Chapter 01 : Kebangkitan Imoogi

1110 Words
Tahun 1753, kabar kematian Yi Tan telah membuat istana Gyeongbok berduka. Setelah menyerahkan takhtanya kepada putranya dua puluh tahun yang lalu, pada akhirnya Yi Tan yang dikenal dengan nama kecil Yi Tae Hyung itu menghembuskan napas terakhirnya di usia delapan puluh tahun. Namun di antara ribuan tangis yang terdengar, kala itu seulas senyum justru terukir di wajah Kang Yeon Joon. Setelah berhasil menjebak Imoogi ke dalam pertarungan mematikan dengan Gumiho, siluman rubah itu masih hidup dengan damai hingga saat ini. Dan setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama bagi manusia, pada akhirnya hari itu Yeon Joon mendapatkan kabar yang telah dia nantikan. Pria itu bergumam, "kau benar-benar memiliki hidup yang panjang sebagai seorang manusia, Yi Tae Hyung. Pergilah dengan tenang, Raja yang agung dari Joseon." Sudut bibir Yeon Joon tersungging. Dia kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan pergi, tak lagi tertarik memandang istana Gyeongbok yang tengah berkabung. Seakan alam juga turut berkabung atas kepergian mendiang Raja, kala itu hutan yang biasa didatangi oleh Yeon Joon tiba-tiba berkabut. Tak ada cahaya matahari yang bisa menembus kabut itu ketika sang surya sendiri tengah tertutup oleh awan hitam. Yeon Joon membawa langkah tenangnya menelusuri hutan tanpa ada kekhawatiran bahwa ia akan tersesat ataupun menabrak sesuatu. Setelah berjalan cukup jauh, Yeon Joon menghentikan langkahnya. Kabut di sekitarnya memudar seakan tengah ingin membuka jalan untuknya. Dan dalam jarak dua meter dari tempatnya berdiri saat ini, terdapat sebuah sumur tua yang telah tertutupi oleh rumput liar yang menjalar. Yeon Joon kembali mengambil langkah dan berhenti di hadapan sumur tua yang tertutup tersebut. Sudut bibir Yeon Joon tersungging. Dia berkata, "kau memilih tempat yang buruk sebagai makammu, Imoogi." Di tengah kabut yang menyembunyikan sosoknya, Yeon Joon menyingkirkan rumput liar yang menutupi mulut sumur. Dan setelah berhasil menjangkau penutup sumur yang terbuat dari kayu, Yeon Joon menyingkirkan penutup sumur tersebut. Membuat udara segar berhasil menjangkau kegelapan di dalam sumur itu. Yeon Joon kemudian menumpukan kedua tangannya pada tepi sumur dan melonggokkan kepalanya ke bawah. Melihat kedalaman sumur yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya karena terlalu gelap. Yeon Joon kembali berbicara. "Di sini rupanya." Yeon Joon kemudian menegur dengan suara yang terdengar sedikit malas. "Hey, Imoogi ... kau sedang tidur? Atau kau sudah mati? Imoogi ... kau benar-benar sudah mati?" Yeon Joon sejenak terdiam dengan wajah yang tampak serius seakan tengah menantikan jawaban dari sosok yang bersembunyi di dalam sumur. Setelah tak ada jawaban, Yeon Joon berbicara dengan pelan. "Dia benar-benar sudah mati? Semudah itu?" Sempat mengalihkan pandangannya, perhatian Yeon Joon kembali mengarah pada sumur ketika baru saja terdengar suara hewan menggeram di dalam kegelapan itu. Sudut bibir Yeon Joon kemudian tersungging. "Kau masih hidup rupanya. Sayang sekali ... kau pasti sangat menderita di bawah sana." Yeon Joon tertawa dengan suara yang pelan seakan tengah mengejek sosok yang terjebak di dalam sumur. Dan dia kembali berbicara setelah tawa pelan itu menyisakan segaris senyum di wajahnya. "Kau ingin aku membantumu keluar dari tempat ini, Imoogi?" Suara menyeramkan seperti suara hewan buas itu kembali terdengar. Yeon Joon kemudian duduk di tepi sumur, membelakangi mulut sumur. Dia kembali berbicara. "Kau bahkan belum lama berada di sini, Imoogi kami yang malang." Yeon Joon kembali terkekeh pelan seakan tak bisa jika dia berbicara tanpa mengejek sosok di bawah sana. "Dengarkan baik-baik, Imoogi ... dia sudah mati." Yeon Joon memandang ke dalam sumur. "Kau dengar? Yi Tae Hyung sudah mati ... tapi sepertinya dia akan kembali." Yeon Joon kembali memandang lurus ke depan. Dengan seulas senyum miring yang sempat menghiasi wajahnya dia berkata, "Yi Tae Hyung mati dengan membawa sesuatu yang berharga, dia pasti akan terlahir kembali." Yeon Joon kemudian berbicara dengan suara yang lebih keras. "Kau ingin membuat kesepakatan denganku? Katakan saja bahwa aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini. Namun, sebagai gantinya kau harus membawakan Cintamani itu padaku. Bagaimana, Imoogi? Menurutmu itu adil? Hari ini dia memang mati, tapi di kehidupan yang akan datang, dia akan kembali ... pasti, dia akan kembali." Yeon Joon sekilas memandang ke dalam sumur. "Begitupun dengan Cintamani yang dia bawa mati." Yeon Joon menjatuhkan pandangan dan tiba-tiba tersenyum. "Bagaimana sekarang? Tidak akan ada yang bisa mengeluarkanmu dari tempat ini kecuali aku. Shin Chang Kyun, Yi Tae Hyung ... kau bisa membalaskan dendammu pada mereka dan aku mendapatkan Cintamani itu ... tidakkah kau berpikir bahwa ini adalah kesepakatan yang adil, Imoogi?" Suara menyeramkan itu kembali terdengar dan kali ini lebih panjang. Sudut bibir Yeon Joon terangkat seakan sudah mendapatkan jawaban yang ia inginkan. "Kau mengambil keputusan dengan bijaksana." Yeon Joon beranjak berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu. Membiarkan sumur itu tetap terbuka. Namun ketika tak ada lagi siapapun di sana, rumput yang menjalar itu tiba-tiba bergerak. Menarik penutup kayu yang kemudian kembali menutup sumur itu seakan tak mengizinkan sosok yang terkurung di bawah sana melihat langit yang membentang di atas sana. Kabut tebal itu terus memudar sebelum menghilang. Udara berganti, musim berganti, masa yang terus terlewati. Tahun 1754 di bulan januari. Ketika bulan purnama datang, seorang bayi laki-laki terlahir. Tangisan pertama terdengar, dekapan pertama dari sang ibu ia rasakan, terasa hangat dan aman. Saat tengah malam, ketika semua orang telah terlelap. Kang Yeon Joon menyusup ke salah satu rumah, menemukan bayi laki-laki yang baru lahir hari itu. Dengan tangan dinginnya yang telah terkotori oleh darah sepanjang hidupnya, Yeon Joon mengambil bayi suci itu dan menghilang dalam kegelapan. Si ibu dari bayi laki-laki terbangun akibat mimpi buruk. Namun sayang sekali karena mimpi buruk itu telah menjadi nyata ketika ia membuka mata dan tak lagi menemukan keberadaan bayi laki-lakinya. "Bayiku hilang! Siapa yang mengambil bayiku? Kembalikan bayiku ..." Teriakan dari seorang ibu yang kehilangan membangunkan si bayi laki-laki yang tertidur dengan lelap dalam gendongan Yeon Joon. Namun sayangnya tak ada yang bisa mendengar suara tangisan bayi itu ketika Yeon Joon tengah berjalan cukup jauh memasuki hutan. Kembali ke sumur tempat Imoogi tersegel. Tahun itu Yeon Joon membawakan persembahan pertamanya, tumbal untuk kebangkitan Imoogi. Namun hanya bayi laki-laki yang lahir saat bulan purnama tiba lah yang bisa dijadikan tumbal untuk kebangkitan Imoogi. Dan di awal tahun itu, Yeon Joon membawakan tumbal pertamanya. Seakan hatinya tak tersentuh oleh suara tangisan bayi di dalam gendongannya, Yeon Joon melemparkan bayi itu ke dalam sumur. Dan hanya berselang beberapa detik hingga suara tangisan bayi itu tak lagi terdengar. Dengan wajah yang tampak dingin dan angkuh Yeon Joon berkata, "ini yang pertama. Kau harus mengingatnya baik-baik ... tepat setelah seribu jiwa datang padamu, itulah hari kebangkitanmu ... Imoogi ..." Jiwa pertama telah mendatangi tempat persembunyian Imoogi, dan jiwa ke dua harus menunggu lagi. Seribu jiwa yang telah dijanjikan oleh Kang Yeon Joon sebagai kebangkitan Imoogi. Seribu bayi laki-laki yang lahir saat bulan purnama. Semua dimulai pada musim dingin bulan januari tahun itu. ~ ECLIPSE : IMOOGI'S REVENGE ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD