KMP DUA

971 Words
Lima belas february dimusim semi Bandar udara internasional Liberty Newark, salah satu Bandara tersibuk yang ada di Amerika. Lalu lalang setiap orang yang ingin bepergian atau baru datang ke negara besar itu. Sama halnya dengan Teresa Wayne, yang nekat datang ke negara orang untuk mencari ayah kandungnya yang tidak pernah ia temui. Jangankan ditemui, melihat bagaimana rupa ayah kandungnya pun tidak pernah.  Tapi sekarang semenjak menemukan dairy milik sang ibu, Teresa tahu bentuk rupa sang ayah meski hanya melalui foto saja. Bermodal nekat hanya dengan foto selembar kertas dua puluh enam yang lalu, tidak menyurutkan untuk Teresa bertemu sang ayah.  Teresa sendiri tidak yakin apakah dia akan menemukan ayahnya atau tidak. Mengingat sejak ia lahir tidak pernah melihat sang ayah, dan sampai detik ini pun Teresa tidak tahu keberadaan ayahnya. Berbekal foto dan alamat lama yang ditulis oleh ibu kandungnya, Niana tidak menghilangkan sedikitpun niat untuk mencari sang ayah.  Udara dingin negara itu membuat Teresa sedikit menggigil, terlebih dia hanya memakai jaket yang tidak terlalu tebal. Kini Teresa sedang berdiri menunggu bus yang akan membawanya ke flat sementara selama ada di Amerika.  Membawa pakaian seadanya, uang pas-pasan juga, tidak menghilangkan tekadnya. Mungkin nanti Teresa bisa melamar pekerjaan apapun disitu untuk menghidupi kebutuhannya selama ada di negara itu.  Teresa melirik tepat disampingnya, ada seorang pria cukup tinggi dan memiliki proporsi tubuh atletik meskipun tertutup jaket tebal. Teresa melihat pria itu dari atas sampai bawah. Entah kenapa air liurnya menetes melihat betapa sempurnanya pria yang ada di sampingnya meskipun Teresa tahu jika pria itu bukan lagi pria muda.  Pria yang ditatap se intens mungkin oleh Teresa menyadari jika dia sedang ditatap. Pria itu menoleh balik kearah Teresa. Teresa yang terpergok sedang menatap pria itu langsung mengalihkan pandangan ke lain arah. Akan sangat malu jika ketahuan sedang menatap pria itu dengan sedemikian intens nya.  Pria itu menatap aneh kearah Teresa tanpa mengatakan apapun. Teresa hanya diam dan lupa bernafas saat pria itu menatapnya balik. Jantungnya berdetak dengan cepat saat pria itu menatapnya.  Tidak lama, datang mobil mewah berhenti tepat di depan pria itu, dan pria itu pun masuk kedalam mobilnya meninggalkan Teresa yang masih tergugup karena diperhatikan. Jantung Teresa memompa dengan cepat tidak tahu kenapa.  "Hah.. Nafas.." Teresa segera mengingatkan dirinya sendiri untuk bernafas.  "Jantungku.." Teresa menyentuh dadanya yang masih berdetak dengan cepat meski pria itu sudah pergi.  "Setelah melihatnya, aku merasa Tuhan tidak adil." Gumamnya. Pria itu tampan meskipun diusianya yang tidak muda lagi. Ditambah mobil yang datang menjemputnya membuat Teresa yakin jika pria itu dari kalangan atas.  Bus pun tiba, Teresa masuk kedalam bus dengan cepat. Teresa duduk dibagian paling belakang sendirian karena yang lain duduk dibangku yang memang diperuntukan untuk lebih dari satu orang.  Bus pun berjalan, pandangan Teresa menatap langit-langit kota itu dengan decak kagum. Betapa indahnya salju yang turun dari langit. Ini memang pertama kali untuk Teresa bepergian ke luar negri, dan baru pertama kali naik pesawat terbang, lalu untuk pertama kalinya juga Teresa melihat langsung salju yang biasanya hanya dia lihat digambar saja.  Keinginan Teresa sangat aneh. Ingin mencicipi rasa salju, ingin membuat orang-orang salju seperti Olaf, dan ingin tiduran di atas salju. Sangat aneh memang, tapi Teresa sangat ingin mewujudkannya.  Bus berhenti dan ada penumpang lain. Tiga orang pria yang kini duduk disamping Teresa. Mereka berbicara bahasa Inggris yang Teresa sangat tahu. 'Shhtt.. Ada wanita Asia.' 'lihat wanita Asia itu, aku dengar d**a mereka masih asli.' 'aku ingin mencicipi nya.' seperti itu ucapan mereka.  Teresa geram dan juga takut bersamaan. Dia seorang diri dinegara asing dan Teresa harus mengingat nasihat neneknya yang harus menjaga kehormatan nya dari pria-pria macam yang duduk disampingnya.  Pria disampingnya mulai berani mencolek bahu Teresa. Tapi Teresa pura-pura tidak tahu.  "Hai ladies." Panggil salah satu pria tepat disampingnya. Teresa mulai risih dengan pria itu yang terus berbicara dan mencolek bahunya.  "Kau tidur?" Ucap pria itu karena Teresa menutup matanya. (Pria itu berbicara dalam berbahasa Inggris.)  Mau tidak mau Teresa membuka matanya karena risih. Tapi Teresa punya ide agar dia tidak berbicara dengan pria-pria itu.  "Ano?" Teresa memasang wajah bingung dan berbicara dengan bahasa Jepang.  'Wooaa.. Sepertinya dia dari Jepang.' bisik pria yang paling ujung.  "Apa kamu bisa bahasa Inggris?" Kata pria itu lagi yang berada tepat di sampingnya.  "Ano?" Teresa mengulangi ucapannya lagi. Teresa bisa berbicara bahasa Inggris, Mandarin, Indonesia dan juga Jepang, hanya saja dia terlalu malas untuk meladeni pria macam orang yang ada di sampingnya.  'Dia benar-benar tidak bisa berbicara bahasa kita.' salah satu pria yang ditengah nampak kegirangan. Teresa merasa takut mendengarnya.  Untung saja bus berhenti dan memang Teresa sudah sampai ditempat tujuannya. Dengan cepat Teresa berdiri dan dengan langkah lebar meninggalkan bus itu.  "Hai.. Mau kemana? Kita bersenang-senang seperti yang ada di film-film Jepang yang kami tonton." Kata pria itu frontal.  Teresa tidak mengindahkan mereka, dan turun dengan perasaan lega karena tidak terjadi sesuatu padanya.  "Dasar pria gatel." Kesal Teresa setelah bus itu pergi.  Kini Teresa sedang membuka ponselnya untuk mencari alamat flat yang sudah ia hubungi sebelumnya di Indonesia. Teresa juga sudah membayar uang muka untuk itu, dia hanya perlu menambahkan sisanya jika sudah sampai flat.  Teresa berjalan kaki menuju alamat yang tertera di ponselnya. Karena jarak halte bus dengan flat itu tidak terlalu jauh.  Setelah berjalan sepuluh menit dari bus, akhirnya dia pun sampai. Teresa memencet bel si pemilik flat itu. Badan Teresa sudah kedinginan karena pakaiannya sudah sedikit basah akibat salju yang turun.  Lima menit kemudian pintu terbuka menunjukan sosok wanita belum tua ataupun tidak muda. Belum Teresa berbicara, wanita itu sudah marah-marah.  "Apa lagi ini, kau wanita yang ketujuh mendatangi rumah ini. Sudah aku katakan, rumah ini tidak untuk disewakan. Jadi pergi dan jangan pernah kesini. Aku tidak mau bertanggung jawab atas apapun untuk itu." Setelah mengatakan itu, wanita itupun menutup pintunya dengan keras membuat Teresa terlonjak kaget.  Beberapa detik Teresa tidak mengatakan apapun, sampai saat dia menyadari jika dia sudah ditipu agen tidak jelas. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD