Jelas aku murka pada mereka yang seolah-olah membuang statusku sebagai istri pertama. Seperti tidak ada harga dirinya, bak meremehkan dan tak menganggap keluarga. Bukan hanya karena 'tak diundang' tapi juga rencana yang kubuat dengan Jesika ternyata gagal.
Gadis itu sudah lebih dulu hamil, sialan! takdir macam apa ini? Kamelia yang kuanggap bukan saingan justru diam-diam merebut semuanya. Tentu saja, aku harus segera menghubungi Jesika atau jika tidak wanita itu akan merasa rencananya berhasil.
Ponsel yang tergeletak di meja segera kuraih, dalam hening mencoba mencari namanya. Belum ada jawaban dari sebrang sana, kemungkinan besar Jesika yang tengah sibuk memilah-milah pakaian di pusat perbelanjaan.
Sedikit bersyukur, mendapati Jesika yang ternyata sepemikiran denganku. Wanita gila ha
