Episode 4 : Penyesalan Jemmy

1248 Words
“Talak aku!” Amel menatap Jemmy dengan tatapan yang dipenuhi kebencian. Matanya yang basah tak hentinya bergetar, menahan banyak kekecewaan. “Talak aku karena itulah yang kalian mau!” lanjutnya lirih tapi penuh penekanan. “Bila kalian menyamakanku dengan sampah yang harus kalian singkirkan, kalian salah besar. Karena apa yang kalian lakukan padaku, kalian melakukan segala cara hanya untuk menyingkirkanku bahkan dengan cara kotor, semua cara itu menegaskan bahwa kalian mahluk-mahluk sampah!” “Dan sebelum aku benar-benar pergi, aku hanya ingin mengatakan kepadamu, bahwa aku tidak pernah benar-benar mencintaimu.” Amel menggeleng sambil tersenyum keji. “Bagiku, hubungan kita sama sekali tidak berharga, apalagi dirimu. Karena seperti awal kita ada, semuanya hanya sandiwara. Itulah yang menjadi alasanku memilih ingin segera mengakhiri semua apalagi waktuku terlalu berharga untuk dihabiskan bersama orang jahat seperti kalian!” “Terakhir, jangan pernah menghalangi langkahku bila kamu memang manusia!” Teringat itu, Jemmy terpejam erat seiring air matanya yang luruh membasahi pipi. Tubuhnya gemetaran hebat hanya karena ia tak sanggup menerima kenyataan. Di tangan kanannya, ada test pack dan baru ia temukan dan itu tak sengaja karena jas yang ia ambil dari lemari, membuatnya menemukan benda berwarna putih yang tampak sangat baru. Jemmy yakin itu milik Amel, wanita yang kemarin sore meminta talak kepadanya. Wanita yang baru sekitar satu jam lalu meninggalkannya. Juga, wanita yang harus ia lepas karena ia tak sanggup memilih antara istri yang mulai ia cintai atau cinta lama yang kembali membuatnya merasa sangat nyaman. “Amel!” Air mata Jemmy makin tidak terkendali. Jemmy tidak bisa tanpa Amel apalagi kini, wanita yang belum sepenuhnya lepas dari tanggung jawabnya itu tengah mengandung anaknya. Jemmy tidak bisa melepas Amel, Jemmy menginginkan Amel dan rela melepas Tianka karena itulah yang harus ia lakukan andai ia ingin mempertahankan salah satu dari mereka. Tak mau membuang waktu, Jemmy langsung meraih ponselnya dari nakas sebelah tempat tidurnya. Ia segera memakai jas warna abu-abu yang baru diambil dan membuatnya menemukan test pack yang ia yakini milik Amel. Ia melakukannya sambil melangkah cepat sedangkan jemarinya sudah langsung menghubungi nomor ponsel Amel. Dan saking tidak sabarnya ingin merangkul Amel ke dalam pelukannya, Jemmy sampai setengah berlari menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai atas selaku lantai keberadaan kamarnya, dengan lantai bawah kebersamaan Tianka dan ibu Marta. Di ruang keluarga, di lantai bawah sana dan berada tepat di sisi anak tangga terakhir yang Jemmy lalui, tampak Tianka yang masih mengobrol asyik membahas undangan pernikahan. Di rumah megah kediaman Jemmy, Tianka memang sudah terbiasa melenggang dengan leluasa. Kenyataan yang baru Jemmy sadari, tak seharusnya itu terjadi karena saat itu sewaktu Tianka kembali, Jemmy sudah memiliki istri. Amel selalu ada untuk Jemmy dan bahkan Jemmy selalu menjanjikan cinta sekaligus kebahagiaan untuk istrinya itu. “Jem, sini! Kita pilih undangan pernikahan buat kamu dan Tianka!” seru ibu Marta. Di sebelahnya, Tianka menatap Jemmy maupun ibu Marta, dengan senyum yang sangat ceria. Membuat wajah imut wanita itu tampak sangat cantik bahkan berbinar. “Enggak, Mah. Enggak! Aku enggak bisa! Aku enggak bisa melanjutkan semua ini dengan Tianka karena aku enggak bisa tanpa Amel. Amel istri aku, dan Amel sedang hamil anak aku!” tegas Jemmy. Tianka apalagi ibu Marta sangat terkejut mendengar itu. Mereka tak hanya tidak percaya, melainkan sakit hati. Di tengah kesibukannya menggeleng karena tidak bisa menerima kenyataan, ibu Marta berkata, “Enggak mungkin, Amel enggak mungkin hamil karena dia mandul!” Jemmy yang awalnya nyaris kembali melanjutkan langkahnya sambil terus menunggu balasan teleponnya pada Amel, refleks menghentikan langkahnya. Ia menyodorkan test pack di tangan kirinya. “Amel enggak mandul, Mah. Amel hanya sulit memiliki anak, tapi sekarang, ... Amel hamil!” Ibu Marta tidak bisa berkata-kata. Ia bahkan membiarkan Jemmy pergi begitu saja hingga membuat Tianka yang sangat bergantung padanya kecewa. **** Sekitar satu jam kemudian, langkah sempoyongan mengantarkan Jemmy pada sebuah ruang rawat VIP, setelah sebelumnya, sambungan telepon yang ia lakukan pada nomor ponsel Amel justru dijawab oleh suara asing. Suara seorang wanita yang mengabarkan bahwa pemilik ponsel, tengah diopname. Amel, wanita yang kemarin sore meminta talak pada Jemmy, kini terbaring lemah dan harus diopname. Yang membuat Jemmy merasa sangat berdosa, dokter mengatakan bahwa Amel keguguran. Keguguran, suatu kenyataan yang sungguh sulit Jemmy terima. Jemmy telah lalai dan membunuh calon anaknya sendiri. Kesedihan yang teramat besar, mengungkung Jemmy dalam penyesalan yang tak berkesudahan. Jemmy bahkan tak kuasa menahan air matanya yang berjatuhan dengan deras. Ia yang telah berdiri di sisi wajah sang istri, sengaja membungkam mulutnya menggunakan kedua tangan demi meredam suara tangisnya. Untuk kali pertama, Jemmy merasa sangat hancur. Lebih hancur dari ketika dirinya gagal dalam percintaan. Seperti halnya ketika ia mengetahui bila seorang Keyra Miranti yang sudah ia incar untuk dijadikan istri, justru sudah menikah dengan Arden, sahabat baiknya. Perlahan, tubuh Jemmy merunduk dan nyaris ambruk. Ia terduduk di lantai sana yang terasa sangat dingin, sedingin kepedihan yang ia rasakan akibat janin mereka yang harus pergi lebih awal sebelum ia menyambutnya dan mengatakan bahwa ia sangat menyayanginya. Tangan kirinya berpegangan pada ranjang rawat Amel, sementara tangan kanan masih bertahan membekap mulut, menyembunyikan tangis yang sudah sampai disertai sesenggukkan. Sekitar setengah jam kemudian, setelah Jemmy mampu meredam tangisnya, akhirnya Amel siuman. Jemmy yang sengaja duduk di sofa kecil yang ada di sebelah wajah Amel, kedua tangannya menggenggam kedua tangan Amel yang saling bertumpu di atas d**a, langsung merengkuh sekaligus memeluk Amel penuh cinta. “Lepaskan aku!” tegas Amel dengan suara yang benar-benar lirih. Jemmy yang kembali menangis, langsung menggeleng. “Aku benar-benar minta maaf!” “Aku tidak bisa memaafkan kamu.” “Aku mohon, Mel!” “Pergi!” “Aku tidak bisa, dan aku tidak akan pernah bisa melepaskanmu!” “Aku membencimu, ... aku sangat membencimu, Jem!” Nada suara Amel terdengar sangat dingin, sedingin ekspresi wajahnya ketika Jemmy mengakhiri dekapannya tanpa benar-benar melepaskan Amel dari kedua tangannya. “Kamu enggak pernah bilang kalau kamu hamil!” lirih Jemmy penuh penekanan. Plakkk .... Tamparan panas tangan kanan Amel mendarat di pipi kiri Jemmy. “Setelah apa yang terjadi, kamu masih berani mengeluh?! Aku istrimu, aku tanggung jawabmu! Namun apa yang kamu lakukan? Kamu menjadikanku sebagai pilihan sekaligus cadangan untuk mencari kesenangan dan kepuasan!” d**a Amel bergemuruh menahan amarah yang nyaris membuatnya meledak. “Aku menjaga diriku dari laki-laki lain hanya untuk kamu, tapi apa balasan kamu? Bahkan kamu tahu mamah kamu lebih jahat dari malaikat maut! Namun kamu dengan teganya bersama Tianka! Otak kamu di mana? Hatimu ke mana?” “Jangan hanya karena aku diam, aku bisa menerima itu!” Amel menggeleng tak habis pikir. “Di luar sana masih banyak laki-laki yang berkali lipat lebih baik dari kamu dan pastinya punya otak dan hati!” “Sementara kamu, kamu adalah potret laki-laki gagal. Suami murahan yang tega melukai dan m*****i rumah tangganya. Seorang Papah yang tega membunuh anaknya sendiri!” “Laki-laki gagal, suami murahan, pembunuh! Itu sebutan yang cocok untuk kamu!” “Sedangkan Tianka, wanita berpendidikan dari keluarga terpandang menantu idaman mamah kamu itu gundik kelas kakap! Karena hanya w************n yang dengan beraninya menggoda laki-laki bersuami. Kalian cocok. Kalian sungguh pasangan yang serasi! Kalian pasangan MENJIJIKKAN!” Di tengah air matanya yang sibuk berlinang, Amel berangsur meringkuk memunggungi Jemmy. Ia sengaja menarik selimutnya, menutup rapat tubuhnya. Amel terisak pilu tanpa bisa mengungkapkan keadaanya saat ini. Di belakang Amel, Jemmy terpejam pasrah tanpa beranjak dari sana. Menyesal, satu-satunya hal yang kini tersisa selain Jemmy yang telanjur menjadi manusia paling berdosa. Laki-laki gagal, suami murahan, pembunuh! batin Jemmy terisak dan mengulum bibirnya demi menyamarkan suara tangisnya. Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD