Bab 1 Putri Es

899 Words
        Siapa yang tak kenal Natasya Alleira? Dari penjaga sekolah hingga kepala sekolah di SMA Negeri 1 Bandung kenal dengan nama itu. Siapa juga yang tak kenal dengan siswi populer seperti dia. Semua orang tahu kalau dia terpandai di kelasnya, XI IPA 1. Begitu pula terpandai di kelas paralel karena dia pemegang peringkat 1 selama 2 tahun berturut-turut. Selain itu, dia pernah diundang ke istana negara untuk menyanyi di hadapan presiden. Itu menjadi nilai lebih bagi Natasya. Makanya sekolah favorit itu sangat beruntung memiliki Natasya. Belum lagi Natasya sering membawa nama baik sekolah itu di berbagai olimpiade sains tingkat nasional. Natasya selalu memegang juara 1 atau paling tidak juara 2.         Siapa juga tak kenal dengan gadis tercantik di sekolah itu. Tasya memiliki wajah mungil dengan kulit yang putih bersih. Matanya bulat sayu berwarna hitam dengan bulu mata yang lentik. Bibirnya mungil merah penuh dengan hidung mancung. Rambutnya sepunggung lurus dan berponi. Bisa dibayangkan dia menjadi idaman setiap siswa lelaki di sekolah itu. Dia layaknya teratai yang indah di antara siswi perempuan yang rata-rata berpenampilan biasa. Wajah cantik dan otak yang encer adalah paket komplet dan itu dimiliki oleh Natasya.         Tapi, dia bagaikan sekuntum mawar merah yang berduri. Semua orang hanya bisa melihatnya tanpa bisa menyentuhnya. Tasya bersosok dingin, angkuh, dan cuek. Jarang terdengar suara halusnya walau dia seorang penyanyi bersuara merdu. Ekspresi wajahnya selalu datar walau kecantikan menjadi daya tariknya. Dia berani menolak suruhan gurunya untuk memberikan bimbel pada teman sekelasnya. Gurunya tak berkutik karena segan dengan Natasya yang menjadi kesayangan sekolah. Natasya lebih suka menyendiri daripada membuat geng-geng tak jelas dengan teman sekelasnya. Kemana-mana dia selalu sendiri. Ya itulah manusia, tak pernah ada sempurnanya.         Apakah cinta tak pernah menyentuh hati Natasya? Tentu saja pernah. Sosoknya tak sedingin itu saat SMP. Saat kelas 3 SMP dia pernah menyukai seorang lelaki yang 5 tahun lebih tua darinya. Lelaki itu baru saja lulus dari akademi militer di Magelang. Natasya pertama kali bertemu dengan lelaki itu ketika mereka tinggal satu kompleks perumahan. Natasya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Egi, nama lelaki itu, saat memandangnya memakai seragam pesiar kedinasan berwarna coklat. Mereka akhirnya dekat dan berpacaran sampai Natasya duduk di kelas 1 SMA. Semua kisah cintanya diceritakan pada Bianca sahabat karib Natasya sejak SD. Tapi, bencana itu terjadi. Egi malah menyukai Bianca dan selingkuh dengannya. Natasya hancur dan berubah total. Dia menjadi gadis bersosok dingin dan angkuh.         Namun, Natasya tak menampik jika hanya Egi yang bisa membuatnya tersenyum. Dia bukanlah es batu, julukannya, ketika dekat dengan Egi. Egi yang saat ini sudah menjadi seorang tentara muda juga masih dekat dengan Natasya walau mereka sudah menjadi mantan kekasih. Egi berusaha berteman dengan Natasya walau awalnya Tasya sangat membencinya. Natasya tak bisa menampik jika dia masih mencintai Egi walau dia merasa sakit dengan perbuatannya. Bianca yang saat ini juga satu sekolah dengan Tasya memilih untuk menjaga jarak dengannya. Bianca menjauh karena dia merasa malu sudah menyakiti kawan karibnya itu. Walau mereka tak bersahabat, diam-diam Bianca masih memperhatikan Natasya yang makin bersinar seperti bintang. Bianca tetap tak merasa bahagia walau kini dia bersanding dengan Egi. “Eh, eh ada si Es Batu!” bisik beberapa anak perempuan di sudut kelas. Air muka Bianca berubah. Dia meletakkan pulpennya ke meja ketika sebuah langkah kaki mendekatinya. “Egi cariin kamu!” ujar Natasya dingin. “Bilang aja aku gak ada!” ujar Bianca lirih tanpa menoleh ke arah Nata. Namun Bianca kaget ketika sadar Tasya mencengkram pipinya. Natasya sudah menatapnya dengan mata berapi-api. “Mau sampai kapan aku diantara kalian?!”ujar Natasya ketus. “Nata…”seloroh Bian seolah tak percaya dengan perilaku Natasya. Bukan pertama kalinya hal ini terjadi. Setiap terjadi masalah antara Bianca dan Egi, Natasya selalu menengahi mereka. Sungguh menyakitkan bagi Natasya karena harus menahan perasaannya. Dia tak tega dan sayang pada Egi sehingga dia rela di antara Bianca dan Egi. “Tolong aku, Nat. Sekali ini saja. Aku tak mau bertemu dengan Egi,” pinta Bia memelas. Permintaan Bianca direspon Natasya dengan sebuah tamparan keras di pipi Bia yang membuat seluruh isi kelas itu kaget. “Sadar gak sih kamu! Dia ninggalin aku demi kamu. Sekarang malah ini balasanmu!” bisik Tasya di telinga Bia. Dua anak itu tahu kalau masalah mereka adalah rahasia. “Natasya, aku mohon sama kamu. Aku tak mau bertemu dengan Egi saat ini!” ujar Bia sambil memohon dan memegang kedua tangan Natasya. Natasya menampik tangan Bian. “Hei Natasya! Jangan seenaknya di kelas ini ya!” potong Fania, ketua kelas Bianca. Natasya tersenyum sinis dan melirik Fania. “Jangan campuri urusanku dan Bia! Kalian gak tahu masalah kami,” jawab Natasya dingin. “Aku gak peduli apa masalah kalian, yang penting kamu jangan bikin keributan di kelas ini ya! Jangan mentang-mentang kamu anak populer di sekolah ini, kamu bisa seenaknya!” ancam Fania lagi. Natasya mendekati Fania dan menatapnya tajam. “Oh, jadi kamu belain Bia? Yakin kalian belain dia kalau kalian tahu masalah kami apa?”tanya Natasya dingin. Bia takut kalau Natasya berkata macam-macam. Dia langsung meraih tangan Fania dan memohon padanya. Tangisnya mulai mengalir. “Fania, sudahlah. Aku yang salah kok. Natasya berhak melakukan ini. Ayo Nat, kita bicara di luar,” ajak Bia. “Gak, masalah ini udah selesai!” ujar Natasya dingin sambil meninggalkan kelas itu. Bianca hanya bisa tertegun tak tahu harus berkata apa. Gadis berwajah cantik perpaduan melayu dan arab itu memang pihak yang bersalah dari semua ini.             ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD