"Terkadang, seseorang sibuk mencari cinta sejati. Padahal cinta sejati itu sendiri berada di dekatnya."
_Fll_
****
Senyuman lebar mereka kembali tampak ke permukaan kala Queen hadir di tengah-tengah mereka. Tingkah menggemaskan gadis itu membuat mereka semakin merasakan kebahagiaan. Sepuluh tahun mereka berpisah karena sebuah insiden. Sepuluh tahun pula lah mereka menahan rindu, meski sesekali mereka mengunjungi Queen di Prancis. Tetap saja, hal itu tak membuat rasa rindu mereka terbayarkan.
Kini, gadis itu tampak memeluk tubuh Alan manja dari samping. Disebelah kirinya terdapat Alam, kembaran Alan. "Queen laper."
Mereka tersenyum gemas mendengar nada manja dan wajah imut Queen. Alan hendak menawarkan diri memasakkan sesuatu, ia yakin masakannya akan membuat Queen-nya puas karena ia berprofesi sebagai seorang chef terkenal. Namun, sayang sekali. Ia kalah cepat dari Virly.
"Mau kakak masakin apa??"
"Nasgor aja, Kak Virly. Biar gak lama hehe."
"Ya udah deh. Kakak masak dulu."
"Gue ikut!!" seru Kilsha.
"Gue juga ikut dong, kak."
Ketiga gadis itu pergi ke dapur. Mereka memang sudah terbiasa menganggap rumah di antara mereka sebagai rumah sendiri. Mereka tidak akan sungkan-sungkan jika mau melakukan apa pun.
"Eh, kamu gak ikut masak juga gitu?" celetuk Aldy.
Gadis yang sedang dielus puncak kepalanya oleh Alan menoleh ke asal suara. "Queen kan gak bisa masak."
"Cewek kok gak bisa masak."
Queen cemberut mendengar ledekan Aldy. "Kak Alann. Aldy ledekin Queen." adunya tak suka.
"Kan emang gak bisa masak." ledek Aldy lagi.
Queen tampak semakin cemberut. Sementara yang lain tersenyum gemas.
"Jangan ganggu Queen." tegur Alam dingin ke Aldy yang semakin gencar menggoda Queen yang tampak memasang wajah menggemaskan.
Queen yang merasa dibela langsung menghambur memeluk Alam. "Queen sayang kakak deh. Hanya kakak yang ngerti perasaan Queen."
"Kakak juga sayang sama kamu, sweety." balas Alam lembut dan hangat.
Biasanya pria itu akan bersikap dingin ke siapa pun termasuk ke orangtuanya sendiri. Hanya Queen yang dapat mencairkan sikap dinginnya.
"Oh ya, kak? Kakak kan seorang ceo, gak ada masalah kan di perusahaan yang kakak pimpin?"
"Gak dong, sweety."
"Bagus deh. Kakak mau temenin Queen pas liburan gak??" Puppy eyes Queen dapat melelehkan siapa pun. Termasuk pria dingin itu.
"Kak Alam aja nih yang nemenin? Aku gakk??" protes Bintang.
"Aku??" Protes Raka yang sebagai abang merasa tak dianggap.
"Hehe. Kalau kalian gak sibuk sih ikut aja. Queen akan lebih senang kalau kita bisa pergi rame-rame."
"Yes. Nanti kakak akan beliin apa pun yang kamu minta." girang Raka.
"Emang kamu mau kemana, sayang?" tanya Alan.
"Ke mall, kak."
"Wih, seru tuh. Sekalian aja kita beli baju couple-an." kekeh Bintang.
"Baju couple-an? Oh no! Gue gak mau!" cetus Aldy.
"Kalau gak mau ya udah sih. Queen akan beli baju couple sama yang lain aja. Aldy mah gak usah." Gadis cantik itu meleletkan lidahnya ke arah pria yang menolak beli baju samaan itu.
"Nanti kita pergi. Aldy kita tinggal." celetuk Alan.
"Iya, kak. Aldy gak usah ikut! Biarkan dia menyediri di sudut kamar!" serobot Bintang.
"Ka--"
Ucapan Aldy terpotong oleh kedatangan Kilsha. "Nasi gorengnya dah jadi. Ke dapur yuk."
Queen yang lebih dulu bangkit, berlari ke dapur, meninggalkan mereka yang melongo kaget.
"Segitu laparnya dia?" decak Aldy heran.
"Haha. Iya kali." sahut Bintang geli.
"Kalian mau makan juga gak?" tanya Kilsha lagi.
Tiba-tiba, handphone Alam berbunyi. Semua perhatian teralih pada pria dingin itu. Melihat raut wajah gelap pria dingin itu kala melihat layar handphone, mereka mengalihkan pandangan dan pura-pura tidak melihatnya.
"Aku harus pergi. Sampaikan maafku pada Queen. Nanti malam aku akan ke sini lagi." pamitnya sebelum berlalu pergi. Alam ini, kalau berbicara suka formal. Maklum.
"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi padanya. Tidak biasanya dia pergi dengan raut wajah segelap itu." celetuk Alan seraya menegakkan punggungnya.
"Kakak kita yang satu itu suka serius dalam menghadapi sesuatu. Gue menjadi takut deh tiap kali lihat dia seperti itu." sahut Bintang tak nyambung.
Aldy tertawa meremehkan. Matanya menatap sahabat sejak kecilnya geli. "Halah! Sama kakak kandung sendiri kok takut."
"Heh! Mulut lo emang mudah bilang gitu! Lo sih gak ngerasain jadi gue. Meski kami kakak adik, dia tetap dingin ke gue. Tatapan matanya itu, beuhh tajam. Tubuh gue seperti dibolongi tiap kali dia menatap gue dengan tatapan seperti itu." Bintang bergidik ngeri sendiri mengingatnya.
Raka ikut menimpali. "Gue akui sih. Kak Alam tuh menyeramkan. Hanya ke Queen dia bersikap hangat dan lembut. Gue jadi penasaran, kenapa dia bisa selembut itu ke Queen? Ke kita-kita aja dia suka dingin meski pun sudah hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang."
Kilsha sudah berlalu pergi dengan raut wajah kesal kala para lelaki itu mengabaikannya.
"Queen kan menggemaskan. Mungkin dia suka yang imut-imut." sahut Alan.
Mereka tampak mengangguk. Queen memang menggemaskan dan imut.
Di ruang makan, para perempuan terlihat sedang menikmati nasi goreng sembari mengobrol.
"Gimana kehidupan kamu di Prancis, Queen?"
"Biasa aja, Kak Kilsha."
"Lebih menyenangkan di sini atau di Prancis?"
"Menurut Queen sih lebih menyenangkan di sini, Kak Vir. Di sini ada Kak Virly, Kak Kilsha, Monny, Bintang, Aldy, Kak Alan, Kak Alam, dan juga Bang Raka."
Queen tak tanggung-tanggung. Ia menyebut semua nama kakak-kakaknya. Hal itu membuat ketiga gadis di dekatnya tertawa geli.
"Oh ya, bagaimana dengan pacar?" Monny menyinggung masalah itu.
"Queen pernah pacaran dua kali. Pertama namanya Zio. Kedua namany Nico."
"Kenapa putus?" kepo mereka.
"Yang pertama kami putus karena tidak kuat ldr-an. Kedua putus karena dia hanya manfaatin Queen." Masih terlihat luka yang bersemayam di sorot matanya yang terlihat sendu.
"Ekhem. Apa jangan-jangan kamu menjadi nerd kayak Monny untuk mencari orang yang tulus?"
"Iya, Kak Vir."
"Kamu tidak usah menyamar jadi nerd juga, Queen. Karena apa? Di sekitar kamu sudah banyak orang yang menyayangimu. Di dekatmu juga ada seorang laki-laki yang mencintaimu dengan tulus dan apa adanya."
Perkataan Virly membuat Queen terdiam seribu bahasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bergentayangan di otaknya.
"Maksud kakak apa? Siapa yang mencintai Queen dengan tulus?"
-Tbc-