya. Astaga! "Berapa umurmu? Sperti anak kecil saja." Ujar Aiden. Yang saat itu juga langsung membelalakan bola mata Jessica menjadi bulat sempurna ketika mendengarnya. "M—Mwo?" Pekik Jessica tak terima. Baru saja Jessica dibuat melayang oleh perlakuan lembut pria ini. Sekarang sudah dijatuhkan dalam jurang yang melucuti harga dirinya. Membuat nya dengan enteng melayangkan kepalan tangannya pada d**a Aiden. "Yak! Appo-ya!" Rintih Aiden tak terima. Demi Tuhan! Biarpun tangan gadis ini begitu kecil. tapi kekuatannya bahkan dapat disetarakan dengan petinju. Benar-benar mengerikan. =flowered= Hari ini Aiden mengantar sendirian bunga kekota karena Jessica tengah sakit. Entah kenapa gadis itu bisa sakit. Padahal tadi malam gadis itu baik-baik saja. Pikirnya tak mengerti. "Kau sendirian, Aiden?" Tanya paman Shin ketika ia melihat Aiden masuk kedalam toko bunganya tanpa Jessica. "Ne. Paman. Jessica tengah sakit hari ini." Jawab Aiden. Lalu ia menyerahkan bunga yang dibawanya pada paman Shin guna dirangkai dan dibersihkan kembali. "Sakit? Bukankah kemarin ia baik-baik saja?" Tanya paman Shin lagi. Ia tak percaya mendengar kabar 'putrinya' itu sakit. "Entahlah, paman. Saat aku menghampiri kamarnya. Jessica sedang merintih kesakitan pada daerah perutnya. Tapi ia berkata, ia baik-baik saja. Dan menyuruhku agar mengatarkan sendiri bunga-bungan ini ketoko paman." Jelas Aiden panjang. "Mungkin Jessica sedang datang bulan." Celetuk bibi Shin. Membuat suaminya juga Aiden menoleh dengan alis yang bertaut. "Hey! Bukahkan memang benar? Kemungkinan Jessica memang sedang datang bulan. Jadi, bawakan saja ini padanya." Ujar bibi Shin, dan menyerahkan sebotol minuman yang tak Aiden ketahui apa namanya. "Ck. Kalian para kaum adam memang tidak mengerti." Cibir bibi Shin. Lalu meninggalkan kedua pria itu denan raut bingung yang masih saja tercetak pada wajah mereka. KRINGGG Suara bel dipintu masuk toko membuat kedua pria itu sadar dari lamunannya. Ternyata ada pembeli. Segera saja paman Shin mengahampiri pembeli itu. Dan Aiden pun mengekori dibelakang paman Shin karena ia hendak pulang, dan tentu saja ia pun harus melewati pintu yang sama dengan pintu yang dimasuki pembeli tadi. Namun.. TAP Langkah Aiden berhenti. Wajahnya langsung menegang ketika melihat siapa yang menjadi pembeli ditoko paman Shin ini. Ia langsung mencari tempat. Tempat yang bisa menyembunyikan seluruh tubuhnya. "Kris. Victoria." Gumam Aiden. Pembeli ditoko paman Shin saat ini adalah orang yang Aiden kenal. Orang yang dulu berada diurutan pertama dalam prioritas hidupnya. Namun kini..dihati Aiden bahkan hanya ada rasa benci ketika ia melihat wajah kedua orang ini. Ia muak. Ia marah. Ia kecewa. Dan ia benci. Jika ia bisa membunuh kedua orang itu saat ini dengan kedua tangnnya. Aiden ingin bisa melakukannya. Amarahnya sudah sampai diubun-ubun ketika mengingat apa yang sudah dilakukan 2 orang itu hingga ia kini harus berpura-pura hilang ingatan didepan Jessica dan orang disekitar gadis itu. Tunggu! Berpura-pura? Ya! Aiden memang hanya berpura-pura. Ingatanya masih normal. Dalam termpurungnya tak ada yang salah. Ia masih ingat namanya. Ia masih ingat dimana ia tinggal dan berasal. Ia masih ingat kejadian hingga ia terdampar didaerah ini. Namanya yang sesungguhnya adalah Lee Donghae. Seorang direktur muda dari perusahaan mobil terkemuka dinegeri Gingseng ini. LEE COMPANY. Kekuasaan. Harta. Dan faktor-faktor penunjang lainnya ternyata membuat orang-orang disekitarnya yang dulu ia percaya berubah menjadi seorang yang tak ubahnya tikus yang pintar menjilat, pintar bersembunyi, dan bahkan menghianati dirinya yang sudah begitu percaya pada mereka. 'Mereka' mereka yang dimaksud adalah Kris dan Victoria. Sebelum ini, Victoria adalah kekasihnya. Kekasih yang juga sahabatnya. Ia begitu percaya pada gadis ini. Hingga ia sudah sangat terbuka dengan segala hal apapun pada gadis itu. Yang ternyata semua berbanding terbalik dengan perkiraannya. Gadis itu ternyata hanya memanfaatkannya. Gadis itu ternyata memiliki tujuan lain dengan menjadi kekasihnya. Tentu, jawaban yang paling tepat adalah karena harta Donghae. Kekuasaan Donghae. Dan Victoria melakukan itu tidak sendirian. Victoria melakukan itu bersama Kris. Sahabat Donghae. Benar-benar hebat bukan? Mereka bahkan tak memikirkan perasaan Donghae yang sudah begitu percaya. Namun mereka hianati dengan mentah-mentah. Memulai perlahan untuk menggerogoti Donghae. Lalu menjatuhkannya ketempat paling dalam. Aiden—yang nama aslinya Lee Donghae—pria itu kini tengah mengepalkan kedua tangannya yang bahkan buku-buku tangannya terlihat memutih karena menahan emosi yang bergejolak dan sudah sampai pada ubunnya. Namun jika sekarang ia keluar dan menghajar habis-habisan 2 orang itu. yang ada pastilah ia akan dibenci oleh paman dan bibi Shin. Dan tentu Jessica juga akan membencinya. Dan ia tak mau. Ia tak mau Jessica membencinya. Sadar atau tidak. Aiden menyadari. Ia meyukai gadis itu. Gadis yang bahkan berbeda dan juga istimewa menurutnya. Dan karena Jessica jugalah, ia tetap mempertahankan jati dirinya untuk menjadi Aiden yang Jessica kenal selama ini. Karena Aiden ingin lebih lama bersama Jessica. Dan ia ingin bersembunyi lebih lama untuk memulai rencana balas dendamnya lagi. . --- .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD