"Mau kemana lu, Ndra?" tanya Andre.
"Elah Ndra! Gue cuma bercanda kali!" Riski tiba-tiba menyalahkan dirinya sendiri. "Lu jangan ngambek dong!"
"Siapa yang ngambek! Gue cuma mau pulang duluan!" jawab Rendra agak ketus.
"Yah, nggak asik lu, Ndra! Jarang-jarang kita ngumpul gini!" protes Doni tak suka.
"Rendra, aku ikut dong! Daripada naik taksi!" Rita mengejar Rendra yang berjalan terlebih dulu.
Saat melewati meja yang diduduki Mia dan kawan-kawannya, Rendra sempat melirik ke arah sepupunya tersebut.
Tanpa sengaja tatapan mereka bersirobok dalam beberapa detik, namun dengan segera keduanya mengalihkan pandangan.
Tatapan Mia beralih pada gadis di belakang Rendra yang berusaha menyusul langkah kaki pria di depannya.
"Mi!" Yuna mengusap bahu Mia tiba-tiba.
"Eh, i-iya?" Mia menoleh ke arah Yuna.
"Kamu nggak perlu jadi seperti orang lain untuk memikat seseorang. Kamu ya kamu, dengan segala daya tarikmu, Mi!" pepatah Yuna seakan mengerti apa yang ada di pikiran Mia.
*
Dulu sekali, saat Mia masih SMA. Gadis belia itu memiliki rasa posesif pada sepupunya sendiri. Bahkan sampai saat ini, masih ia akui, jika cemburunya Mia pada saat itu sangat tidak masuk akal.
Setiap sore hari, Mia selalu mengikuti Rendra kemanapun sepupunya itu bermain basket.
"Tante Risa!" panggil Mia pada tantenya yang sedang menyiram bunga sore hari.
"Barang Rendra ada yang ketinggalan nggak?" tanya Mia terang-terangan.
"Emmh, apa ya?" Risa mengingat-ingat.
"Nggak ada, ya? Ya sudah kalau nggak ada. nggak apa-apa." Mia pun bersiap mengayuh sepedanya hendak pergi.
"Eh, Mi! Mi! Nanti dulu, tunggu sini dulu!" panggil tante Risa lagi.
"Iya, Tan?" Mia menghentikan sepedanya.
"Inih, bawain air minum buat Rendra, ya! Biar dia nggak beli air minum sembarangan!" Tante Risa memberikan sebuah tumblr 500 ml berisi air mineral pada Mia.
Mia pun langsung menerimanya dan ia masukkan ke dalam keranjang sepedanya.
Tak lama kemudian, ia sampai di sebuah lapangan basket milik perumahan sebelah. Kebetulan Mia sedang tidak ada ekstrakurikuler, jadi dia bisa mengikuti Rendra sore itu.
"Whoooo!" teriak Mia paling heboh di pinggir lapangan. "Go! Go! Rendra! Rendra! Semangat!" teriak gadis itu sangat bersemangat.
"Rendraa!" Mia histeris saat Rendra berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket. Semua penonton yang ada di situ hanya bisa melirik ke arah Mia yang paling membuat keributan di lapangan itu. Padahal itu hanya pertandingan persahabatan. Menang kalah tak jadi persoalan.
Waktu bermain pun usai, semua pemain basket menepi menuju ke tempat mereka menyimpan tas masing-masing. Tak terkecuali Rendra, dengan wajah jengah, dia menghampiri tasnya - yang sudah pasti ada Mia sedang menunggui tasya.
Tanpa menyapa atau berkata apapun, Rendra mencari-cari air minum yang ternyata ia lupa membawanya.
"Nih! Aku bawain!" Mia menyodorkan sebuah tumblr titipan dari tante Risa tadi.
Rendra melihat tumblr nya dibawa oleh Mia. Entah karena enggan menerima kebaikan Mia, atau karena gengsi tak ingin menyebut terima kasih pada sepupunya itu, Rendra mengacuhkan air minum dalam tumblr yang tak berdosa itu.
Tanpa permisi dan tanpa rasa malu, Rendra merebut botol air minum yang sedang diminun oleh Rita. Karena gadis itu juga ikut bermain satu tim dengan Rendra, dan sama lelah nya seperti Rendra.
Sret
Rendra merebut botol itu.
Gluk gluk gluk
Jakun Rendra bergerak-gerak menerima air yang masuk kerongkongannya.
Sementara itu,
"Uhuk-uhuk!" Rita tersedak karena air minumnya tiba-tiba direbut Rendra. "b*****t lu, Ndra!" Rita mendelik pada Rendra yang sedang asyik menghabiskan bekal air minumnya.
Rita menatap pada Mia yang masih setia menyodorkan tumblr berisi air pada Rendra, meski orang yang disodorinya jelas menolak. Akhirnya, karena dirinya masih haus setengah mati, dia pun merebut tumblr itu.
"Buat gue aja, Mi! Haus, sumpah!" Rita pun menenggak isi tumblr hingga tandas hampir setengahnya.
Mia terus mengamati Rita yang dengan cueknya meminum air tersebut.
Dari bawah hingga ke atas. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, Mia mengamati bagaimana penampilan Rita.
"Sepertinya, Rendra lebih suka perempuan dengan penampilan tomboy. Seenggaknya bisa menjadi temannya seperti Rita." Mia membatin dalam hati.
Begitulah hingga keesokan harinya, Mia mengikuti penampilan Rita yang bergaya tomboy hanya untuk memikat Rendra.
"Apa-apaan itu topi diputer ke belakang? Rambut dipotong pendek, baju keluar gak dimasukin?" Tina geleng-geleng kepala melihat teman sebangkunya yang tiba-tiba berpenampilan aneh.
"Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma mau daftar ekskul basket mulai sekarang. Rambut panjang kan bikin ribet!" jawab Mia dengan santainya.
Jawaban itu tentu saja membuat Tina, Yuna dan Nita, teman-teman dekat Mia melongo sambil geleng-geleng kepala.
"Daftar ekskul basket?"
"Kamu serius, Mi?"
"Kamu habis lewat kuburan, Mi? Trus kesambet gitu?"
"Mia? Apa kamu salah makan?"
Pertanyaan beruntun itu tertuju untuk Mia dari ketiga sahabatnya.
"Aku cuma mau masuk dan jadi tim nya Rendra. Lihat, aku bahkan udah beli kaos basketnya!" Mia menunjukkan satu set kaos basket dari dalam tas nya.
"Hanya untuk mendekati Rendra?" Tina terkejut. Sangat terkejut.
Ketiga teman Mia semuanya sangat tidak percaya dengan apa yang akan dilakukan sahabatnya.
Pasalnya, Mia itu memiliki satu kelemahan. Ya, dan kelemahan itu yang selalu membuat Mia mempermalukan diri sendiri setiap pelajaran olahraga.
Lebih baik kita dengarkan saja alasan dari ketiga sahabat Mia, mengapa mereka melarang Mia untuk bergabung menjadi anggota tim basket.
"Mi, kamu sadar? Kalau dalam satu tahun, kamu bahkan sudah berganti hampir tujuh buah sepeda?" Tina mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan angka tujuh pada Mia. "Yang rodanya copot lah, jeruji yang patah, rantai yang putus, keranjang penyok. Naik sepeda saja kamu nggak bisa kalau semingguuu aja, kamu nggak jatuh! Ini mau jadi pemain basket!"
"Iya, Mi! Tina bener! Jangankan naik sepeda. Maaf-maaf nih, ya! Kamu kan pas lari sering banget jatuh, padahal jalannya datar, kering dan nggak ada batu-batu sandungan." Kali ini Nita yang bicara. "Gimana mau jadi anggota basket kalau begitu."
"Ya, mau gimana lagi. Kalau cuma jadi penonton trus bersorak di pinggir, nggak pernah diperhatiin sama Rendranya," ucap Mia mengungkapkan alasannya.
"Mia, lihat aku!" Yuna memegang bahu Mia. Mia pun menurut dan melihat ke arah sahabatnya yang memiliki pemikiran paling dewasa dari yang lainnya.
"Kamu nggak perlu jadi orang lain untuk menarik perhatian Rendra. Aku tau kamu pasti kepikiran ingin seperti Rita kan? Jadilah dirimu sendiri, dengan sejuta pesona milikmu, Mi!" Ucapan Yuna pada saat itu, yang persis seperti apa yang dikatakan oleh Yuna lagi pada hari ini.
*
"Mia! Hello!" Lambaian tangan Tina membuyarkan lamunannya.
"Eh, i-iya, maaf!" seru Mia dengan agak terkejut.
"Kamu pasti lagi mikir dandan jadi kayak Rita lagi ya? Hayo ngaku!" tebak Tina.