Chapter 32

2169 Words
   Bukit Terlarang, Distrik 9. Satu tahun setelah Kihyeon kembali, Distrik 9 benar-benar telah dinobatkan sebagai distrik yang membelot terhadap Pemerintahan dan menolak semua kebijakan yang telah diberikan oleh Pemerintah. Di bawah pimpinan Hwang Sejin, hingga kini Distrik 9 belum tersentuh oleh kelompok militer yang menguasai satu persatu distrik. Dan hingga kini sudah tercatat tiga distrik yang sudah berada di bawah kendali militer, yaitu Distrik 1, 2 dan juga 7. Di mana ketiga distrik tersebut pernah dinobatkan sebagai distrik terkaya yang kini menjadi Camp Militer dengan segala kegiatan aneh mereka. Sepertinya yang dikatakan oleh Mim Hyeok ketika berpapasan sebelumnya. Keenam rekan Kihyeon menunggu pemuda itu kembali. "Semalam kau pulang jam berapa?" Hoseok melontarkan pertanyaan yang langsung menarik perhatian semua orang. Joo Heon menjadi orang yang pertama menyahuti, "Kakak ke dua bertanya pada siapa?" "Chang Kyun." Pemuda yang terlihat sedikit pendiam itupun kemudian menjawab, "aku tidak pergi ke mana-mana." "Aku pikir kau pergi dengan Kihyeon." Hyeon Woo menyahut. "Kak Hwang tidak pulang sejak semalam." Pernyataan kecil yang membuat sedikit keterkejutan pagi itu, namun tidak dengan Min Hyeok yang sebelumnya bertemu dengan Kihyeon. "Tadi aku berpapasan dengannya, dia mengatakan ingin membelikan obat untuk ibu Seo Hye di Distrik 8," Min Hyeok menimpali. Joo Heon sekilas memiringkan kepalanya, tampak tengah mempertimbangkan sesuatu. "Ini yang tidak aku suka dari orang satu itu." ceketuknya. Hoseok menyahut, "apa maksudmu?" "Dia selalu bersikap misterius, datang tiba-tiba, menghilang tiba-tiba. Yang lebih anehnya lagi, kenapa dia melarang kita untuk pergi ke Distrik 7? Bukankah itu sangat aneh?" Min Hyeok langsung menyahut, "eih ... Kau ini! Berhenti menjadi provokator ... Kihyeon melarang kita, karena Distrik 7 sudah dikuasai oleh militer sepenuhnya. Sangat berbahaya jika kita pergi ke sana." "Tapi ... aku tidak yakin jika Kak Hwang tidak pernah pergi ke sana." "Jika penasaran, kenapa kau tidak mengikutinya saja?" Hyeon Woo menyahut dengan kekehan ringannya yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Joo Heon. "Jika aku ikut, yang ada dia malah akan menendang bokongku." Pernyataan kecil yang membuat beberapa orang tertawa, kecuali Hyung Won yang tak berubah sedikitpun. Masih menjadi orang yang jarang berbicara jika tidak ada sesuatu yang penting. Hyeon Woo menghela napas dan berucap, "pada akhirnya apa yang dikatakan oleh Kihyeon satu tahun yang lalu benar-benar terjadi." Hoseok menyahut, "maksudmu tentang semua distrik yang akan dikuasai oleh militer?" Hyeon Woo bergumam sebagai pembenaran. Joo Heon berucap penuh pertimbangan, "tapi bukankah Kak Hwang mengatakan bahwa kemungkinan itu akan terjadi sekitar lima tahun lagi? Sekarang masih satu tahun sejak Kak Hwang mengatakan hal itu." Min Hyeok menyahut, "dalam waktu satu tahun, tiga distrik sudah benar-benar dikuasai oleh militer. Pikirkanlah baik-baik sebelum berbicara." Joo Heon menatap tanpa minat. "Dia datang," cetus Hyung Won dan menghentikan pembicaraan dari rekan-rekannya. Semua orang mengarahkan pandangan mereka ke jalan setapak menuju puncak Bukit Terlarang, dan di sanalah mereka menemukan sosok Kihyeon melangkahkan kakinya ke arah mereka. Tepat setelah Kihyeon kembali ke Distrik 9, Kihyeon terlebih dulu pergi ke rumah Seo Hye. Namun alih-alih mampir ke rumahnya, dia lebih memilih untuk segera menemui rekan-rekannya di Bukit Terlarang. Tak butuh waktu lama hingga Kihyeon menapakkan kakinya di puncak Bukit Terlarang dan segera mendapatkan sambutan kecil dari rekan-rekannya. Saling berjabat tangan, membenturkan bahu dan saling mempertemukan kepalan tangan adalah ritual wajib bagi mereka di saat mereka berkumpul. Dan setelah reuni singkat itu berakhir, Kihyeon duduk di samping Chang Kyun yang saat itu duduk di atas batu yang tidak terlalu besar, sedangkan ia sendiri lebih memilih duduk di tanah. "Kak Hwang dari mana saja?" pertanyaan itu dilontarkan oleh Joo Heon. "Distrik 8." Hoseok ikut menyahut, "aku dengar kau tidak pulang semalam." Kihyekn sejenak terdiam, tampak mempertimbangkan jawaban yang akan ia berikan. "Aku memiliki sedikit urusan," ucapnya kemudian dengan senyum lebar yang menghiasi kedua sudut bibirnya. Hyun Woo lantas berucap, "ada berita besar dari Seoul." "Berita apa?" "Percobaan pembunuhan Presiden." "Siapa pelakunya?" Min Hyeok menyahut. "Moon Segwang." "Siapa orang itu?" timpal Joo Heon. "Yang aku dengar, dia adalah orang Korea Utara." "Wah ... itu pasti menjadi berita besar," ucap Joo Heon. Kihyeon menyahut dengan acuh, "siapapun dia, itu tidak akan berpengaruh pada kita. Semua akan tetap sama saja meski Korea Selatan berganti Presiden sebanyak apapun." "Eih ... Kak Hwang ini, kenapa selalu berpikiran negatif?" protes Joo Heon yang terabaikan begitu saja ketika topik berganti oleh suara Min Hyeok. "Apa rencana untuk besok?" "Sudah waktunya untuk memantau setiap distrik," Kihyeon kembali menyahut, berlaku sebagai Ketua yang memberikan arahan kepada rekan-rekannya. Seperti biasa, mereka mengambil beberapa hari dari masa libur mereka untuk memantau setiap distrik. Hal itu mereka lakukan untuk mengetahui aktivitas militer di setiap distrik. Kihyeon lantas mulai membagi kelompok, "Joo Heon dan Hyung Won, besok pergilah ke Distrik 5. Kak Kang, Kak Son dan juga Chang Kyun, pergilah ke Distrik 4 ... aku dan Min Hyeok akan pergi ke Distrik 1." "Kenapa hanya tiga Distrik?" Joo Heon kembali menyerukan protes. "Itu sudah menjadi ketentuan, pastikan kalian tidak berurusan dengan orang Pemerintahan," sahut Kihyeon. "Jadi, pertemuan hari ini sudah selesai?" Min Hyeok menyahut. "Jika masih ada yang ingin dibicarakan, aku akan tetap di sini ... ada yang masih ingin bicara?" timpal Kihyeon. Semua orang saling bertukar pandang dan tak ada yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka ingin melanjutkan pembicaraan. Pada akhirnya satu persatu dari mereka pun turun bukit dan kembali pada aktivitas mereka masing-masing. Meninggalkan Kihyeon yang tetap tinggal bersama dengan Chang Kyun. Suasana mendadak menjadi hening ketika hanya mereka berdua yang tinggal. Kihyeon mengarahkan pandangannya jauh ke depan, tepatnya pada kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke langit yang tidak lain berasal dari Distrik 1 yang sangat jauh dari tempat mereka. "Kak Hwang sedang melihat apa?" tegur Chang Kyun kemudian, mencoba menghangatkan suasana. "Distrik 1 semakin menambah polusi setiap hari," Kihyeon bergumam tanpa mengalihkan pandangannya pada apa yang sebelumnya menarik perhatiannya. Kihyeon melanjutkan, "sepertinya mereka menambah reaktor baru, atau hanya aku yang salah lihat?" "Kapan Kak Hwang melihat itu?" "Saat dalam perjalanan pulang dari universitas. Aku melihat seperti ada reaktor baru sekitar tiga bulan yang lalu. Mungkinkah aku hanya salah menghitung?" "Semalam, Kang Hwang pergi ke mana? Kenapa tidak pulang?" Tak begitu tertarik dengan ucapan Kihyeon, Chang Kyun mengalihkan pembicaraan. Kedua sudut bibir Kihyeon terangkat seiring ia yang mengangkat wajahnya dan mempertemukan pandangannya dengan pemuda yang sudah menjadi adik angkatnya selama enam tahun terakhir itu. "Mau menangkap ikan?" Changkyun terdiam. Lagi-lagi Kihyeon mengalihkan pembicaraan di saat ia yang menuntut sebuah jawaban, namun tidak banyak yang bisa ia lakukan selain mengikuti ke mana Kihyeon melangkahkan kaki. Keduanya berjalan berdampingan menuruni bukit dengan sedikit candaan ringan yang dilontarkan oleh Kihyeon, namun saat itu pandangan Chang Kyun terjatuh pada ransel di punggung Kihyeon yang terlihat berat. "Kak Hwang membawa apa?" "Apa?" "Di ransel Kak Hwang, sepertinya berat sekali." Kihyeon tersenyum lebar hingga menampakkan deretan terdepan giginya. "Rahasia," ujarnya yang kemudian melangkahkan kakinya mendahului Chang Kyun. Setelah beberapa menit, keduanya berakhir di pinggir aliran sungai yang berada di kaki Bukit Terlarang. Salah satu tempat favorit keduanya dan jarang dikunjungi oleh orang lain. Kihyeon menurunkan ranselnya dan duduk di sebuah batu berukuran cukup besar yang membelah aliran sungai, sedangkan Chang Kyun masih berdiri di tepi sungai. "Apa yang kau lakukan di sana? Cepat kemari dan tangkap ikannya." "Kak Hwang saja yang menangkap mereka, aku bisa membelinya jika ingin makan ikan." "Kalau begitu aku tidak akan memberimu uang agar kau tidak bisa membeli ikan. Cepat kemari!" Chang Kyun menggaruk tengkuknya dan dengan keterpaksaan yang terlihat di wajahnya, dia pun masuk ke dalam sungai setinggi di bawah lututnya. Dan keberuntungan baginya karena saat itu dia mengenakan celana pendek sebatas lutut, sehingga ia tidak perlu melipat celananya. Dia kemudian berdiri di samping batu yang menjadi singgasana Kihyeon. "Kenapa tidak membeli ikan laut saja? Kenapa harus ikan tawar?" Chang Kyun kembali memprotes dengan suara datarnya. "Jika ikan laut, kau tidak akan mengerti bagaimana kerasnya perjuangan untuk bisa memakan ikan. Tangkap saja, itu bisa menjernihkan pikiranmu." "Pikiranku sudah jernih, Kak Hwang saja yang melakukannya." Seperti itulah Chang Kyun. Terkadang pemuda itu bisa bersikap menyebalkan hanya di hadapan Kihyeon saja. Dan tentunya pemuda itu akan lebih banyak bicara jika hanya bersama dengan Kihyeon saja. Kihyeon menepuk air di hadapannya dan sempat mengenai wajah Chang Kyun. "Ya! Aku ini kakakmu. Dengarkan saja apa yang di katakan oleh kakakmu ... cepat tangkap ikannya!" Chang Kyun menghembuskan napas beratnya. Jika Kihyeon bukan kakaknya, mungkin Chang Kyun sudah menenggelamkan pemuda itu. Chang Kyun kemudian berbalik dan melipat lengan kaos pendeknya hingga sebatas bahu dan mulai merendahkan tubuhnya untuk mengamati ikan-ikan yang terbawa arus. Tanpa ia ketahui bahwa di belakangnya, Kihyeon tengah menertawainya tanpa suara. Tiba-tiba saja jiwa kekanak-kanakan Kihyeon kembali, terlintas dalam pikirannya untuk menjahili adik angkatnya tersebut. Perlahan Kihyeon mengangkat satu kakinya ke udara dan di detik berikutnya dia mendorong b****g Chang Kyun hingga pemuda itu jatuh tersungkur ke dalam sungai di iringi oleh suara tawanya yang terdengar begitu puas. Chang Kyun dengan cepat bangkit dan segera berbalik, memberikan tatapan tak terimanya atas ulah Kihyeon yang perlahan menghentikan tawanya dan menyisakan senyum lebar yang membuat matanya menyipit. "Kenapa? Kenapa melihatku seperti itu?" Tak banyak bicara, Chang Kyun langsung memukul air ke arah Kihyeon sehingga Kihyeon terkena cipratan air. "Ya! Hentikan! Bajuku bisa basah nanti ... Shin Chang Kyun!" Bukannya berhenti, Chang Kyun justru semakin menjadi. Dan setelahnya tawa keduanya saling bersahutan untuk sepersekian detik sebelum akhirnya balas dendam Chang Kyun selesai dan ia yang berakhir dengan duduk di samping Kihyeon dengan kaki yang masih berada di dalam air. "Lepaskan saja, dan jemur di sana agar cepat kering," ucap Kihyeon ketika melihat kaos tipis Chang Kyun yang basah kuyup dan sedikit memperlihatkan sesuatu yang di sembunyikan Chang Kyun di punggungnya. "Tidak apa-apa, begini saja," Chang Kyun menolak dengan lembut. "Jika bajumu tidak kering, kau tidak bisa pulang." Chang Kyun segera menatap lawan bicaranya dengan tatapan bertanya. "Bajumu transparan, punggungmu terlihat." Chang Kyun melihat ke arah tubuhnya sendiri dan bergumam, "ini semua salah Kak Hwang." "Eih ... kenapa malah menyalahkan aku? Sudah, lepas saja dan jemur di sana." "Jika ada orang yang datang, bagaimana?" "Tidak akan ada yang datang, cepat jemur dan setelah kering kita baru pulang." Tak memiliki pilihan lain, Chang Kyun pun beranjak berdiri dan menepi sembari melepas kaosnya. Dan saat itulah sesuatu yang ia sembunyikan selama ini di punggungnya terlihat jelas. Di mana terlihat sebuah tato berbentuk lingkaran dengan angka 69 yang berada di tengah lingkaran tersebut. Namun jika diperhatikan lebih teliti, itu bukankah sebuah tato. Melainkan menyerupai luka bakar yang sudah lama. Chang Kyun menjemur kaosnya di pinggir sungai dan kembali ke tempat Kihyeon. Kihyeon menepuk tempat kosong di sampingnya dan Chang Kyun pun duduk di tempat tersebut. Pandangan Chang Kyun tak henti-hentinya melihat ke sekeliling, merasa khawatir jika sampai ada orang yang melihat punggungnya di saat Kihyeon sendiri tengah memperhatikan punggungnya. Perasaan yang masih sama Kihyeon rasakan kembali setiap kali ia melihat gambar di punggung Chang Kyun. Teringat akan pertemuan pertama mereka. Saat itu ia menemukan Chang Kyun dalam kondisi yang buruk di mana terdapat luka bakar yang cukup parah dan terlihat masih baru. Kihyeon yakin bahwa gambar di punggung Chang Kyun dibuat dengan besi yang dipanaskan dan di tempelkan pada punggung pemuda itu. Sungguh, Kihyeon tak habis pikir dengan orang yang melakukan hal sekeji itu pada anak belasan tahun. Namun yang membuat Kihyeon penasaran adalah untuk apa gambar itu dibuat dan apakah arti dari angka tersebut. Karena meski ia sudah sering bertanya pada Chang Kyun, namun pada akhirnya pemuda itu akan menjadi sosok yang lebih pendiam dibandingkan dengan sebelumnya. Perlahan tangan kanan Kihyeon terangkat untuk menyentuh punggung sang adik angkat yang sempat tersentak karena ia sedang dalam mode waspada. Kihyeon mengusap bekas luka bakar yang tak bisa sembuh tersebut. "Apa tidak sakit?" Chang Kyun menggeleng. "Sekarang tidak lagi." "Ini membuatku marah." "Kenapa Kak Hwang harus marah?" "Orang yang membuat ini, dia sudah membuatmu menderita. Akan sangat tidak pantas jika dia masih bisa menghirup udara dengan bebas saat ini." Chang Kyun menjatuhkan pandangannya pada aliran sungai, kembali bungkam ketika Kihyeon membahas perihal luka di punggungnya. "69, kenapa harus angka itu? Kau belum ingin jujur padaku?" tanya Kihyeon kemudian. "Itu adalah angka keberuntungan." "Keberuntungan?" "Karena angka itu, aku bisa bertemu dengan Kak Hwang." "Kau ini bicara apa?" Kihyeon mengusak rambut basah Chang Kyun. Sangat menyakitkan ketika ia melihat luka bakar di punggung pemuda itu. Chang Kyun kemudian kembali mengangkat wajahnya dan menatap lawan bicaranya. "Kak Hwang masih ingin memakan ikan?" Kihyeon menggeleng. "Tidak, aku hanya ingin duduk di sini." "Kalau begitu kenapa menyuruhku untuk menangkap ikan?" Kihyeon tersenyum lebar. "Aku hanya ingin bermain denganmu." "Chang Kyun ..." suara lantang yang kemudian menarik perhatian keduanya. Keduanya segera menoleh ke sumber suara, dan tidak jauh dari tempat mereka. Hoseok berjalan dengan langkah lebar ke arah mereka dan tentunya hal itu menciptakan kepanikan di antara keduanya. Kihyeon dengan cepat melepas kaos yang ia kenakan dan segera memberikannya kepada Chang Kyun. "Cepat pakai!" Chang Kyun dengan cepat memakai kaos milik Kihyeon dan berhasil menyembunyikan bekas luka di punggungnya, meski menyisakan kecanggungan di wajah keduanya dan menciptakan keheranan di wajah Hoseok yang menjangkau tepi sungai. "Ada apa? Kenapa wajah kalian seperti itu?" "Tidak ada apa-apa, aku pikir siapa yang datang," Kihyeon menyahut, mencoba bersikap normal agar Hoseok tak mencurigai keduanya. Kihyeon kemudian balik bertanya, "kenapa Kak Kang kemari?" "Aku ingin mengajak Chang Kyun untuk menebus persedian obat di Distrik 3." "Distrik 3?" Hoseok mengangguk. "Pak Han tidak bisa ikut, aku tidak ingin pergi sendiri." Chang Kyun mempertemukan pandangannya dengan Kihyeon, berniat meminta pendapat karena ia tidak diperbolehkan keluar distrik tanpa izin dari Kihyeon. "Pergilah, tapi pastikan bahwa kalian sudah kembali sebelum sore atau aku akan mengerahkan semua orang di distrik untuk mencari kalian." "Kau tenang saja, adikmu berada di tangan yang aman," ucap Hoseok dengan senyum kebanggaan yang ia miliki. "Ya sudah, cepat berangkat. Tapi sebelum itu pulanglah ke rumah dan ganti bajumu." "Kak Hwang tidak pulang? Paman dan bibi sudah menanyakan keberadaan Kak Hwang sejak tadi pagi." "Aku masih ada sedikit urusan di sini, katakan pada mereka bahwa aku akan segera pulang." Chang Kyun mengangguk dan langsung menepi, yang kemudian di sambut uluran tangan oleh Hoseok yang membantunya naik ke tepi. "Cepatlah kembali, dan pakai bajumu. Seo Hye bisa membakar distrik jika melihatmu seperti ini di tempat umum," ucap Hoseok yang di tujukan untuk sebuah candaan. "Aku tahu ... jangan cemaskan aku dan pergilah. Jaga anak itu baik-baik." "Kami pergi dulu." Hoseok merangkul bahu Chang Kyun dan keduanya berjalan beriringan meninggalkan Kihyeon dengan sedikit candaan yang dilontarkan oleh Hoseok. Untuk sejenak perhatian Kihyeon tersita oleh punggung Chang Kyun yang semakin terlihat mengecil di matanya hingga sosok keduanya benar-benar menghilang dari pandangannya. Dan perhatiannya sejenak teralihkan oleh bekas luka di bahunya yang mengarah ke dadanya. Luka yang ia terima satu tahun yang lalu di Distrik 1 benar-benar telah membuat bekas yang permanen, seakan tak membiarkan Kihyeon membuang ingatannya tentang malam itu. Rekan-rekan Kihyeon sudah mengetahui hal itu, dan Kihyeon mengatakan bahwa dia terluka saat mendaki Gunung Halla ketika masih tinggal di Pulau Jeju. Namun kebohongan itu tentu saja tak bisa diterima oleh Chang Kyun yang tinggal bersamanya di Pulau Jeju. Namun Kihyeon meyakinkan Chang Kyun bahwa dia hanya mengalami kecelakaan kecil dan setelahnya tak ada yang mengungkit tentang asal luka itu lagi. Kihyeon menjatuhkan pandangannya pada aliran sungai di bawah kakinya dan saat itu pula ia berhasil menangkap pantulan dirinya yang tak mampu tercetak dengan sempurna di dalam aliran air yang tak bisa tenang meski hanya sebentar. Kilasan balik tentang apa yang ia lihat semalam di Distrik 7 yang telah di jadikan sebagai Pusat Penelitian itu kembali berputar di kepalanya. Sudah sejak lama dia mengincar tempat itu. Merasa penasaran dengan apa yang di lakukan oleh orang-orang berseragam dokter itu di sana hingga kenyataan yang ia dapatkan semalam benar-benar membuatnya tak mengerti. Siapa pemuda itu? Kenapa dia menggunakan angka sebagai nama? Kenapa di bisa ada di sana? Kenapa, kenapa dan kenapa. Hanya pertanyaan yang kian bertumpuk ketika tak ada satupun jawaban yang datang padanya. Dan tujuannya selama ini mengintai Distrik 7 adalah untuk mencari siapa pelaku yang sudah membuat luka mengerikan di punggung Chang Kyun itu. Karena satu-satunya yang Kihyeon tahu tentang Chang Kyun di masa lalu adalah, bahwa pemuda itu pernah tinggal di Distrik 7. Atau mungkin Shin Chang Kyun memang memiliki keluarga di Distrik 7. Semua berlalu tanpa ada jawaban ketika ia menutup mulutnya rapat-rapat hingga ia berhasil menemukan jawaban itu sendiri suatu hari nanti. Namun yang jelas, apa yang ia ambil dari Distrik 7, tanpa ia sadari bahwa dia telah menghancurkan kerja keras para Ilmuwan selama bertahun-tahun lamanya. DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD