Part 5

789 Words
Kulangkahkan kakiku dan memasuki sebuah kamar mandi yang berada didalam kamar ini, lalu kututup pintunya tanpa menguncinya, karena aku sudah terbiasa mandi tanpa mengunci pintu kamar mandi. Lagipula dirumah ini hanya ada aku dan Jung Woo saja, dan ia sudah terbiasa melihat tubuhku jadi tidak masalah jika aku mandi tanpa mengunci pintu kamar mandinya. Kemudian aku berdiri tepat dibawah shower dan mulai menyalakan krannya sehingga air dari shower tersebut mulai membasahi tubuhku yang masih tertutupi oleh sebuah kaos berwarna putih. Ya, saat ini aku memang masih memakai sebuah kaos dan juga celana dalam berwarna hitam yang hanya menutupi bagian depanku saja, sehingga bokongku tidak tertutupi. Dan aku memang sengaja tidak melepaskan pakaianku terlebih dulu, dan hanya melepaskan rok mini yang kupakai saja, karena aku sedang malas dan ingin cepat-cepat bershower untuk menenangkan pikiranku. Bagi kebanyakan orang lebih suka berendam didalam bathup dengan aroma terapi atau lavender untuk menenangkan pikiran mereka. Namun tidak bagiku, karena aku lebih suka bershower untuk menenangkan pikiranku. Kurasakan dinginnya air dari shower yang membasahi kepala dan juga tubuhku, hingga membuatku kembali merasa segar. Namun tiba-tiba aku merasakan ada sebuah tangan yang meremas bokongku dengan kuat. Dengan cepat aku menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya aku saat melihat Jung Woo yang sudah berdiri tepat di belakangku. "Kenapa tidak mengajakku jika ingin bershower?" tanyanya sembari menaikkan satu alisnya dan terus meremas bokongku. "A-Aku tidak tahu jika kau ingin mandi juga" ucapku yang sedikit gugup dan mengalihkan pandanganku darinya. "Tidak mungkin jika kau tidak tahu Veera, apa kau sudah tidak ingin lagi mandi dan bershower bersama denganku?" tanyanya kembali sembari menarik tubuhku dan kurasakan tangannya yang mulai meraba-raba gundukkanku yang masih tertutupi oleh bra dan juga baju kaos yang kupakai. "Tidak Jung Woo, bukan seperti itu. Lagipula tadi aku mendadak ingin bershower, makanya aku tidak sempat mengatakannya dulu padamu" ucapku. "Baiklah, kalau begitu ayo kita bershower bersama, karena aku begitu merindukan tubuhmu" bisiknya yang kemudian menjilat daun telingaku sehingga membuatku bergidik geli. Kuanggukkan kepalaku tanpa menoleh kearahnya sedikit pun. Dan kini air dari shower juga membasahinya tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. Dibalikkan tubuhku olehnya sehingga kami saling berhadapan satu sama lain. "Kenapa tidak melepaskan bajumu dulu?" tanyanya sembari kembali meremas bokongku dengan kuat. "Aku sedang malas" ucapku sembari menatapnya. "Malas?" ia menatapku dan menaikkan satu alisnya. Aku hanya mengganggukkan kepalaku dan menatap matanya. Saat kutatap matanya aku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Tatapannya tidak seperti biasanya, kini tatapannya lebih dingin dan tajam. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dan kurasakan tangannya yang mulai menurunkan celana dalamku yang sudah basah. "Sebaiknya pakaiannya dilepas saja, nanti kau bisa masuk angin" ucapnya yang kembali menatapku. "Lepaskan saja" ucapku dengan datar dan terus menatap matanya. "Baiklah" ia menggangguk pelan dan hendak melepaskan kaos yang kupakai, segera aku mengangkat kedua tanganku untuk memudahkannya. Lalu dilepaskannya kaosku yang sudah basah dan diletakkan dipinggir bathup. Kemudian ia meraba-raba tali bra ku, dan setelah menemukannya ia segera melepaskannya dan membuka bra berwarna merah marun yang kupakai sehingga membuat kedua gundukkanku langsung menyembul keluar. Namun ia tidak menatapnya seperti biasanya, hanya tangannya saja yang mulai bermain disana dan sesekali meremasnya, sementara matanya terus menatap mataku dan membiarkan mata kami berdua yang saling bertemu satu sama lain. Kosong... Itulah yang kurasakan saat ini, tidak seperti biasanya aku selalu antusias saat ia menyentuh dan bermain disetiap inchi tubuhku. Terus diremasnya kedua gundukkanku secara bergantian, sementara matanya masih terus menatapku. Karena tidak ingin terlalu hanyut dalam perasaan yang mungkin mulai muncul, aku pun langsung mencium bibirnya dan melumatnya dengan kasar, lalu kulingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan kupejamkan kedua mataku. Bagaimana pun nanti, aku harus siap. Aku harus siap jika suatu saat nanti ia akan menemukan wanita yang ia cintai, dan nantinya wanita itu akan menjadi istrinya. Terus kupejamkan kedua mataku dan menahan air mataku agar tidak mengalir keluar, sementara bibirku terus melumat bibirnya. "Veera, kau tak boleh mencintai Jung Woo, tak boleh" batinku sembari menggigit pelan bibirnya sehingga membuatnya membuka sedikit mulutnya. Segera kumasukkan lidahku kedalam mulutnya dan menjelajahi rongga mulutnya, saat lidah kami bertemu kami pun saling melilit satu sama lain sehingga kuyakin sal*iva kami jadi bersatu. Tanpa kusadari kini tangannya Jung Woo sudah berada dibawah perutku. Segera kulepaskan ciuman kami dan menatapnya. Dan seakan mengerti dengan maksudku ia pun langsung melepaskan pakaian yang ia pakai sehingga membuatnya menjadi full naked. Kuperhatikan beberapa otot-otot diperutnya yang selalu menjadi bagian kesukaanku, lalu kuukirkan sebuah senyuman dan memeluk tubuhnya dengan erat. "Kenapa?" tanyanya yang mengusap kepalaku dengan lembut. "Tidak apa-apa, hanya dingin saja" dustaku sembari mengukirkan sebuah senyuman. "Kalau begitu kita mandi saja dulu, lalu bermainnya nanti saja" ucapnya yang terus mengusap kepalaku. Karena tak ingin berdebat dengannya, aku pun mengganggukkan kepalaku dan melepaskan pelukanku. Dan kami pun segera bershower bersama tanpa melanjutkan permainan kami yang tadi. To be continue. . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD