Part 3 (Jae Wook's POV)

650 Words
Kubuka kedua mataku dengan perlahan, saat kurasakan sinar matahari yang mengusik tidurku. Lalu aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tapi aku begitu terkejut, saat mendapati diriku, yang bukan berada di dalam kamarku. Segera kusingkap sebuah selimut yang menutupi tubuhku, namun aku kembali terkejut, saat melihat tubuhku yang dalam keadaan telanjang, dan tak ditutupi oleh sehelai benang pun. "Apa?! Apa yang terjadi? Dan kenapa aku telanjang seperti ini?" batinku. Segera aku bangkit dari tempat tidur, dan kudapati pakaianku yang berada di atas lantai. Melihat hal tersebut, tentu saja membuatku jadi semakin terkejut. Jangan-jangan. . . Tadi malam aku meniduri seorang wanita? Oh tidak! Tidak mungkin! Bagaimana kalau ia sampai hamil? Tidak, tidak! Aku tidak bisa membayangkannya. Lalu kupunguti pakaianku, dan memegangnya. Kemudian aku menoleh ke arah nakas, dan kudapati kunci mobilku dan juga selembar kertas. Karena penasaran, aku pun meraih kertas tersebut, dan membacanya, dan rupanya itu adalah sepucuk surat. Dear pria yang tadi malam mabuk, dan meniduriku. Maaf, aku tak bisa menemanimu sampai kau bangun, karena aku ada kerjaan pagi ini, jadi aku harus segera pergi. Tapi jangan khawatir, aku tak membawa mobilmu. Jika kau ingin pergi dari apartementku, sebaiknya kau mandi dulu, dan menyantap sarapan, yang sudah kusediakan di atas meja makan. Dan satu lagi, pintu apartementku tutup saja. Tertanda Sexy Girl Kedua mataku pun langsung membulat, dan aku baru teringat, kalau tadi malam aku memang meniduri seorang wanita, yang begitu cantik, dan juga seksi. Tapi aku tak tahu siapa nama wanita itu, bahkan kami tak sempat berkenalan. Kuhela nafasku, dan mengusap wajahku dengan telapak tangan. Lalu kutaruh surat tersebut, berserta dengan kunci mobilku di atas nakas. Oh ya, namaku adalah Kim Jae Wook, panggil saja Jae Wook. Aku seorang pria yang baru berumur 23 tahun, dan kini aku berkerja di sebuah perusahaan, yang berada di kota ini. Tadi malam, aku memang mabuk berat, dan aku sengaja melakukan hal itu, karena siangnya aku melihat kekasihku, yang sedang b******u, dan bermesraan dengan teman satu kerjaku. Melihat hal tersebut, tentu saja membuatku jadi sangat geram dan langsung saja aku memutuskannya. Tapi untungnya, aku dapat melupakannya dalam sesaat, dan itu karena mabuk, dan juga karena permainan wanita yang kutemui tadi malam. Wanita itu, ia mengajariku cara bercinta, dan kini aku jadi terus teringat oleh permainannya yang begitu lembut, sehingga membuatku jadi terhanyut dalam permainannya. Tapi benar-benar sangat disayangkan, karena aku belum sempat berkenalan dengannya. Karena di saat aku terbangun, ia malah sudah pergi. Kuhela nafasku dengan kasar, dan segera berjalan menuju kamar mandi. 30 menit kemudian. . . Setelah selesai mandi, dan menyantap sarapan. Aku pun melihat-lihat apartement ini dulu, dan bermaksud untuk tetap berada di sini, sampai wanita itu pulang. Karena aku ingin berkenalan dengannya, atau sekedar tahu namanya saja. Tapi sepertinya, wanita itu bukan berasal dari Korea, karena wajahnya berbeda dengan para wanita Korea. Dan kalau boleh kutebak, sepertinya ia berasal dari Thailand, hal tersebut dapat kulihat dari wajahnya, dan aku masih ingat benar, bagaimana wajah wanita itu. Aku pun terus melihat-lihat seisi apartement ini, tapi tiba-tiba ponselku berbunyi. Segera kubuka layar ponselku, dan melihat ada sebuah panggilan masuk dari bos ku. Ya, bos ku! Ah, pasti dia ingin memarahiku, karena hari ini aku tak berangkat ke kantor. Kuhela nafasku dengan kasar, dan segera menjawab teleponnya. "Hallo Jae Wook, kau ada di mana? Kenapa kau tak masuk berkerja hari ini?!" tanyanya di sebrang sana, yang langsung marah-marah. "Maaf pak, tapi saya sedang tak enak badan" dustaku. "Alasan saja! Sekarang kau datang ke kantor, dan jika kau tak datang, maka kau akan kupecat! Tut!" omelnya, yang kemudian langsung memutuskan sambungan telepon. Err sialan! Padahal, baru saja aku ingin menunggu wanita itu di sini, tapi malah disuruh berangkat ke kantor. Kuhela nafasku lagi dengan kasar, dan mau tak mau aku harus tetap berangkat ke kantor, dari pada aku dipecat. Dan sepertinya, nanti malam aku harus ke club malam yang tadi malam, untuk menemui wanita itu. Segera aku membuka pintu apartement ini, dan menatap isinya sekali lagi. Dan kemudian, aku segera keluar, dan menutup pintunya. Lalu aku segera beranjak pergi. To be continue. . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD