Hari Minggu Abi terasa sedikit hampa karena Alleta yang masih dalam keadaan marah. Pukul 04.00 dini hari Abi kembali pindah ke kamarnya. Dia tak ingin masalahnya dengan Alleta semakin meluas ke mana-mana, Abi akan menghargai sedikit keinginan Alleta untuk saling diam. Abi menyandarkan punggung pada sofa, dia mengambil ponsel miliknya. Tangan laki-laki itu bergerak begitu lincah di atas layar benda persegi itu, dia ingin menghubungi seseorang. Menghela napas panjang saat pesannya telah terkirim. Abi memejamkan mata, dia memijit keningnya yang terasa pening. "Punya bini masih di bawah umur gini amat," gumam Abi pelan nyaris tak terdengar. Suara derap langkah kaki membuat Abi menoleh, dia menatap Alleta yang tengah membawa sebuah toples berisi kue kering. Mata laki-laki itu bergerak mengik

