Malah baru terasa sekarang sedihnya. Kenapa aku menangis sepanjang perjalanan pulang, sedangkan di depan Diko aku tidak menangis?. Ingin rasanya menunjukkan pada Diko kalau aku terluka oleh semua perbuatannya, tapi aku tidak mau di pandang lemah. Aku perempuan yang berhak bahagia, sama seperti perempuan yang lainnya. Aku juga ingin hidup bahagia dengan pria pilihan hatiku, namun kini pria pilihan itu lah yang membunuh perasaanku terhadapnya. Ini tidak bisa aku ungkapkan hanya dengan sekedar kata. Tidak bisa, tidak akan ada yang mengerti dengan kondisi ini. Bahkan Bimo sekalipun meski dia perduli denganku. "Sudahlah, jangan menangis lagi. Mungkin ini lah keputusan yang tepat untukmu. Lagipula Diko bukanlah pria yang tepat menjadi kekasihmu, jadi jangan menagisinya lagi. Cukup bahagia deng

