Malam yang.. Kaku (KAMELIA POV)

564 Words
Aku benar-benar tidak mengerti lagi, sebenarnya apa yang Mr. Brayen inginkan. Pria itu begitu mudah berubah-ubah. Kadang kala, dia baik padaku kadang pula begitu dingin. Seperti anak remaja yang baru terkena pubertas saja. Yang kulakukan hanya terus mengoceh, mengumpat dan menutup mulut karena berikutnya terkejut dengan keadaan kamarku yang begitu cantik. Jangan lupakan harumnya. Bunga-bunga mawar merah dan putih di tabur di atas ranjang. Lilin yang cantik membentuk hati. Lampu temeram yang menyihir mata. Ya Tuhan, siapa yang telah menyulap ini semua? Aku bahkan masih bisa berputar layaknya anak kecil di lantai kamarku yang di taburi dengan gilter. Entahlah, aku tidak peduli dan memutuskan untuk mendaratkan tubuhku di ranjang yang empuk. Sebenarnya sayang, bunga-bunga jadi berantakan. Mataku bahkan hampir terpejam, sebelum seseorang datang mengetuk pintu kamar. Ternyata, masih ada orang yang tak berperasaan menganggu kenyamanan seseorang ya. Aku yang begitu lelah dan mengantuk lalu memutuskan untuk membuka pintu meski dengan terpaksa. "Sebentar." Kataku dengan langkah gontai "Kau lama sekali." "Mr.?" Mataku yang sebelumnya begitu layu, kini terbuka lebar. "Ada apa Mr. kemari?" Aku memperhatikannya yang tiba-tiba masuk begitu saja mendorongku dengan lembut lalu menutup pintu. Jujur, hawa panas mulai menjalari tubuhku. Aku merasakan firasat yang sangat tak baik malam ini. Lalu melirik bunga-bunga dan lilin yang menyala. Sekarang aku mengerti. "Mr." Lirihku, karena sekarang pria itu telah menggenggam tanganku untuk mengajakku duduk di tepi ranjang. "Aku yakin kau pasti mengerti." Tatapannya begitu sendu dan lembut. Ini seperti bukan Mr. Brayen yang dingin dan banyak mau. "Mr. Apa kau mabuk?" Aku mengibas-ngibaskan telapak tangan kearah wajahnya. Namun pria itu menangkap dan justru mencium punggung tanganku. Mati kaku, oksigen seakan hilang begitu saja. Aku kesulitan bernapas dan bergerak. "Jangan gugup begitu. Ini baru permulaan." Tegurnya yang membuatku kelabakan. "Mr. aku belum siap." Kataku menutup mata. Kucoba memberanikan diri menjelaskan semuanya. Rasanya begitu ngeri harus melayani Mr. Brayen yang terlihat begitu kuat tak sebanding denganku yang lemah dan lembut. "Tenanglah, aku akan bermain dengan lembut." Rasa apa ini, yang bersarang di dadaku. Ketika Mr. mengelus dengan lembut kepalaku. "Sekarang, kita tidur saja. Kau pasti belum sembuh kan?" "Apa Mr. akan tidur bersamaku?" Ucapku pelan "Tentu, aku suamimu dan kau istriku." Bagaikan di tembak mati. Aku benar-benar kehilangan akal untuk mengusir pria ini. Ya Tuhan, haruskah aku lari atau bagaimana? Aku benar-benar malu jika nanti Mr. Brayen akan melihat gayaku yang sedang tertidur. Lagi pula, aku tidak pernah tidur dengan seorang pria sebelumnya. Rasanya pasti aneh sekali. "Kemarilah." Mr. Brayen memanggilku untuk tidur disampingnya dengan lengan kekar sebagai bantalan. Aku terdiam, namun Mr. terus memaksaku. Dan yah.. seperti yang kalian pikirkan aku menurut begitu saja. "Bagaimana rasanya, tidur bersama pria tampan dan kaya?" Pertanyaan itu seakan membuatku ingin memuntahkan seluruh isi makanan. Aku menatapnya dengan remeh. "Mr. terlalu percaya diri." Protesku "diluar sana masih banyak yang lebih tampan dan kaya dari pada Mr." Jawabku ahkirnya "Oh ya?" Lelaki itu mengelus kepalaku dengan lembut. Aku mengangguk "Apa kau suka yang lebih kaya dan tampan?" "Aku pikir, semua wanita seperti itu." "Begitu ya. Jadi aku harus lebih kaya dan tampan agar kau menyukaiku?" "Mr. Sekalipun kau kaya dan tampan perasaanku tetap sama saja." "Kenapa begitu?" "Tidak tahu." Jawabku. Mataku rasanya begitu lelah, seperti terkena lem aku benar-benar mengantuk dan tak kuat lagi menjawab setiap pertanyaan Mr. Brayen. Tak lama, aku justru sudah di serang dengan mimpi-mimpi indah, pemandangan Mr. Brayen dan atap kamar berubah menjadi gelap. Selamat tinggal malam, dan selamat datang mimpi indah ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD