From : Jayendra Sutedja
Tolong orderin bunga for valentine, 30 buket ya, red rose aja semuanya
Ella tidak terkejut melihatnya. Ini bukan pertama kalinya Ella dapat permintaan seperti ini dari putra bungsu Bu Jennifer—bosnya. Sudah tahun keempat Ella bekerja sebagai sekretaris—merangkap personal assistant— Bu Jennifer. Sudah berbagai permintaan dari anak-anak dan menantu beliau yang Ella lakukan. Iya, bukan hanya mengurus Bu Jennifer. Spesifiknya, Ella mengurus keluarga wanita itu. Gajinya sangat besar. Setara dengan tingkat setres yang Ella hadapi setiap hari.
To : Jayendra Sutedja
Baik Pak. Ada list namanya?
Putra bungsu Bu Jennifer yang kerap dipanggil Jay itu, sering meminta Ella untuk membeli bunga atau hadiah. Yang kemudian di kartu namanya akan diminta dituliskan untuk nama-nama perempuan yang berbeda. Entah sebenarnya ada berapa banyak perempuan karena Ella tidak sempat menghafal. Intinya sering. Kadang dalam rangka ulang tahun, kadang dalam rangka valentine. Itu sebabnya Ella minta list nama. Sebab valentine tahun-tahun sebelumnya, ada list nama khusus. Lalu Ella harus pastikan setiap satu bucket bunga, tertulis nama si penerima.
To : Jayendra Sutedja
Ada, wait ya
“Pasti lagi nginget nama-nama ceweknya, kan?” tebak Ella. 30 cewek coba. Ella tidak pernah menyangka ada playboy kelas kakap begini.
To : Jayendra Sutedja
Kok Pak sih?
Ella berdecak. Lupa kalau si bungsu ini paling tidak mau dirinya panggil Pak, jadi Ella memanggilnya Kak Jay. Agak geli sih rasanya, soalnya Jay lebih muda setahun dibanding Ella. Akan tetapi hitungannya, Jay adalah atasan Ella. Jadi dalam rangka profesionalitas, Ella memanggil beliau Kak untuk bentuk penghormatan. Aslinya sih, dalam lubuk hati yang paling dalam tidak ada hormat-hormatnya untuk cowok playboy seperti Jay.
To : Jayendra Sutedja
Maaf Kak. Baik akan saya order bunganya
Ella langsung beraksi. Ia sudah punya toko langganan dan langsung saja memesannya.
“Oh iya, Jojoran kok nggak mesen ya? Lupa kali” gumam Ella.
Jojoran adalah sebutan Ella untuk tiga putra Bu Jennifer yang sudah menikah. Johan, Jovan, dan Jordan. Anak Bu Jennifer ada lima, empat putra, satu putri. Satu-satunya putri beliau bernama Jessica, atau kerap dipanggil Jessi. Sedang menempuh S2 di Eropa.
Ella langsung mengirim pesan pada Jojoran, menanyakan apakah mereka ingin memesan bunga dan hadiah untuk istri mereka dan Bu Jennifer dalam rangka valentine.
“Ah iya, Kak Jessi juga sih termasuk,” gumam Ella.
Kepala Ella seketika terasa pusing. Ini bukan pertama kalinya begini. Hanya saja tetap Ella akan pusing setiap kali harus menyelesaikan begitu banyak tugas dalam satu waktu.
To : Jayendra Sutedja
Namanya nantian ya, masih saya cari. Sama tolong orderin juga bunga untuk mama, kajes, dan kakak2 ipar saya ya tolong. Harus lebih spesial kalo yg untuk keluarga. Jangan red rose tapi, kamu aja yg pilihin
Ella tersenyum. Dia tidak punya banyak waktu untuk memilihkan bunga, namun ia bisa meminta tolong florist langganannya. Seperti biasa.
To : Jayendra Sutejda
Baik Kak
From : Jayendra Sutedja
Terima kasih Bu Ella. Sama sekalian tolong reservasi candle light dinner ya untuk saya dan mama, terserah Bu Ella aja dimana
“Dih,” gumam Ella.
Habis ini pasti dia juga akan diminta reservasi restoran oleh Jojoran. Sama juga terserah dirinya.
“Pinter ya playboy kelas kakap. Pas valentine dinner sama mamanya biar bisa alasan sama 30 cabang.”
Ella seketika membayangkan 30 cewek. Itu terlalu banyak nggak sih? Itu yang terhitung ya. Biasanya suka ada tambahan mendadak dari Jay, yang tanpa nama.
From : Jayendra Sutedja
Terima kasih banyak Bu Ella
From : Jayendra Sutedja
Send a photo
Ella langsung tersenyum sumringah melihat foto yang lelaki itu kirim. Foto bukti transfer uang. Itu bukan uang untuk memesan bunga dan reservasi restoran, sebab Ella sudah pegang kartu milik Jay. Bukan kartu Jay saja sih. Kartu Bu Jennifer dan Jojoran juga. Jadi kalau ada permintaan sejenis ini, tidak ribet.
Uang yang Jay kirim adalah uang tip. Ya, salah satu keuntungan Ella bekerja untuk keluarga ini—meskipun kepalanya sering pusing dan ia tidak dapat banyak istirahat— adalah dapat uang tip yang banyak.
To : Jayendra Sutedja
Baik Kak, terima kasih
***
“Meeting dengan Joseph dari US nanti mulai jam berapa?” tanya Jennifer.
“Jam empat sore, Bu. Setelah itu Ibu ada dinner dengan Kak Jay.”
“Oke. MoM dari purchasing sudah ada?”
“Sudah saya send via email, Bu.”
“Kalau laporan keuangannya?”
“Masih diproses dan saya pastikan besok pagi sudah diserahkan ke saya.”
Langkah mereka akhirnya tiba di depan lobi. Ella langsung membukakan pintu mobil untuk Jennifer. Wanita masuk dan kemudian Ella menyusul masuk lalu duduk di sebelahnya.
“Kak Jessi kirim hadiah valentine untuk Ibu. Hadiahnya sudah tiba di rumah.”
“Iya dia sudah kirim pesan. Dia suka bunganya. Terima kasih ya sudah pesankan padahal saya tidak ingat valentine.”
Ella mengangguk. Sudah menjadi tugasnya. Apalagi dia dapat uang tip besar.
“Sabtu saya mau makan siang dengan semuanya. Kamu tolong urus ya termasuk jadwal. Kalau tidak bisa, sabtu malam, atau minggu siang.”
“Baik, Bu.”
***
Pukul enam sore Ella tiba di kediaman Jennifer. Ia memasuki kamar wanita itu ditemani Bi Asih. Tugasnya adalah menata semua belanjaan yang baru saja Jennifer beli tadi. Memastikan tertata rapi di ruang wardrobe wanita itu.
Tidak butuh waktu lama, Ella dan Bi Asih keluar dari sana sebelum Jennifer selesai mandi. Mungkin wanita itu juga sekalian bersantai di jacuzzi.
“Mbak Ella makan malam disini aja,” tawar Bi Asih.
Ella langsung menggelengkan kepalanya.
“Waduh kapan-kapan aja, Bi.”
Ella sudah akrab dengan semua penghuni rumah ini. Bahkan entah berapa kali ia bolak balik kemari setiap harinya. Bahkan Ella sudah ditawarkan oleh Jennifer untuk tinggal disini. Tentu saja tidak, terima kasih. Ella tidak ingin semua hidupnya dipenuhi keluarga ini. Setidaknya kalau dia tinggal terpisah, ada beberapa waktu dalam harinya dimana ia tidak perlu bertemu keluarga ini. Bukan karena benci, namun kadang ada titik jenuh dan kadang Ella benar-benar ingin menikmati waktu sendirian.
“Bunga dan hadiahnya udah?”
Baik Ella maupun Bi Asih langsung menoleh ke sumber suara.
Itu adalah Johan, putra sulung Jennifer.
“Sudah, Pak.”
“Terima kasih ya. Saya berangkat. Inggrid dan anak-anak sudah di mobil menanti.”
Ella menganggukkan kepalanya.
Di rumah ini selain Jennifer dan Jay, Johan beserta keluarganya yang tinggal. Kalau Jovan dan Jordan, mereka punya rumah sendiri. Johan juga sih sebenarnya, namun lebih memilih tinggal disini supaya lebih ramai saja.
“Mbak, saya ke belakang dulu ya baru inget ada yang harus diurus.”
Ella menganggukkan kepalanya.
“Iya, Bi. Saya di ruang tamu tunggu sampai Ibu berangkat dulu baru pulang.”
“Mbak Ella mau dibuatin apa?”
“Nggak usah repot-repot, Bi.”
“Jus alpukat aja ya kesukaan Mbak Ella.”
Ella kemudian hanya bisa menyengir kuda.
“Ya udah, Bi. Boleh. Terima kasih banyak ya.”
Bi Asih pamit ke belakang sementara Ella kini melangkah menuju ruang tamu. Dia sudah bawa laptop dan lumayan bisa menyicil pekerjaan sambil menunggu Jennifer siap. Sebenarnya dia bisa saja langsung pulang, namun khawatirnya ada yang Jennifer butuhkan. Jadi stand by saja dulu.
“Mama masih siap-siap ya?”
Ella baru saja hendak mengeluarkan laptop dari tas yang ia bawa.
“Iya, Pak-eh Kak. Tadi masih mandi,” jawab Ella. Ia segera meralat panggilannya saat sadar itu Jay. Dikiranya Johan yang siapa tahu berbalik lagi.
Jay duduk di sofa depan Ella. Nampak merapikan kemeja hitamnya.
“Udah ganteng belum?” tanyanya.
Ella langsung memaksakan senyuman.
“Udah,” sahutnya.
Jay seketika terkekeh.
“Pujian jujur atau pujian karir?” sindirnya.
Ella tidak berbohong hanya demi mengamankan pekerjaannya. Meski ia tahu bila menyebut Jay jelek sekarang, tidak akan seketika membuatnya dipecat.
“Jujur,” sahut Ella serius.
Jay hanya tersenyum saja. Ia lantas bangkit dari duduknya. Jay mengangkat paper bag berukuran besar yang bahkan Ella baru sadar ada benda itu di sebelah Jay sejak tadi.
“Nih buat Bu Ella. Selamat hari valentine,” ucap Jay seraya menyerahkan paper bag tersebut sambil melirik cincin yang melingkar di jari manis Ella.
Ella menerima paper bag tersebut dengan bingung.
“Tadi abis rapiin taman. Daripada dibuang, sayang. Jadi saya buat buket terus bagi-bagiin ke orang rumah dan Bu Ella.”
Ella kemudian mengangguk paham. Ia memang tahu kalau taman belakang banyak bunganya. Jennifer yang dulu menanam dan hanya diurusnya ketika sempat saja. Taman itu lebih banyak diambil alih oleh Jay yang pengurusannya tentu atas persetujuan Jennifer.
“Saya mau manasin mobil dulu. Nanti tolong kabarin Mama ya kalo nyariin,” ucap Jay.
“Baik, Kak. Terima kasih juga bunganya.”
Jay tersenyum sambil mengangguk. Lelaki itu lantas berlalu.
Ella membuka isi paper bag tersebut, ia mengeluarkan buket tersebut dari sana. Melihat buket berisi bunga-bunga dari taman belakang. Susunannya cantik juga. Ada mawar, anggrek, dan entah bunga-bunga jenis apa itu. Ditambah dedaunan yang Ella yakin seratus persen juga diambil dari taman.
“Wah jadi buat Mbak Ella toh bunganya.”
Ella kaget karena tiba-tiba ada suara Bi Asih. Wanita itu datang membawakan jus alpukat. Cepat sekali. Padahal jarak dapur ke ruang tamu juga lumayan jauh.
“Bi Asih, sumpah kaget.”
Bi Asih hanya cengar cengir.
“Maaf ya, Mbak Ella.
Bi Asih meletakkan gelas berisi jus alpukat tersebut di atas meja.
“Bagus banget ya rangkaian bunganya. Kak Jay seharian ngerjain ini loh. Ternyata buat Mbak Ella ya.”
Ella pikir mungkin lelaki itu sedang lelah menatap layar komputer jadi menghabiskan banyak waktu di taman sampai seharian. Jay bekerja di bidang IT. Jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, kerja dari rumah. Atau terkadang lelaki itu sesekali pergi ke Eropa untuk pekerjaannya. Juga sekalian bisa menengok Jessi.
“Bi Asih cepet banget buat jusnya,” ucap Ella sambil memasukkan kembali buket tersebut ke paper bag.
“Iya dong, Mbak. Kalo lama nanti Mbak Ella kehausan.”
Ponsel Ella bergetar. Langsung saja Ella cek.
“Sebentar ya, Bi.”
From : Jayendra Sutedja
Sahabat saya mau nikah, kamu sempet kapan anterin saya beli kado? Resepsi tgl 25