PERASAAN YANG TERDIAM

927 Words
Seperti biasa malam ini pun terasa sunyi di sebuah kota kecil yang hampir mati tak ada hal baru yang bisa dilakukan disini. Edo biasanya teman temanku memanggil namaku. Ntah sudah berapa lama rasanya aku tidak memiliki sebuah status hubungan dengan seseorang, rasanya sangat menyakitkan saat mengingat kejadian yang pernah kualami dulu. Sudah lama rasanya aku tak mendengar kabar nama wanita yang pernah singgah di hidupku ‘Sinta’ Nama orang yang tiba tiba menghilang dan meninggalkanku. “do do Edo!” seru teman sekamarku memanggil “ada apa Tom?” ‘Tomi’ nama temanku sahabatku dari kecil kami berjumpa saat masih duduk di bangku Smp. “Do ada kiriman untukmu…”, ”dari siapa Tom?…”, “Gak tau do tidak ada nama pengirimnya…”, Tomi pun memberikan paketnya kepadaku, sebuah kotak kecil yang tak lebih besar dari sebuah kotak sepatu. Aku penasaran siapa gerangan yang mengirimkan paket ini, tanpa basa basi aku membukanya, ternyata sebuah album foto dan sepucuk surat undangan terdapat di dalamnya. Aku pun mulai membuka dan membaca surat undangan itu. Terdiam, kakiku lemas, bibirku bergetar dan mataku mulai berkaca kaca saat melihat sebuah nama yang terpampang di undangan itu. Yah bukan lain dan tak bukan Sinta yang mengirimiku sebuah undangan pesta pernikahannya dengan seorang lelaki yang tak asing namanya aku tahu. Tomi pun tertawa melihat ekspresi terkejutku “Hahaha, yang sabar yah do namanya juga belum jodoh” ah sial seruku dalam hati kenapa Sinta mengirimiku undangan ini, sudah baik dia menghilang dari hidupku tapi kenapa dia malah ingat untuk mengirimiku ini. “Aku gak akan datang” kataku kepada Tomi, “Kamu gak mau ngelihat dia terakhir kalinya? Dia mengirim undangan itu kan karena dia ingin melihatmu”, “untuk apa dia melihatku? Ingin lihat wajahku yang menderita? ha”. lebih baik aku tidak datang. Ad by Valueimpression Hari pun menunjukan pukul 4 sore di hari Jumat yang sepi ini. Aku bergegas untuk mandi dan keluar mencari makan untuk kuisi di dalam lambungku ini. Sampai aku di sebuah tempat yang di pinggir jalannya ramai diisi oleh gerobak yang menyajikan berbagai macam makanan yang dijajahkan. Tanpa pinggir panjang aku pergi untuk ikut mengantri makanan favoritku yaitu Kebab daging dengan toping keju melimpah. “Edo?” seorang wanita cantik memanggilku dari samping gerobak. Siapa wanita ini? Aku lupa sama sekali tidak ingat dengannya. Mukaku pun kebingungan “Maaf siapa yah?…” aku bertanya kepadanya “hei masa kamu gak ingat sama aku, ini aku Indah temannya Sinta lupa yah” Indah, yah aku pun mulai teringat nama itu dan wajahnya dia adalah sahabatnya Sinta. “Kamu lagi beli makanan ya do,” “Eh iya nih nda kamu sendiri mau beli makan juga yah?,” “iya nih do aku juga mau beli makanan, eh btw kamu datang kan?,” “datang kemana ndah?,” “ituloh ke weddingnya Sinta,” “belum tau ndah lagian malas juga kalo harus pergi, mengingat apa yang udah dilakuin dulu,” “iya aku ngerti kok do emang sulit sih rasanya kalo harus pergi ke pernikahan mantan,” “haha iya ndah,” “eh do boleh minta nomor kontak kamu gak?,” “boleh kok ndah,” setelah percakapan singkat dan bertukar kontak dengan Indah aku kembali pulang ke rumah. Pukul 8 malam aku sampai di rumah, aku pun membuka hp dan melihat sebuah pesan dari nomor yang baru kusimpan beberapa jam yang lalu. Ternyata Indah yang mengirimiku pesan “Edo kalau kamu mau aku bisa kok nemenin kamu pergi ke weddingnya Sinta, kita pergi bareng,” tomi pun penasaran dengan seseorang yang mengirimi aku sebuah pesan teks. “Siapa do?,” “oh ini Indah temannya sih Sinta,” “kenapa dia kirim pesan do?,” “dia ngajak pergi bareng ke pernikahannya Sinta tom,” “Yaudah bagus dong itu berarti kamu perginya gak usah sama aku kan, cepat bilang sama Indah kalo kamu mau pergi sama dia,” aku pun mengikuti saran Tomi buat pergi ke pernikahannya Sinta dengan Indah. Sampai sudah di hari H pernikahannya Sinta. Aku pun bersiap memilih pakaian yang akan aku kenakan. Aku pun sudah siap pergi untuk sakit hati melihat orang yang dulu aku cintai bersanding dengan pria lain. Hp ku pun berbunyi dan kulihat Indah yang meneleponku. “halo do gimana udah siap belum?, aku udah siap nih…” “iya nih aku baru mau jalan…” Sampai aku di tempat Indah yang memakai sebuah gaun onepiece berwarna biru langit yang amat sangat cantik. “maaf ya ndah lama yah nunggu nya,” “enggak kok do, yuk buruan pergi…” 15 menit kemudian aku sampai di tempat acaranya dari jauh aku melihat sesosok wanita yang dulu pernah tertawa menangis bahagia susah senang bersama duduk di atas pelamin dengan seorang pria pilihannya. Sakit hati melihatnya. Aku pun memberanikan diri pergi ke hadapan Sinta. Sinta terdiam saat melihatku. Aku pun membisikkan sebuah kata kata ke Sinta “Selamat yah Sin, aku harap kamu gak bahagia aku masih sakit hati dan gak habis pikir dan aku masih bertanya tanya kenapa kamu tega ninggalin aku tanpa sebab…” Setelah bersalaman aku pun mulai pergi meninggalkan pasangan itu. Sulit rasanya untuk menghilangkan rasa sakit hati ini apalagi harus membuka kembali perasaan dan memulai hubungan dengan orang lain. Aku hanya berharap kelak akan ada seseorang yang mampu dengan sabar membuka hati ini dari rasa kecewa di masalalu. Dan bisa mengisi kembali kekosongan hati dengan orang baru yang tidak akan membuatku kecewa lagi dengan rasa patah hati yang dalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD