Comeback

1043 Words
"Hahaha, ya tentu bukan," ucap Wang tertawa lepas saat ia berhasil menipu temannya itu. "Eh, ya ampun ternyata hanya sebuah prank," ucap Rio yang sebelumnya sempat terkejut. "Oh seperti itu?" ucap Lisa sinis. Akhirnya kedai es krim itu resmi dibuka dan terlihat beberapa orang masuk ke sana begitupun mereka bertiga. Namun, seorang yang sebelumnya keluar dari mobil Limosin itu mengingatkan Rio pada seseorang walaupun Rio sendiri lupa. Wang memesankan es krim untuk dua temannya tetapi, karena hari ini hari pertama pembukaan sehingga Wang hanya akan membayar untuk satu es krim saja. "Sedang promo, jadi kalian tidak usah membayar, aku sudah memesan porsi yang cukup besar untuk kalian," ucap Wang tersenyum. Mereka duduk di kursi yang tersedia di dalam kedai itu lalu pemilik kedai berjalan melewati mereka. "Tuan Zein, apakah tempat ini sudah sesuai dengan yang kau inginkan?" tanya salah seorang pengawal dari pemilik kedai itu. "Cukup bersih dan tertata rapi, aku suka," balas pemilik kedainya. "Apa tuan ingin memastikan kualitas produknya?" tanya pengawal lainnya. "Boleh, ayo kita ke dapur," ucap orang itu melanjutkan langkahnya. Bagaimana seorang raja yang di kawal oleh pengawal pribadi, pemilik kedai yang memiliki nama Zein itu terlihat begitu berkarisma. "Wah, dia sangat gagah dan penuh pesona," ucap Lisa yang fokus pada penampilan Zein. "Apa-apaan dia, kau masih bocah sudah tertarik dengan om om, ya?" ucap Rio tertawa. "Hahaha, selera Lisa ternyata om om," ucap Wang yang juga tertawa. "Diam kalian!" Lisa pun memukul kedua kepala lelaki yang ada di hadapannya itu. "Ya ampun s***s sekali, tapi sepertinya aku tidak asing dengan orang-orang itu, seperti pernah bertemu tetapi, di mana, ya?" ucap Rio sedikit mengingat seluruh kejadian yang pernah menimpa hidupnya. "Jangan bilang kau juga ingin menipu seperti orang ini barusan," ucap Lisa menunjukkan jari tangannya ke arah Wang. "Hei, sudah sudah, aku kan hanya bercanda saja, Lisa," ucap Wang tersenyum. Es krim yang mereka pesan pun telah datang dan mereka menikmati es krim itu sampai habis di sana. Hari itu mereka bertiga habiskan waktu bersama di kedai es krim baru tanpa memikirkan permasalahan yang ada di game. Seharusnya memang kehidupan semacam ini yang harus mereka jalani. "Terimakasih Wang atas semua yang kau berikan hari ini, ternyata real life jauh lebih menyenangkan dibandingkan menghabiskan waktu di dalam game," ucap Lisa. "Tidak usah berlebihan, lagipula kita kan memang hidup untuk menikmati kehidupan nyata, bukan hidup di dalam game," ucap Wang tersenyum. Dari segi apapun Wang memang bukanlah seorang yang terlalu fanatik terhadap game itu, bahkan berkali-kali dia juga menolak untuk menjadi proplayer walaupun saat ini karakter yang ia mainkan terbilang cukup hebat. Lisa berpamitan dan ia pun pulang, sedangkan Rio diminta untuk menginap di rumah Wang karena sudah cukup lama ia tak mengunjungi Wang. Di dalam kamar Wang yang cukup besar itu mereka berdua akhirnya saling berbincang. "Apakah menurutmu aku bisa sukses di dalam game ini?" tanya Rio pada Wang. "Kenapa kau bertanya seperti itu? apa kau ingin menjadi proplayer?" tanya Wang yang sedang berbaring sembari membaca komik. "Entahlah, tapi aku membutuhkan uang untuk ibuku, jika menjadi proplayer bisa membantu kehidupanku, maka akan aku lakukan itu," ucap Rio terlihat serius. Rio yang saat ini merebahkan dirinya di kasur besar milik Wang itu kemudian meminta pendapat Wang mengenai cara untuk menjadi proplayer. "Aku yakin kau bisa tetapi, untuk menjadi seorang proplayer setidaknya kau ada di peringkat lima besar rank arena di servermu," ucap Wang yang masih membaca komiknya. "Kau harus melampaui seluruh pemain dan jadi yang terbaik, kau juga di tuntut untuk bisa membuild karakter sesuai dengan permintaan tim," ucap Wang menambahkan. "Jika syaratnya seperti itu, rasanya aku akan berjuang lebih keras lagi, dengan apa yang aku miliki sekarang mungkin aku akan bisa melampaui mereka," ucap Rio bersemangat. "Sebenarnya pertarunganmu bukan hanya di awal saja, jika kau setengah-setengah maka perjuanganmu sia-sia, banyak player free to play seperti dirimu akan kalah oleh pemain pay to win, karena mereka akan mengandalkan uang mereka untuk menang," ucap Wang menambahkan. "Lalu? apakah aku akan bernasib seperti itu juga?" tanya Rio sekali lagi. Wang menaruh komiknya, dengan wajah serius ia berkata. "Kau mungkin akan berada di puncak ketika kau tidak menjual seluruh item penunjang yang bisa membawamu ke puncak," ucap Wang tersenyum melirik ke arah Rio. "Maksudnya, aku tidak boleh menjual item langka yang aku dapatkan?" tanya Rio penasaran. "Begitulah," balas Wang singkat. "Lebih baik kita tidur, kau sudah lama tidak tidur di kamar ini kan," ucap Wang mematikan lampunya. Di dalam sebuah game MMORPG, orang dengan uang lebih banyak maka akan lebih diuntungkan, itu karena sebagian besar item langka di dapatkan melalui top up. Seorang sultan akan melakukan apapun agar karakter nya terlihat berbeda dari orang lain, karena itu adalah suatu kebanggaan tersendiri. Sejak dulu pertarungan antara pemain yang hanya mengandalkan item yang ada di game dengan pemain yang mengandalkan item top up selalu saja terjadi, dan tak ada satu pun orang yang bisa mengalahkan pemain pay to win, orang yang rela mengeluarkan uang ratusan bahkan ribuan dollar hanya untuk berada di puncak klasemen. Hari hari berikutnya saat Rio kembali login ke dalam game, di sana ia bertemu Christina kembali dengan penampilan yang cukup berbeda, nampaknya kali ini ia melakukan top up untuk kostum baru yang tersedia di toko. "Wah set kostum ini lebih mewah dari yang aku punya sebelumnya," ucap Christina yang saat ini memakai kostum baru yang ia dapatkan. Rio yang tak sengaja melewati Christina lalu dipanggilnya. "Hei, apa kau tidak ingin menyapaku?" tanya Christina. "Eh? siapa kau?" tanya Rio terkejut. "Ya ampun, apa kau tidak bisa baca nama seseorang ya?" ucap Christina menunjukkan namanya di atas kepala. "Ya ampun, kau orang yang waktu itu? kemana saja? dan apa kau baru saja membeli kostum baru?" tanya Rio tersenyum. "Iya benar aku yang saat itu melakukan misi bersamamu, ada urusan di luar sana sehingga aku tidak bisa login beberapa hari, dan kostum baru ini aku dapatkan dari toko," ucap Christina cukup bahagia. Christina menarik Rio dan bermaksud ingin berbicara empat mata dengannya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Rio yang terkejut karena saat ini Christina menariknya. "Aku ingin berbicara padamu," ucap Christina. "Eh? membicarakan apa?" tanya Rio pipinya mulai memerah. "Apa kau tahu hutan yang bernama hutan kegelapan?" tanya Christina pada Rio. "Hutan kegelapan? sepertinya aku pernah dengar," ucap Rio sedikit berpikir. "Bagus," ucap Christina bahagia. "Kenapa?" tanya Rio. "Antar aku ke sana!" ucap Christina bersemangat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD