PART 3

893 Words
Hiksss hiksss hiksss terdengar suara tangisan di sebuah taman yang sepi. Dita sedang duduk dibawah rimbunan pohon. Sambil terus saja menangis tak henti-hentinya. Ia menangis bukan karena laki-laki itu memperlakukannya kasar ditengah lapangan. Tapi ia menangis karena laki-laki itu telah mempertontonkan rambutnya yang termasuk auratnya di khalayak umum. Yang ada difikirannya bagaimana ia bisa mempertanggungjawabkan itu semua di akhirat nanti. Dita hari ini tidak mengikuti pelajaran seperti biasanya. Ia terus menangis dan hanya duduk melamun. Entah apa yang akan di lakukan laki-laki itu di hari berikutnya. Hari pertama bertemu dengan nya saja sudah membuat dirinya kacau. Disaat Dita sedang memikirkan itu semua, tiba-tiba saja ada yang menyentuh pundaknya "Hei? Sedang apa kau disini? Kenapa kau menangis?" ucapnya. Lalu duduk bergabung disamping Dita. terlihat wanita cantik dengan hijab yang ia pakai. Dita merasa heran tidak menyangka ada yang memakai hijab juga seperti dia. Tapi yang lebih heran lagi, wanita itu terlihat baik-baik saja. Tidak seperti Dita yang baru masuk saja sudah terlihat kacau. Apakah dia tidak diperlakukan sama seperti dita dan wanita-wanita berhijab lainnya? Entahlah. "Uhhh, tidak aku tidak menangis." Dita berusaha menghapus air matanya. Ia tidak ingin terlihat rapuh dihadapan orang lain "Kau berbohong! Liat mata kamu saja merah." ucapnya menatap mataku "Bener. aku tidak apa-apa. hanya kelilipan saja." ucap dita sambil mengedip-ngedipkan matanya agar terlihat seperti kelilipan "Jangan menutup-nutupi kesedihan mu. Lebih baik kamu cerita semoga saja setelah kamu cerita kamu bisa merasa lega. Dan tidak bersedih lagi." ucapnya tersenyum. Dita tidak bisa lagi menutupi kesedihannya. Ia berusaha menceritakan semuanya, meskipun pada orang yang baru ia kenal. Karena kelihatannya juga dia wanita yang sangat baik. "Hiksss hiksss... Aku menangis karena Rafael Bryantara yang mempemalukanku dengan mempertontonkan aurat ku." ucap dita sambil terus menangis "Ya Allah. Dia membuat ulah lagi! Dulu akupun sama sepertimu. Waktu aku pertama masuk ke sekolah ini awalnya aku diperlakukan seperti itu. Namunnn itu hanya berlangsung 1 hari karena aku langsung mengadukannya kepada ayahku. Berhubung ayahku seorang kepala polisi jadi ia langsung menindak lanjuti kasus itu dengan tuduhan pelecehan dan saat Rafael akan dimasukan ke penjara, papanya memohon kepada ayahku agar Rafael tidak di masukan ke penjara. Dan ayahku pun menyetujuinya asalkan Rafael tidak mengganggu aku lagi. Dan sampai sekarang Rafael tidak berani menggangguku" jelasnya panjang lebar "Oh,,, jadi itu yang membuatmu terlihat baik-baik saja." Gumam Dita "Mungkin aku terlihat baik-baik saja tapi sesungguhnya hatiku ini sedih karena aku tidak mempunyai teman karena hijab ku ini." ucapnya murung "Kau tak perlu sedih, sekarang kau adalah temanku." ucap Dita tersenyum dan seketika kesedihan itu hilang dalam benak Dita "Benarkah?." ucapnya tak percaya "Tentu saja. Oh iyah lupa aku belum tau namamu. Namaku Dita." ucap dita sambil menjulurkan tangannya "Namaku Syalwa." ucapnya tersenyum sambil bersalaman dengan dita Dita Pov Kami berdua pun asyik bercerita disaat orang-orang sedang belajar dikelas. Sampai bunyi bel istirahat terdengar. Tinggg tinggg tinggg "ayo kita ke kantin aku sudah lapar." ajaknya "Ayo aku juga sudah lapar." aku tidak menolak ajakan syalwa jujur saja menangis tadi membuatku kelaparan. Kamipun bergegas ke kantin karena cacing yang berada diperut kami tak henti-hentinya berdemo. "Dita? Kamu mau pesan apa?." tanya Syalwa "Aku pesan bakso sama teh manis aja." ucapku "Baiklah." "Ibu bakso 2 mangkok sama teh manis 1 dan jus alpuket 1." teriak Syalwa Saat aku dan Syalwa sedang menunggu pesanan. Rita tiba-tiba saja datang menghampiriku dan syalwa "Dita kamu kemana aja? Aku nungguin kamu dikelas. Kenapa tidak mengikuti pelajaran pagi tadi? Apa kamu baik-baik aja setelah kejadian tadi? Dan siapa dia? Kamu punya temen baru?" ucap Rita nyerocos dengan wajah yang ditekuk "Haihhh kamu ini rit. Kalau ngomong itu enggak pake titik koma. Lagian tadi aku nenangin diri dulu karena kejadian barusan." ucapku dan teringat kembali kejadian tadi pagi. "Mmm baiklah. Kenalin aku Syalwa kelas 11 1 Mipa." sapa Syalwa mengenalkan diri kepada Rita. Mengulurkan tangannya. Rita hanya menatap tangan syalwa sampai aku menyenggol lengan Rita "Hehe iyah aku Rita. Maaf kalau tadi aku agak sedikit sinis sama kamu Syalwa." ucap Rita sedikit canggung membalas uluran tangan syalwa "Iyah tidak apa-apa." ucap syalwa tersenyum. "Ibu aku pesen mie instan 1." teriak Rita Tidak lama pun pesanan kami datang. Disaat kami sedang menyantap makanan. Tiba-tiba saja Brukkkkk Hampir saja aku tersedak. Seketika semua perhatian beralih kepadaku. "Berani-beraninya lo makan di kantin ini. Wanita bertopeng!!." bentak laki-laki yang sudah mempertontonkan aurat ku. Siapa lagi kalau bukan Rafael Bryantara "Mau apa kau menggangguku. Apa kau tidak puas sudah mempermalukanku tadi!." ucapku kesal. Berusaha melawannya. "Ya gue emang belum puas!! Sebelum lo pergi dari sekolah ini!." ucapnya tertawa sinis dengan tatapan yang masih tajam "Sudah cukup hentikan Rafael!! jangan seenaknya mengatur orang begitu. Memang benar sekolah ini milikmu tapi kau tidak punya hak agar seseorang selalu menurut padamu." bela syalwa, yang sepertinya ikut geram dengan tingkah Rafael "Jangan ikut campur deh lo! Lo mau aduin gue ke ayah lo lagi? Silahkan aja. gue ga takut!." ucap rafael penuh percaya diri "seandainya lo mau lepas hijab lo pasti gue gak akan cari masalah sama lo!." ucap rafael menunjuk ke arahku. Kevin dan rio mereka malah asik makan dan menonton pertengkaran tersebut layaknya pertunjukan. "Su.. Su.. Sudah ayo kita pergi dari sini." ucap Rita ketakutan. Aku, Syalwa dan Rita pun bergegas pergi dari sana karena muak melihat Rafael "Pergi lo pergi sana kalau bisa jangan kembali lagi. Dasar w***********g!." teriaknya saat aku, Rita dan Syalwa sudah agak menjauh. Namun kata-katanya masih terdengar jelas ditelingaku. syalwa dan Ritapun sempat mendengar apa yang diucapkan Rafael apalagi kata-kata w***********g jelas terdengar ditelinga mereka. Sakit yang aku rasakan disebut w***********g. namun, aku berusaha sabar karena bagaimanapun inilah pahitnya kehidupan yang kelak akan berbuah manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD