18 Hampir Takluk

1955 Words

Mulai pukul sepuluh malam hujan turun cukup deras. Aku tidak peduli Mas Wildan jadi pulang atau tidak. Setelah mengirim pesan itu, ponsel ku-mode pesawat, sebab aku lelah berdebat. Tak tahan dengan efek dingin akibat air langit yang membasahi bumi, kukenakan sweater rajut. Bahannya yang tebal dan lembut mengantarkanku mengikuti lelapnya kedua anakku. Entah berapa lama netraku terpejam. Hingga pendengaranku menangkap bunyi tumbukan besi dari selot pintu pagar. Dentingnya cukup memecah kesunyian malam. “Dik, buka pintunya!” Suara tak asing itu memanggilku. Kamu kah itu, Mas? Jam di dinding menunjukkan pukul satu dini hari lebih sepuluh menit. Kerudung di cantolan baju kusambar. Dengan mata yang masih mengantuk, kubuka pintu dan pagar. Akhirnya Mas Wildan memutuskan pulang. Setelah menj

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD