Hancur sudah sudah mimpinya bisa bersatu lagi bersama Niel. Karna apa yang ia jaga selama ini Telah di rengut oleh Axel. Berkali kali ia menahan sakit di bagian tubuhnya yang mungil dan terlebih sakit hatinya ia merasa tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Dan dimalam itulah menjadi penyatuan antara dirinya dengan Axel yang kini telah merebut kesuciannya itu.
Aleta terbangun dan mengiangat kejadian semalam berharap semua itu hanyalah sebuah mimpi buruk. Ia melihat sebuah bercak merah di kasurnya yang ternyata itu bukanlah sebuah mimpi.
Aleta yang sedang mencuci piring kini teringat kembali secarik kertas yang di berikan oleh Niel.
"Aleta sayang maaf aku tidak bisa menemanimu, maafkan aku atas semua penderitaan ini. Tapi aku berjanji akan kembali untuk mu"
Kini Air mata Aleta yang sudah tak terbendung pun turun mulai membasahi pipinya. Aleta juga teringat dengan perbuatan Axel kepadanya semalam. merasa tak suci lagi ia merasa sakit di hatinya sepeti di tusuk oleh duri tajam. Seolah olah kehidupan ini tidak ada habis habisnya dengan penderitaannya selama ini.
Ditaman Alex sedang duduk santai mengingat semalam yang telah ia lakukan bersama Aleta begitu membuatnya nyaman. berbeda saat Ia melakukannya dengan Alena. entah apa yang ada dalam pikirannya itu kini ia merasa kehidupan Aleta begitu perih ingin membagi suka duka kepada gadis malang itu. ia pun pergi kedapur untuk sekedar meminum segelas air dingin.
sesampainya di dapur Daniel melihat Aleta yang sedang menangis. Entah kali ini hatinya merasakan sakit jauh di lubuk hatinya sekarang ia ingin menghapus air mata gadis mungkin yang kini telah membasahi pipinya.tapi tetahan oleh egonya yang begitu mendalam. ia pun juga bisa merasakan rasa sakit yang di derita oleh gadis itu yang sekarang menjadi seorang wanita.
"Maafkan aku Niel aku tidak bisa menjaga diriku"
Suara yang hampir tidak bisa terdengar itu tersamapikan oleh Axel. Ada rasa marah dan benci yang tidak bisa ia ungkapkan kepada Aleta sekarang sangat sulit untuk mengeluarkan rasa emosional nya. kini rasanya bercampur aduk, Seorang Niel yang Aleta cintai bukanlah dirinya. Menyeseli yang ia perbuat semalam kini ia ingin berubah sisi sikap buruknya kepada Aleta si gadis malang itu.
dimalam hari Axel sengaja memasak makan malam untuk pertama kalinya Ia memasak untuk dirinya dan wanita yang paling dia sayangi. kini ia menaiki anak tangga dan saat ia sampai di depan pintu Aleta, belum sempat ia mengetuk Aleta sudah keluar dari kamarnya dan membawa koper yang berisi pakaiannya itu.
"kau ingin kemana?"
"bukan urusan mu"
"kau tidak boleh pergi" ucapnya sambil memegang tangan Aleta dengan erat.
"lepaskan aku aku bukan orang yang bisa kau suruh suruh Seenakmu."
Tangan Aleta masih dipegang erat oleh Axel dan menariknya kemeja makan.
"makan sekarang" Axel yang mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Aleta.
Aleta benar benar terkejut dengan apa yang di lakukan Axel yang tidak biasa baginya, karna dari dulu Ia lah yang selalu mengambilkan makanan untuk seorang Axel tapi kini berbalik.
Awalnya Aleta Tidak ingin memakannya karna ia takut Axel akan menaruh racun dimanakannya atau mungkin obat obatan yang akan membuatnya tertidur.
"kenapa kau tidak memakannya?"
"aku tidak mau makan dan aku tidak lapar" sejujurnya ia ingin makan makanan Axel yang terlihat lezat itu. Tapi takut karna bisa jadi ini hanyalah permainannya Axel.
"Aku tisak menaruh apapun dimakanan mu itu jadi tenang saja" Bagaimana bisa Axel tau apa yang di pikirkan oleh ku.
"Tentu saja aku tau"
"tau apa?"
"makanlah aku akan mengajakmu kesesuatu tempat"
Aleta bingung dengan sikap Axel yang sekarang apa Axel sudah berubah? atau ini hanya perasaannya saja?
Aleta menaiki mobil Axel biasanya ia akan di paksa masuk oleh Axel tapi kali ini dirinya dilayani bagaikan bak seoarang putri.
Axel membawku ketempat taman yang indah di penuhi bintang bintang. "ini adalah tempatku ketika aku menyimpan kepedihan" aku merasakan kesediha Axel "jika kau merasakan sakit sekarang keluarkan lah." yang di pikiran Aleta adalah Axel yang selalu menyakitinya dan juga semua orang dan hanya Niel yang ada dalam hatinya.
"Apa kau penah mencintai seseorang?" dan untuk pertama kalinya ia mencurahkan hatinya kepada ku.
aku menganggukan kepala ku. "siapa?" aku tidak ingi menjawabnya karna aku takut Jika dia tau siapa orangnya dia akan memarahiku. "Apakah Niel?" mataku melotot terkejut dengan apa yang di katakan Axel. Dan lagi lagi aku tidak memberikan jawaban atau interakasi apapun. lalu ia melanjutkan pembicaraannya itu.
"kau tahu terkadang kita tidak bisa menahan rasa kita sendiri, apa lagi menahan rasa sakit itu."
"tapi seberapa besarpun rasa sakit yang kita hadapi sekarang, kita harus bisa menghadapinya dan tidak boleh ada rasa takut"
"iya aku tahu itu"
"jadi mulai sekarang tolong ceritakan rasa sakitmu apa pun yang kau rasakan" Axel memeggang bahuku lalu memelukku dengan lembut. Entah setan apa yang merasuki Axel dan dirinya kini terbawa arus dengan perlakuan Axel padanya.
Axel melepaskan pelukannya dan berkata "maaf" Aku hanya bisa diam seribu bahasa dengan ucapan Axel barusan. Entah sudah berapa kali hatiku merasa ada yang aneh dengan perlakuan Axel padaku hari ini.
lalu Axel dan aku pulang ke rumah. Axel masuk kedalam kamarnya dan aku juga masuk kedalam kamarku. merasa belum bisa tidur aku pergi keluar menuju balkon kamarku. Aku masih kepikiran dengan apa yang di katakan oleh Axel aku seperti tidak percaya tapi perkataannya barusan seperti bersungguh sungguh, apa benar dia sudah berubah atau hanya perasaanku saja?
Merasa pusing ia juga memikirkan Daniel yang sekarang tidak ada di sampingnya. Ia begitu merindukan Daniel entah bagaimana caranya agar hubungannya dengan Daniel tidak terputus. Lalu terpikir olehnya untuk mengirim surat kepada Daniel. dan setelah selesai menulis surat besok pagi ia akan memberikan surat itu kepada bodyguardnya itu.
Setelah selesai menulis surat segera ia tidur. Lalu ia bermimpi ada 3 orang anak kecil yang satu agak lebih besar dari mereka.
"kakak, Niel mau pegang sekopnya"
"iya Niel sayang ini sekopnya"
"kakak, kenapa di berikan kepada Niel? Leta juga mau"
"leta sayang kamu pegang ember saja ya biar Neil yang pegang sekopnya"
"ngga mau, leta mau pegang sekop juga"
lalu Neil kecil melempar sekop kecil itu kepada Aleta yang untungnya itu hanya sekop mainan.
"Niel aku kejar kau ya"
"Coba saja kalau bisa"
Aku mengikuti mereka hingga akhirnya Niel dan Aku akan tertabrak. Aku memejamkan mataku karna aku takut terjadi sesuatu kepada Niel.
"kakak"
"kakak tidak apa kan?"
"kakak bangun kak"
"jangan tinggalkan leta dan Niel"
"leta Niel apa yang terjadi" Tiba tiba ibuku datang memukuli ku dan Niel yang masih kecil.