Act 3

1434 Words
                                                                                        The Wildfire   Ari, Jakarta, 20 Mei 2023.   "Kementerian kesehatan telah memberikan pernyataan resmi, mengkonfirmasi kasus pertama virus Wildfire di Indonesia." Kami menyaksikan televisi (TV) dengan cemas, pembawa berita di salah satu saluran TV menampilkan sesi jumpa pers dengan menteri kesehatan. Kemungkinan besar, aku lagi-lagi harus menjalani hidup di tengah wabah. "... Pasien nomor satu kini telah diisolasi, dan mendapatkan perawatan terbaik di ruang isolasi Rumah Sakit Pershabatan, Jakarta Timur. Kami akan segera mengadakan rapat umum pemerintah pusat dengan Dewan Perwakilan Rakyat, untuk membahas pencegahan penyebaran virus Wildfire." Pidato Menteri Kesehatan. "Telat dua hari, baru diumumin... Gak belajar apa-apa mereka dari dulu," ujar ayah. "Emang baru keluar kali hasil tesnya," balas Ibu. Kabar masuknya virus Wildfire di Indonesia, telah beredar di internet sejak dua hari lalu. Beritanya, pasien pertama itu adalah seorang wanita warga negara Indonesia yang bekerja sebagai penerjemah untuk konsulat Republik Chili di Denpasar, Bali. Ia sedang dalam hari ke dua trip kerja di kedutaan besar Chili di Jakarta, saat ia check up ke rumah sakit, dan dicurigai mengidap virus Wildfire pada tanggal 18 Mei 2023. Artinya, wanita itu telah terinfeksi dari orang lain saat berada di Bali, karena masa inkubasi virus ini adalah dua hingga lima hari. Lalu ia telah melewati Bandara Internasional I Gusti Ngurahrai, berada di pesawat berisi ratusan penumpang, melewati Bandara Internasional Sukarno-Hatta, berada di kereta bandara, dan tempat-tempat lain selama lima hari. Belajar dari pandemi COVID-19 tiga tahun lalu, besar kemungkinan setidaknya sudah ada seribu orang yang terjangkit di Indonesia saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan nama resmi virus ini sebagai WIRE, singkatan dari Wildfire Virus. Sedangkan infeksi yang disebabkannya diberi nama SAIDS-Wire, singkatan untuk Severe Acute Immunodeficiency Syndrome - Wildfirevirus (Sindrom cacat imun akut berat). Sesuai namanya, virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh pengidapnya, dan dapat dengan cepat menghancurkan sel darah putih yang biasanya berfungsi untuk menyerang organisme asing yang dapat mengancam tubuh. Cara kerjanya sama dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV), namun WIRE bekerja berkali-kali lebih kuat dan cepat. Dalam masa inkubasi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh, dan ketika gejala pertama yang menyerulai flu muncul, sel darah putih sudah mulai dimatikan oleh virus. Semenjak awal infeksi, Wire hanya butuh dua minggu untuk mengubah pejangkitnya menjadi pengidap SAIDS-Wire. Orang yang telah mengidap SAIDS-Wire, kehilangan kemampuan natural dalam mempertahankan tubuh dari organisme asing. Pengidap SAIDS-Wire harus diisolasi dalam ruangan yang sepenuhnya steril, bahkan makanan dan minuman yang dikonsumsi harus steril. Bila tidak, penyakit sesepele Flu dapat membunuh pasien dengan SAIDS-Wire. "Bu... Bu," panggil Aji. Ibu menatapnya, lalu mengangkat dagunya. "Sekolah libur lagi dong Bu?" tanya Aji. Ibu tersenyum lalu membalas Aji. "Libur buat kamu, kita mah tetep bayarin." "Sely yang ngajarin," sahut Sely. Aku, dan Ibu menertawakan keluhan Sely. Kami sedang berkumpul di ruang tengah rumah kami. Ayah dan Ibu duduk di sofa panjang yang sama, Aji rebahan di antara mereka, kepalanya di paha Ayah, kakinya di paha Ibu. Aku dan Sely duduk di kursi meja makan, yang terletak di belakang sofa panjang. Meja makan kami persegi panjang, aku duduk berhadapan dengan Sely. "Tau ya..."-Ibu menaruh sikut kanannya di atas senderan sofa sambil menoleh ke belakang-"Udah kita yang bayar, kita yang ngajarin. Lha, kita bayar sekolah kan maksudnya biar mereka ngajarin ya." Ayah ikut tertawa kecil mendengar Ibu. "SPP ga berubah tapi tugas sekolahnya cuma kasih, sama periksain tugas... Mau buat perawatan gedung sekolah juga, kan ga dipake sekolahnya kalo kerja, belajar dari rumah," keluh Ayah. "Tapi kan guru sama pegawainya mesti tetep digaji," gumamku. Sely tersenyum dan melirik ku sepintas, lalu kembali menjelajah lini masa aplikasi tiktoknya. "Obrolan orang tua." Ledekku dalam hati. "Kenapa ini dunia, kena wabah berturut-turut dalam tiga tahun,"-Ujar ayah sembari bangun dari sofa lalu berjalan ke luar-"Ayolah, makan aja yuk - makan." "Udah nyampe Yah?" tanya Aji.  Aji ikut bangun, dan mengikuti Ayah. "Yeee udah sampe!" Seru Aji dengan riang, langkahnya diiringi lompatan-lompatan kecil sembari memegang ponsel yang sedang memainkan video Youtube. Ayah memesan pizza dan snack, karena Aji beberapa jam lalu tiba-tiba mengidam pizza tuna ekstra keju, dan choco-stick. Ayah sekaligus memesan dua pizza untuk makan malam bersama kami. "Nih, ayo-ayo makan. Sel, Ri." Ajak Ayah sambil menaruh dua box pizza ukuran regular di tengah meja makan. "Makan seenaknya nih, sebelum pandemi lagi," canda Ayah. Ibu tertawa-tawa kecil lalu menghampiri kami untuk bergabung. Virus WIRE telah mulai mewabah di Amerika Selatan sejak bulan April 2023 lalu. Kasus pertama muncul di Brazil pada tanggal 22 Maret, dan berasal dari kota São Paulo, ibu kota negara bagian dengan nama yang sama. Satu bulan kemudian, seluruh benua Amerika telah terjangkit WIRE, dan mulai mewabah ke kota-kota besar di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat di Atlanta, negara bagian Georgia, cara penyebaran WIRE serupa dengan SARS-CoV-2. Virus menyebar lewat droplet, dan mampu bertahan dalam aerosol yang terbawa di udara selama lima jam. Di permukaan, virus ini dapat bertahan di segala benda berhari-hari. Dengan kemampuan bertahan virus, ditambah fakta bahwa rata-rata manusia menyentuh area wajahnya sebanyak 2.000 - 3.000 kali dalam sehari, secara sadar maupun tidak, membuat WIRE memiliki letalitas yang jauh lebih tinggi dibanding SARS-CoV-2. Rate infeksi WIRE pun berada di empat belas banding satu, satu orang menginfeksi empat belas lainnya. Hingga bulan ini, jumlah orang yang terinfeksi WIRE di dunia telah mencapai delapan belas juta orang, dan negeri kami akan segera menyumbang ratusan ribu kasus infeksi baru beberapa hari ke depan. WHO telah menetapkan SAIDS-Wire sebagai pandemi pada 10 Mei. Bodohnya, pengambil kebijakan negeri kami belum melakukan penutupan penerbangan internasional, seolah tak ada pelajaran yang mereka petik dari pandemi 2020. Teori resmi dari WHO untuk asal mula WIRE ialah teori kabut asap, dimana terjadi mutasi patogen dari vaksin untuk SARS-CoV-2. Vaksin tersebut ditemukan dan diproduksi massal pada April 2021, sebanyak 73% dari seluruh manusia di dunia telah tervaksinasi ketika WIRE muncul. Mutasi patogen tersebut dipicu oleh partikel asing, yang diberi sandi AFD-22. AFD-22 pertama kali di temukan dengan densitas tinggi, pada kabut asap dari kebakaran masif hutan sss sepanjang tahun 2022. Dari teori kabut asap, nama Wildfire dilabelkan untuk virus penyebab penyakit imun mematikan SAIDS-Wire. Teori kabut asap terbukti ketika patogen dalam vaksin SARS-Cov-2 bereaksi, dan bermutasi setelah disimpan dalam tabung dispenser AFD-22 selama satu minggu. Pola kemunculan kasus WIRE, dimana infeksi besar pertama kali muncul di daerah-daerah yang terdampak langsung kabut asap, semakin memperkuat teori tersebut. "Delapan belas juta," ujar Ayah.  "Tapi yang meninggal 'cuma'"-Ayah memberi gerakan petik dengan jari tengah dan telunjuk-"Tiga ratus ribu. Masuk akal ga?" tanyanya. "Emang harusnya berapa sih? Kenapa kamu... Pengen banyak yang meninggal gitu?" Balas Ibu, sambil mengunyah pizza american favourite kesukaannya. "Jumlah kematian sih ga begitu aneh, dibanding cara pemerintah seluruh dunia nutup total proses pemakaman. Bukannya itu lebih aneh?" respon ku. "Wah, konspirasi apa lagi nih." Balas Ayah dengan tawa kecil. "Gini deh, waktu pandemi Corona... Proses pengurusan jasad pasien positif tuh terbuka loh, ga ada yang di tutup-tutupi. Bahkan banyak yang upload proses shalat jenazahnya, pemakamannya pun bisa disaksikan umum walaupun gak dari deket. Bandingin sama Wildfire, dari proses meninggal sampai pemakaman, semua tertutup. Atau, coba cari data post-mortem pasien yang meninggal. Kalau ketemu, aku kasih seratus ribu," ucap ku. "Iya deh, mana sekarang banyak video beredar kan tuh..." sahut Sely. "Zombie Sel?" Ibu memotong Sely, sambil memutar bola matanya. Aku menertawakan olokan Ibu. "Zombie-zombie mulu... Waktu Corona awal-awal muncul juga pada paranoid zombie tuh orang di internet," kata ku. "Zombie apa sih?" Tanya Aji sambil menyeruput milkshake. "Zombie, masa ga tau zombie? Kan banyak di film," bisik Ayah. "Tapi kan, ini beneran ada rekamannya... Dan gak cuma satu. Di TV juga udah sering ditayangin pasien Wildfire kabur terus jadi 'kanibal'," bantah Sely. "Pertama WHO bilang hoax, gak ada yang namanya 'zombie'. Baru-baru ini berubah pernyataannya jadi itu efek isolasi total, bikin gila?" "Ya namanya isolasi total... Lihat cahaya matahari aja gak bisa, makanan pasti gak enak karena mesti yang udah disterilisasi. Pasti hilang juga akal sehatnya," kata Ibu. "Gak nyambung Ibu mah..." balas Sely. "Eeh ya,"-Ibu mengayungkan tangan kirinya pada Sely-"Maksud Ibu... Gak mungkin zombie ah, orang terisolasi total begitu ya pasti bisa gila dong? Ya kan Ri?" Aku menganggukkan kepala. "Lebih masuk di akal aja gitu," tambah Ibu. "Itu di youtube sama media kan emang butuh kehebohan aja mereka Sel." Sahut Ayah setelah berbincang dengan Aji tentang apa itu zombie. "Semakin heboh dan besar ketakutan yang disebar, semakin banyak tuh profit. Apa lagi kalau bakal PSBB lagi nih, wah uang lancar deh tuh pada diem di rumah kerjaannya nonton aja," kata Ayah. "Lagian, masa iya orang mati bangkit lagi jalan-jalan di dunia nyata?" ujar Ibu cekikikan. Aku dan Ibu memang orang yang realis, kami tidak selalu memikirkan sesuatu terlalu jauh, penilaian kami lebih banyak berdasar pada fakta empiris. Sely dan Ayah, mereka tipe orang yang far-fetched. Gemar menarik jauh suatu fakta untuk mencari konklusi di luar boks. Ayah selalu percaya pada konspirasi skenario "elit global", yang mengendalikan nasib umat manusia, termasuk dengan adanya pandemi COVID-19, dan WIRE. Sementara Sely, ia tipe orang yang percaya pada teori-teori pseudosaintifik seperti keterlibatan makhluk asing dalam menciptakan dan membangun peradaban kuno umat manusia. Sely percaya mayat hidup bukan hal yang mustahil, ia meluangkan banyak waktunya berselancar di internet untuk mencari bukti-bukti keberadaan mayat hidup semenjak WIRE mewabah.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD