Chapter 34

1918 Words
Langit yang perlahan menggelap, menyembunyikan kehidupan dalam rengkuhan kegelapan dan juga udara dingin yang mengendap. Chang Kyun baru saja menapakkan kakinya di rumah setelah pulang mengambil persediaan obat di Distrik 3 bersama dengan Hoseok. "Aku pulang," gumam pemuda itu, seakan tak berniat untuk menarik perhatian dari orang-orang yang kemungkinan berada di dalam rumah. Namun ketika ia berjalan masuk, rumah tampak kosong dan hal itu yang membuatnya untuk sejenak menjelajahi penjuru rumah guna menemukan seseorang yang saat itu berada di rumah. Tak menemukan siapapun di dapur, Chang Kyun kembali ke depan dan hendak menuju ke kamarnya yang ia huni bersama Kihyeon. Namun tepat ketika ia hendak membuka pintu, saat itu salah satu pintu di sana terbuka dan menarik perhatiannya. "Chang Kyun ... kau sudah pulang?" tegur Han Seung Hwa. Chang Kyun berbalik menghadap Seung Hwa yang berjalan menghampirinya. Dia pun sejenak menundukkan kepalanya. "Paman tidak ada di rumah?" tanya Chang Kyun kemudian. "Pamanmu berada di Kantor, kau sudah makan?" Chang Kyun menggeleng. "Ya sudah, cepat bersihkan dirimu dan makan. Bibi akan memanaskan makanannya." "Apa Kak Hwang ada di rumah?" "Dia belum pulang, sepertinya dia melarikan diri setelah bertengkar dengan pamanmu." "Ada masalah apa?" Seung Hwa tersenyum lebar dan meraih lengan Chang Kyun. Memberinya usapan lembut sembari berucap, "tidak apa-apa, kau tidak perlu memikirkan hal itu. Sekarang mandilah dan pergi ke dapur untuk makan." Chang Kyun mengangguk dan setelah Seung Hwa meninggalkannya, barulah ia masuk ke kamarnya. Tak mengambil waktu untuk bermalas-malasan, Chang Kyun segera bergegas mengambil pakaian ganti dan bergegas ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Chang Kyun segera melepas kaosnya, namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Perlahan memutar tubuhnya membelakangi kaca yang sedikit buram di sudut ruangan. Chang Kyun menoleh ke belakang dengan fokus pandangan yang terjatuh pada angka yang terdapat pada punggungnya yang bagaikan sebuah kutukan yang tidak akan pernah lepas darinya kecuali kematian menghampirinya. "Meski kau melarikan diri sekalipun, pelarianmu tidak akan berlangsung lama. Pada akhirnya kau akan kembali ke tempat ini." Otak Chang Kyun bekerja dan membawa kenangan dari enam tahun yang lalu kembali pada ingatannya, sebuah ingatan yang membuat tatapan dinginnya semakin menajam. Pandangannya terjatuh dengan tangan kiri yang mencengkram kuat kaos yang masih berada di tangannya. Pemuda itu bergumam, "aku ... tidak akan kembali. Tidak akan pernah!" DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL Selesai membersihkan diri, Chang Kyun keluar dari kamar mandi sembari mengenakan kaos lengan pendek berwarna abu-abu. Pemuda itu lantas berjalan menuju pintu keluar untuk menghampiri Seung Hwa yang saat itu masih sibuk di dapur. Namun ketika ia hendak membuka pintu, ia menemukan sebuah memo yang tertempel pada pintu. Ia pun segera mengambil memo tersebut dan membacanya. "Aku tunggu di tempat biasa," bunyi pesan yang di tulis oleh Kihyeon. Chang Kyun lantas bergegas keluar kamar dan langsung menuju dapur. "Kau sudah selesai?" tegur Seung Hwa. "Makanlah, bibi sudah memanaskan supnya." "Aku makan nanti saja, aku akan menyusul Kak Hwang terlebih dulu," ucap Chang Kyun. "Kau ini ... biarkan saja dia, kakakmu memang seperti itu. Jika dia lapar, dia pasti pulang." "Aku akan membawa Kak Hwang pulang untuk makan bersama." Seung Hwa menghela napas lembut ketika kembali dihadapkan dengan sikap keras kepala kedua putranya. Meski pada kenyataanya Chang Kyun hanyalah putra angkatnya, namun sikap keras kepala pemuda itu sangat mirip dengan Kihyeon. "Ya sudah, jangan pergi terlalu lama. Segera bawa kakakmu pulang dan makan." Chang Kyun mengangguk dan lantas meninggalkan dapur. Meninggalkan rumah, dia berjalan menyusuri halaman sembari merobek memo yang sebelumnya di tinggalkan oleh Kihyeon menjadi potongan-potongan kecil sebelum menjatuhkannya ke tanah. Menyusuri jalanan di antara rumah-rumah penduduk dengan pencahayaan yang minim, langkah kaki Chang Kyun berjalan menjauhi pemukiman dan mengarah pada Bukit Terlarang. Setelah beberapa menit menyusuri kaki Bukit Terlarang, pandangannya menangkap sebuah gubuk yang di kelilingi oleh rumput-rumput liar setinggi pinggang orang dewasa. Dan di sanalah Kihyeon menunggunya. Menunggu di tempat persembunyian mereka, tempat rahasia yang hanya di gunakan oleh keduanya. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Chang Kyun berhasil menjangkau gubuk yang juga berada di dekat aliran sungai tersebut. Pemuda itu lantas membuka pintu gubuk dan berhasil menarik perhatian dari Kihyeon yang saat itu duduk di tepian ranjang kayu. "Baru datang?" tegur Kihyeon. "Kak Hwang tidak pulang?" Chang Kyun berjalan mendekat dan menempatkan diri duduk di sampingku Kihyeon. Pandangan pemuda itu lantas tertuju pada beberapa berkas yang tergeletak di atas ranjang tepat di samping ransel Kihyeon, sedangkan Kihyeon saat itu memegang sebuah berkas yang sama. "Berkas apa itu?" "Aku baru ingin menanyakannya padamu." Kihyeon menyerahkan berkas di tangannya pada Chang Kyun yang segera membuka berkas tersebut. Netra tajam Chang Kyun tiba-tiba memicing, menunjukkan sedikit keterkejutan pada apa yang kini dihadapkan padanya. Namun ia dengan cepat mengontrol garis wajahnya sebelum Kihyeon menyadarinya. "Dari mana Kak Hwang mendapatkan ini?" "Kenapa? Kau tahu apa itu?" Chang Kyun menggeleng. "Aku baru mendapatkannya kemarin." "Bakar saja." Chang Kyun mengembalikan berkas di tangannya pada Kihyeon. "Sepertinya ini sangat penting." "Justru karena itu penting. Jika sampai ada yang tahu bahwa Kak Hwang sudah mencuri berkas-berkas itu, Kakak bisa saja dalam bahaya." "Tapi ... kau yakin tidak tahu tentang hal ini?" Chang Kyun kembali menggeleng meski tatapan matanya mengatakan hal lain. "Ya sudah, kalau begitu tolong buatkan api unggun." Chang Kyun beranjak keluar untuk membuat api unggun dengan menggunakan potongan kayu yang terdapat di samping gubuk. Namun sebelum ia bergegas mengambil potongan kayu, dia sempat memandang Kihyeon yang saat itu terlihat tengah memilah-milah berkas dari luar pintu yang tidak ia tutup sebelumnya. Chang Kyun kemudian pergi ke samping gubuk, mengambil beberapa potong kayu dan membuat api unggun setelahnya. Setelah berhasil membuat api unggun, Chang Kyun menghampiri Kihyun. Namun alih-alih masuk ke dalam, pemuda itu justru berdiri di ambang pintu. "Kak Hwang, apinya sudah siap." "Eoh! Tunggu sebentar." Kihyeon membereskan semua berkas dan membawanya keluar. Mengikuti Kihyeon. Chang Kyun duduk di samping Kihyeon, tepat menghadap api yang semakin melahap habis kayu yang sebelumnya telah ia susun dengan rapi. Kihyeon kemudian mengambil lembar-perlembar dari berkas di tangannya dan membakarnya di api unggun. Chang Kyun yang semula hanya berdiam diri, kemudian memutuskan untuk membantu. Tatapan dingin pemuda itu mengamati setiap lembar sebelum menyulutnya dengan api. Dan setiap goresan dalam kertas putih itu membawa pengaruh tersendiri bagi pemuda itu, hingga pergerakan tangannya terhenti di udara ketika ia menemukan angka 175. Di mana angka tersebut tertulis sebagai identitas, entah untuk benda atau seseorang. Dan keterdiamannya itupun berhasil menarik perhatian Kihyeon. "Ada apa? Kau menemukan sesuatu?" Chang Kyun sedikit tersentak. Ia pun segera menggeleng dan langsung membakar kertas di tangannya, begitupun dengan Kihyeon. "Kak Hwang pergi ke Distrik 7 lagi?" Kihyeon memberikan gumaman sebagai sebuah jawaban. "Yang lainnya mulai menaruh kecurigaan terhadap Kak Hwang. Lebih baik jangan ke sana lagi." Kihyeon memandang Chang Kyun. "Kecurigaan seperti apa yang kau maksud?" "Mereka mulai penasaran kenapa Kak Hwang melarang kami pergi ke Distrik 7." Kihyeon memalingkan wajahnya dengan raut wajah yang terlihat tengah mempertimbangkan sesuatu. Dia lantas berucap, "Distrik 7 hampir tidak bisa di jamah lagi oleh warga sipil. Ada banyak dokter di sana, tidak!" Kihyeon dengan cepat meralat ucapannya, "mereka hanya berpakaian seperti dokter. Tapi aku tidak berpikir bahwa mereka bisa di katakan sebagai dokter. Masalahnya adalah ... mereka juga memiliki pasien di sana." "Kak Hwang mendapatkan ini dari mana?" Keduanya bertemu pandang dan Kihyeon menjawab, "Pusat Penelitian Distrik 7. Kau tahu tempat itu?" Chang Kyun menjatuhkan pandangannya, "aku sudah lama meninggalkan tempat itu. Tapi sejak dulu orang-orang itu sudah tinggal di sana." "Mereka merawat pasien tapi mengganti nama mereka dengan menggunakan angka. Mereka memantau kondisi pasien setiap waktu. Awalnya aku berpikir bahwa telah terjadi wabah di suatu daerah, tapi pada kenyataannya tidak ada daerah yang terkena wabah. "Bagaimana dengan Ilmuwan?" celetuk Chang Kyun. Kihyeon dengan cepat menjatuhkan pandangannya pada Chang Kyun dengan sebelah alis yang terangkat. Merasa sedikit terkejut namun juga tak menyangkal. "Bisa jadi. Itulah sebabnya tempat itu diberi nama Pusat Penelitian Distrik 7." Pergerakan Chang Kyun yang sempat terhenti pun kembali membakar satu-persatu kertas di tangannya. "Kak Hwang harus berhenti mendatangi Distrik 7 mulai sekarang." "Tidak, sampai aku menemukan orang yang sudah membuatmu seperti ini." Pergerakan Chang Kyun kembali terhenti, namun hanya dalam sepersekian detik. Pemuda itu kembali berucap seiring dengan selembar kertas di tangannya yang di lahap oleh api dan terlepas dari tangannya lalu menjadi abu. "Akan percuma." "Apa maksudmu?" "Aku sudah lupa bagaimana wajah orang itu." "Itu bukan masalah. Aku akan tetap menemukannya, lihat saja nanti." "Maaf," gumam Chang Kyun dengan pandangan yang terjatuh pada ujung sepatunya. Kihyeon tersenyum lebar dan merangkul bahu yang sedikit lebih lebar di bandingkan dengan bahunya tersebut. "Berhenti meminta maaf. Kau tidak pernah melakukan kesalahan apapun padaku." Chang Kyun tersenyum tipis setelahnya. Namun bukan senyum yang benar-benar ia inginkan, melainkan seulas senyum yang di paksakan dan dipenuhi oleh beban. Setelah beberapa menit. Satu lembar tersisa di tangan Chang Kyun yang dengan cepat kertas itu di lalap api dan berubah menjadi abu yang terbawa oleh angin yang berhembus dengan tenang malam itu. "Apa masih ada?" tanya Chang Kyun. "Itu yang terakhir." Senyum kemenangan terlihat menghiasi kedua sudut bibir Kihyeon. Dia kembali merangkul bahu Chang Kyun dan mengarahkan pandangannya pada langit gelap yang dipenuhi oleh bintang-bintang yang berkilauan. "Sepertinya aku telah membuat kekacauan di Distrik 7." "Apapun itu, kita akan tetap aman selama Kak Hwang tidak menyimpan apapun yang Kakak ambil dari sana." Kihyeon tersenyum tipis dan mengambil satu berkas yang masih tersisa lalu berucap, "aku ingin menghilangkannya, tapi aku merasa tidak harus melakukannya." "Kenapa?" Kihyeon berucap, "satu, tiga, sembilan. Yoo Jin Young. Dia mengatakan hal itu saat aku bertanya siapa namanya." "Kak Hwang bertemu dengan orang itu?" Kihyeon mengangguk. "Dia mengatakan bahwa aku segera meninggalkan tempat itu sebelum tertangkap. Dan jika aku tertangkap, aku tidak akan bisa meninggalkan tempat itu." "Akan berbahaya jika Kak Hwang tetap menyimpan berkas itu." Kihyeon memandang Chang Kyun. Memberikan tepukan ringan pada bahu beserta senyum lebarnya. Dia menarik tangannya kembali dari bahu Chang Kyun. "Kau tenang saja, aku tidak akan menjadi ceroboh dan membahayakan orang lain." Kihyeon memalingkan wajahnya, dan kini giliran Chang Kyun yang memandang wajah sang kakak angkat dari samping. Memandang tanpa berusaha untuk menegur hingga Kihyeon yang menangkap basah dirinya. Dengan canggung, ia segera menjatuhkan pandangannya. "Kau ingin mengatakan sesuatu?" Chang Kyun kembali mengangkat wajahnya dan memandang Kihyeon. "Kak Hwang bertengkar dengan paman?" "Tidak." "Tapi bibi mengatakan jika Kak Hwang pergi dari rumah setelah bertengkar dengan paman." Kihyeon berpaling sembari mengulum senyumnya, dan jawaban itu datang pada Chang Kyun ketika ia kembali mempertemukan tatapan teduhnya pada langit gelap yang telah menyembunyikan kesembilan distrik malam itu. "Ayah menyuruhku menikah dengan Seo Hye, satu minggu lagi." Chang Kyun tentu terkejut, tapi apa masalahnya sehingga Kihyeon harus sampai bertengkar dengan ayahnya jika itu hanya urusan pernikahan. "Lalu, apa masalahnya?" "Dia menginginkan aku untuk mengambil alih distrik setelahnya." Ucapan Kihyeon kali ini benar-benar menjadi sebuah kejutan untuk Chang Kyun. Sebuah keinginan yang sedikit tidak masuk akal, mengingat usia Kihyeon yang masih terlalu muda untuk bisa mengambil alih distrik. "Kenapa mendadak sekali?" "Itulah yang ingin aku tanyakan." "Kak Hwang sudah membicarakannya dengan paman?" "Sudah, tapi dia malah memarahiku." "Jadi, bagaimana keputusan Kak Hwang?" Kihyeon menjatuhkan pandangannya pada kobaran api di hadapannya. "Aku belum siap. Apapun alasannya, aku pikir pernikahan bukanlah jalan yang terbaik untuk saat ini." "Tapi paman sangat tidak suka dilawan." "Aku akan bicara lagi dengannya nanti." Chang Kyun kembali memandang Kihyeon, dan seperti itulah yang ia lakukan selama ini. Dia akan memandang Kihyeon dalam diam ketika Kihyeon tak menyadarinya. Bahkan hingga kini, tak ada satupun orang yang mengerti arti tatapan dari pemuda pemilik tatapan dingin yang dipenuhi oleh kesedihan dan juga sangat misterius tersebut. Tak ada yang tahu, meski itu Hwang Kihyeon sekalipun. DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD