Mami Minta Bukti Nyata

1496 Words
"Ah~" tiba-tiba terdengar suara Citra yang mendesah sehingga membuat Kendra terhenti dari ucapannya. "Cit kamu sedang apa? Kenapa kamu mendesah?" cecar Kendra yang kini wajahnya telah merah padam setelah mendengar suara Citra yang mendesah di seberang telepon sana. Tut, tut, tut! Sambungan telepon itu malah langsung terputus, dan bisa dipastikan kalau Citra-lah yang memutuskannya secara sepihak dengan sengaja, bukan karena gangguan signal yang buruk. Saat ini Citra dan seorang laki-laki yang rambutnya berwarna kepirang-pirangan tengah bermesraan di atas sebuah ranjang yang empuk. Lelaki itu masih terus gencar melancarkan serangan-serangan yang membuat Citra semakin terbuai dengan semua sentuhannya sehingga membuat ponsel yang ada dalam genggamannya terlepas kembali. "Rich," ucap Citra menyebut nama lelaki itu yang kini semakin jauh saja menjelajah setiap inci tubuh Citra yang sudah terekspos seluruhnya. Siang ini mereka melakukan lagi adegan yang tidak sepatutnya mereka lakukan di sebuah kamar apartement bercat hitam keabu-abuan. Jemari tangan Citra juga meremas rambut milik lelaki di atasnya yang saat ini terlihat sangat gagah sekali. Padahal Kendra tetap setia kepada Citra meski terpisah jarak yang cukup jauh dengan wanita itu, tapi Citra malah bermain api di belakang Kendra dan tidak segan-segan menyerahkan tubuhnya kepada lelaki lain yang statusnya masih sebatas pacar belaka. Hubungan badan yang dilakukan oleh Citra dengan lelaki itu bukan yang pertama kalinya dia lakukan. Sudah berpuluh-puluh kali dan sudah tidak lagi terhitung jumlahnya karena aktivitas itu sudah sering mereka lakukan dari setengah tahun yang lalu. Kendra meremas rambut di kepalanya dengan perasaan kesal bercampur amarah karena otaknya sudah berpikir hal yang tidak-tidak tentang Citra. Di dalam benaknya, dia membayangkan bahwa Citra saat ini pasti sedang berselingkuh dan memadu kasih dengan seorang laki-laki di atas sebuah ranjang. Pikirannya Kendra tidak lah salah karena siapa pun orangnya jika mendengar lawan bicara kita mendesah lalu dengan segera menutup panggilan telepon itu maka otaknya akan memikirkan hal yang serupa seperti dirinya. "Sial," umpat Kendra yang saat ini masih terus berusaha menghubungi Citra berulangkali namun tidak kunjung diangkat oleh wanita itu. Di belahan bumi yang lain, Richard yang merupakan selingkuhannya Citra juga sedang mengumpat karena panggilan telepon Kendra mengganggu kesenangan mereka berdua. "s**t," umpatnya yang kini langsung memilih berhenti dari gerakannya. "Kenapa berhenti?" tanya Citra yang kedua bola matanya sedang terselimuti oleh kabut gairah yang berkobar-kobar, dan saat ini wanita itu sedang menunggu Richard memuaskannya sampai ke puncak tertinggi permainan mereka, lalu sama-sama terkulai lemas setelah hasrat mereka telah tersalurkan dengan baik. "Angkatlah dulu panggilan telepon itu! Getaran ponselmu sungguh sangat menggangu," ungkap lelaki itu mengutarakan isi hatinya kepada Citra. Ternyata selingkuhannya Citra yang bernama Richard itu bisa berbahasa Indonesia karena dia memang berasal dari negara yang sama dengan Citra meski salah satu orang tuanya asli keturunan orang Eropa. "Baiklah," jawab Citra yang kini mulai meraih ponselnya lalu mematikan daya ponsel itu. "Beres," ucap wanita itu dengan senyum bahagia. "Ayo kita lanjutkan kembali permainan ini!" ajaknya. "Kenapa kamu matikan? Mungkin itu telepon penting," cakap Richard. "Bagiku tidak ada yang lebih penting selain dirimu, Rich," jawab Citra yang kini mengecup singkat bibir lelaki di atasnya. "Benarkah?" tanya Richard ragu. "Tentu saja," jawab Citra cepat. Richard tersenyum senang mendengar jawaban Citra dan lelaki itu mulai melanjutkan kembali aktivitas yang tadi sempat tertunda gara-gara ulah dari Kendra yang terus-menerus menelepon ponsel Citra. *** Di Rumah Sakit Citra Husada, Kendra sudah menyerah dalam menghubungi nomor Citra karena nomor wanita itu sedang berada di luar jangkauan. "Ken," terdengar suara Kelvin memanggil nama lelaki itu. Kepala Kendra menoleh ke sumber suara dan langsung menghembuskan napas lelahnya saat melihat sosok Kelvin. "Hai, Vin," sapa Kendra lemah. "Gimana? Kamu sudah berhasil menghubungi nomor ponsel Citra? Apa katanya? Apakah dia bersedia untuk segera kembali ke Indonesia malam ini juga?" cecar Kelvin memberondong Kendra dengan banyak pertanyaan dalam satu tarikan napas. "Udah, Vin, tapi ...." "Tapi kenapa, Ken?" tanya Kelvin dengan perasaan waswas. "Nomornya tidak bisa dihubungi," jawab Kendra yang memilih untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya bahwa tadi Citra sempat mengangkat panggilan teleponnya meski hanya suara desahan saja yang terdengar. "Maaf ya, Ken, kalau aku terdengar egois, tapi kondisiku saat ini benar-benar sedang berada diujung tanduk. Bisakah kamu mencoba menghubungi nomor Citra kembali sampai dia mengangkat panggilan telepon itu?! Malam ini aku harus memberikan bukti yang kuat kepada Papa-nya Vani kalau kita tidak menjalin hubungan terlarang seperti yang diberitakan di sosial media." "Huft," Kendra menghela napas lelah. "Nggak bakalan diangkat, Vin. Nomor Citra sedang berada di luar jangkauan," sambung Kendra yang kentara sekali terdengar sedang merasa putus asa di setiap kata yang terucap dari bibir lelaki itu. "Lalu kita harus bagaimana?" Kelvin mengusap kasar wajahnya. Tiba-tiba datang seorang Dokter yang terburu-buru memasuki ruang rawat inap Mami Rosita. "Mami," ucap Kendra yang langsung tahu ada yang tidak beres menimpa Ibunya. Kendra dan Kelvin segera ikut masuk ke dalam ruangan, namun mereka harus keluar kembali saat salah satu perawat yang mendampingi Dokter itu menggiring semua orang yang tidak berkepentingan untuk keluar sementara dari ruang rawat inap ini agar Sang Dokter bisa mengerjakan tugasnya dengan baik. Mereka bertiga sudah berada di luar ruangan setelah tadi diusir oleh salah satu perawat. Papi Johan langsung mendelik ke arah Kelvin yang berdiri tidak jauh dari anaknya. "Om," panggil Kelvin lirih. "Apa?" jawab Papi Johan ketus. "Saya harap Om Johan tidak ikut termakan oleh gosip yang beredar di luaran sana," harap Kelvin. "Aku sama Kendra tidak pernah menjalin hubungan terlarang seperti itu. Semua foto yang beredar di sosial media adalah rekayasa belaka, Om. Aku sama Kendra murni hanya bersahabat saja, Om. Bahkan aku juga sudah mempunyai tunangan, tapi, acara pertunangan kami akan dibatalkan gara-gara foto rekayasa itu," jelas Kelvin panjang lebar. "Om tahu kok kalau kamu itu sudah mempunyai tunangan, tapi ... Om juga sangat tahu kalau kamu tidak mencintai tunanganmu itu. Jadi ... semua penjelasanmu itu percuma saja, Kel. Kecuali ...." "Kecuali apa, Om?" tanya Kelvin penasaran. "Kecuali kalau Kendra sudah mempunyai pasangan wanita tulen. Om pasti langsung percaya bahwa kalian tidak memiliki hubungan khusus apa pun." Mendengar hal ini Kelvin langsung bersemangat karena kenyataannya Kendra memang sudah mempunyai kekasih. "Om tenang aja! Kendra sudah punya pasangan kok. Iya kan, Ken?" tanya Kelvin mencari dukungan dan pembenaran kepada sahabatnya itu. Kendra pun mengangguk mengiyakan. "Pacar Kendra juga sebentar lagi akan segera ke sini, Om. Percaya deh sama Kelvin," lanjut lelaki itu. "Yang bener?" tanya Papi Johan dengan sorot mata yang mulai melembut mendengar perkataan Kelvin. "Iya, Om," sahut Kelvin cepat. Kendra yang melihat raut wajah ayahnya sudah melunak memilih untuk diam dan tidak berani memberitahukan informasi yang sebenarnya kepada Papi Johan. "Syukurlah kalau begitu," ucap Papi Johan penuh syukur. "Om lega mendengarnya. Mudah-mudahan kalian nggak bohong ya," "Nggak kok, Om," geleng Kelvin cepat. Ceklek! Pintu masuk kamar rawat inap Mami Rosita terbuka kembali dan para petugas medis yang baru saja selesai melaksanakan tugasnya mulai keluar dari dalam kamar itu. "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Papi Johan khawatir. "Keadaan Ibu Rosita sudah kembali stabil, tapi, tolong usahakan agar beliau tidak berpikir hal-hal yang berat-berat dulu agar tidak merasakan stress," jawab Sang Dokter. "Baik, Dok. Terimakasih atas saran dan batuan yang sudah Dokter berikan." "Sama-sama, Pak Johan. Kalau begitu saya permisi dulu," "Iya, Dok, silakan." Sang Dokter pun mulai berlalu dari hadapan mereka bertiga yang diikuti oleh para perawat yang senantiasa mendampinginya kemana pun dia bertugas. Papi Johan kini mulai beralih ke arah Kendra dan Kelvin. "Kalian jangan masuk dulu! Biar Papi dulu yang masuk ke dalam dan menjelaskan pelan-pelan kepada Mami bahwa kalian tidak menjalin hubungan yang terlarang," tutur Papi Johan. "Baik, Pih," jawab Kendra. "Baik, Om," sahut Kelvin. Kedua Dokter muda itu menganggukkan kepalanya tanda bahwa mereka setuju. Papi Johan mulai masuk ke dalam ruang rawat inap istrinya. "Assalamu'alaikum, cantik," salam Papi Johan kepada Mami Rosita yang kini sudah tersadar dari tidur panjangnya. "Wa'alaikumsalam, Pih," sahut Mami Rosita. "Gimana keadaanmu, Mi? Sudah merasa baikan?" tanya Papi Johan yang kini telah menggenggam hangat tangan kanan istrinya. "Ya gini-gini aja, Pih," jawab Mami Rosita asal-asalan. "Kok gitu jawabnya?" kedua alis Papi Johan berkerut. "Pih, anak kita, Pih," "Ssstt ... Mami jangan mikir yang berat-berat dulu. Kata Dokter Mami jangan sampai stress, biar cepat sembuh." "Bodo amat," "Eh, Mami nggak boleh gitu. Mami tega ngelihat Papi tersiksa saat melihat keadaan Mami yang drop kayak gini?" "Ya, nggak, Pih. Tapi itu lho kelakuan anak kamu ... sudah kelewatan batas." "Mih, anak kita masih normal. Mereka udah jelasin ke Papi kalau mereka tidak menjalin hubungan terlarang itu," jelas Papi Johan pelan-pelan. "Mana ada maling yang mau ngaku," ketus Mami Rosita. "Mami masih tidak percaya dengan ucapan, Papi?" "Mami hanya akan percaya kalau ada bukti kongkret dari Kendra, Pih," timpal Mami Rosita keras kepala. "Lalu bagaimana caranya agar Mami bisa percaya sama omongan Papi?" "Mami pengen bukti nyata, Pih. Bukti yang menyatakan kalau anak kita yang bernama Kendra itu normal, dan tidak menyimpang seperti yang diberitakan di sosial media. Kalau ada bukti yang tidak terbantahkan, Mami pasti akan percaya kalau anak kita itu masih normal," tandas Mami Rosita. Krieut! Pintu kamar rawat inap ini terbuka dan terlihat sosok Kelvin di ambang pintu. "Saya punya bukti nyatanya, Tante," ucap pemuda itu lantang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD