Setelah menyelesaikan urusannya di dalam kamar kecil, Hana merapikan riasan di wajah nya. Merasa semua sudah siap. ia kembali melangkah keluar dari toilet dan menuju ruangan tempat acaranya sedang berlangsung.
Di dalam ruangan, Kendrik mengangkat tangannya, meminta Hanna agar mendekat ketika melihat sekretaris pribadinya itu sudah berdiri di pintu masuk ruangan. Dan Hana pun melangkah mendekat, kemudian duduk di kursi tepat disamping laki-laki itu.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan mengantarkan minuman ke meja tempat Hana dan Kendrik berada. Seperti biasa, Hana tidak lupa mengucapkan terterimakasih sebelum pelayan tersebut meninggalkan meja.
Tidak lama kemudian, seorang pemandu acara sudah terlihat berdiri di atas panggung, dan kembali melanjutkan acara ketika semua para tamu undangan sudah duduk di kursi masing-masing.
Sang pemilik acara pun naik ke atas panggung. Laki-laki yang terlihat mulai renta itu, mengumumkan pada para kolega bisnisnya, bahwa sudah waktunya ia menikmati masa tua bersama istri tercinta. Tidak lupa juga, ia mengenalkan sang putra yang akan melanjutkan kepemimpinannya di perusahaan.
Dan laki-laki yang baru beberapa saat yang lalu membuat jantung Hanna berdetak tidak karuaan, naik ke atas panggung. Laki - laki yang membeli tubuhnya beberapa tahun yang lalu dan sudah mengahbiskan malam panas bersamanya, adalah seorang pewaris dari Sanjaya Corporation. Laki-laki yang baru malam ini ia ketahui bernama Aroon itu, memulai pidatonya sebgai pimpinan baru di perusahaan.
Setelah sambutan dari putra mahkota selesai, terlihat banyak laki- laki paruh baya seumuran Sanjaya membawa putri mereka dan mengenalkan pada pangeran yang entah kenapa terlihat begitu menyedihkan malam ini.
Selain cantik dan pintar dalam akademik, Hanna juga dikaruniai kelebihan dalam segala hal, termasuk membaca garis wajah orang lain. Apakah memang benar - benar menyukai keadaan atau tidak. Dan itu sangat jelas terlihat di wajah sang pangeran malam ini, bahwa sedang tidak menikmati keadaan.
"Hallo, Pak Kendrik. Kita bertemu lagi." Sapa Aroon saat tubuhnya sudah berada tepat di samping meja tempat Hana dan Kendrik berada.
Laki - laki yang sangat ingin Hana hindari itu, datang dan menyapa Kendrik, membuat jantung gadis itu kembali bekerja dua kali lipat. beruntung di dalam ruangan itu begitu ramai, jika tidak, mungkin saja suara pacu dari jantungnya terdengar hingga ke telinga Kendrik.
"Oh, hallo Aroon. Lama tidak bertemu. Kemana aja setelah kuliah?" Tanya Kendrik.
"O University." Jawab Aroon, menyebut salah satu Universitas terkenal di Inggris."Boleh duduk disini?" Tanyanya.
"Of course. Silahkan! Pesta ini mikik mu. Kamu bebas duduk dimana saja." Jawab Kendrik.
"Siapa ?" Tanya Arron lagi setelah mendaratkan tubuhnya di atas kursi di depan Hana.
"Oh, ini adikku, Hanna." Jawab Kendrik.
"Hai, Hanna." Aroon mengulurkan tangannya, dan Hana pun menyambut nya. "Senang bertemu denganmu, lagi, Hana." Sambung Aroon, membuat mata Hana melotot.
"Sudah pernah bertemu dengannya? Hana kamu mengenalnya?" Tanya Kendrik beruntun. Laki-laki itu sudah menatap sekretaris pribadinya dengan penuh selidiki.
Hana diam, ia tidak tahu harus menjawab apa pada Kendrik.
"Hana!" Suara Kendrik kembali terdengar, namun, kali ini tidak lagi sehalus tadi.
" Ayolah, Ken, posesif banget sih sama adik sendiri. Tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya nyasar di koridor mencari toilet." Jawab Aroon, yang sialnya semakin membuat jantungn Hana berpacu, terlebih ketika mata keduanya tidak sengaja bertemu.
Mendengar jawaban dari Aroon sedikit membuat Hana lega. Sungguh ia sangat takut jika Kendrik dan Nania akan mengetahui semua yang dia lakukan lima tahun yang lalu.
"Kok aku baru tahu kalau kamu punya adik, Ken? selama ini aku tidak pernah bertemu dengannya? Di pesta pernikahanmu dan Rosa juga aku tidak melihatnya?" Tanya Aroon, membuat Hanna mendelik kesal. Ia baru tahu jika laki-laki yang menidurinya lima tahun yang lalu ini, memiliki tingkat kekepoan seperti ibu-ibu yang berada satu gedung apartemen dengannya.
"Sialan." Batin Hana, sambil terus menatap tajam Arron, namun, justru membuat laki-laki itu tersenyum menyeringai.
"Dia melanjutkan kuliahnya di Madrid." Jawab Kendrik singkat. Terlihat laki-laki itu mulai tidak ingin membahas tentang Hana dengan laki-laki lain.
Hana mengerti, kehidupannya sangat menyedihkan dan tidak ada cerita yang menarik dalam perjalanan hidupnya.
"Oh ya? Kuliah dimana, Hana? " Tanya Aron, masih dengan senyum menyebalkan miliknya.
"IED." Jawab Hana singkat. Jika Kendrik mulai memperlihatkan aura tidak bersahabat seperti hari ini, itu berarti laki-laki itu tidak ingin orang lain mengusik hidup Hana, dan gadis itu pun tidak ingin memberikan akses pada siapapun unutk melakukannya.
"Dia sekretaris pribadiku!" Ujar Kendrik menimpali.
"Wow, perpaduan yang sangat sempurna." Ucap Aroon, seakan tidak takut dengan tatapan tajam dari Kendrik yang sedang tertuju padanya.
"Jangan mengganggunya, Aroon. Kamu akan berhadapan dengan ku!" Tegas Kendrik, kali ini dengan nada serius yang mengintimidasi.
Hana tidak lagi terkejut, karena ia sering melihat laki-laki yang sudah seperti seperti seorang kakak baginya ini bersikap seperti ini. Bahkan Kendrik tidak segan membatalkan kerja sama dengan rekan bisnisnya jika bersikap tidak sopan terhadap Hana.
"Oh ayolah, Ken. Aku ingin mengenal adikmu lebih dekat, tidak masalahkan?" Aroon masih terus melancarkan aksinya, tidak peduli dengan tatapan tajam Kendrik yang terus tertuju padanya.
"Jangan main-main denganku, Aroon. Kamu tahu keluarga ku sama kedudukannya dengan keluargamu bahkan mungkin keluargamu masih berada di bawah. Jika ayahku tidak menginginkan sesuatu, kamu tahu bukan ayahmu akan bersikap seperti apa? Apalagi ini menyangkut tentang Hana. Aku tidak ingin adikku menghabiskan sisa hidupnya dengan orang-orang seperti kita." Jawab Kendrik tegas dan jelas, membuat semakin tertunduk dalam sambil meremas jemarinya di atas paha yang bernalut gaun mahal.
"Tentu saja, Ken." Jawab Aroon mencoba mengalah, membuat Hana mengangkat kepala nya. Ia melihat Aroon mengepalkan tangan di atas meja sampai tulang jarinya memutih. "Dan terimakasih sudah bersediah hadir di acara keluarga ku. Aku permisi. Nikmati pestanya, Hana. Maaf membuatmu sedikit tidak nyaman." Sambung laki-laki itu, kemudian beranjak dari tempat duduk dan berlalu meninggalkan meja tempat Kendrik dan Hana berada.
"Hana, maafkan aku." Ucap Kendrik tulus, setelah Aroon berlalu dari sana.
"No, Ken. Terimakasih, lagi - lagi kamu melindungiku di tempat seperti ini." Jawab Hana sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian, Kendrik mengajak Hana menikmati makanan yang sudah tersedia di pesta itu. Setelah selesai acara, laki-laki itu mengajak Hana berpamitan dan segera berlalu meninggalkan hotel tempat acara tersebut berlangsung.
Hana masih mengikuti langkah kaki Kendrik dari belakang tanpa suara. Gadis itu sudah terbiasa patuh pada apapun yang di pinta oleh laki-laki yang kini sedang melangkah di depannya ini.