Diko juga mengaduh kesakitan karena tanganku yang tidak sengaja menampar d**a bidangnya. Untuk kali ini, aku tidak salah karena dia memanggulku layaknya karung beras. Karena perbuatannya itu, sampai sekarang aku masih pusing tujuh keliling. Masih teringat dengan jelas ekspresi wajahnya saat mengetahui kami bersekongkol untuk membohonginya. Padahal waktu itu bokongku sedang sakit, tapi melihat ekspresi kekesalannya membuatku langsung berlari menuju oma dan melakukan selebrasi kemenangan. Mungkin memang benar-benar sakit sampai membuatnya tidak mau untuk membawakanku koper yang aku bawa dari rumahku sebelumnya. Ia langsung masuk begitu saja dengan hentakan yang sangat keras saat melewati kami berdua. Aku sedikit merasa bersalah padanya. Sedikit. Karena itu, aku memutuskan untuk membua

