Chapter 48

1342 Words
Satu minggu setelah kepergian Kihyeon, tak ada yang berubah. Semua masih berjalan dengan normal, namun itu hanya yang terlihat di luar. Merasa kehilangan sudah pasti, namun terdapat perasaan kecewa yang lebih besar atas kepergian Kihyeon kali ini. Pagi itu Min Hyeok berada di Kantor Kepala Distrik, lebih tepatnya di bagian gudang. Karena Kihyeon pergi sebelum sempat membereskan barang-barang Sejin yang ada di Kantor Kepala Distrik, sebagai gantinya Min Hyeok lah yang datang ke sana. Min Hyeok memasukkan semua barang milik Sejin ke dalam kardus. Dan saat itu Hyung Won memasuki gudang. Setelah mendengar dari ibunya bahwa Min Hyeok pergi ke Kantor Kepala Distrik, pemuda itu kemudian menyusul Min Hyeok. Hyung Won menegur, "apa yang Kak Han lakukan di sini?" Min Hyeok langsung mengangkat pandangannya. "Kau di sini? Aku hanya membereskan barang-barang milik Paman Sejin." Hyung Won mendekat. "Kakak akan membawanya ke rumah Chang Kyun?" Min Hyeok mengangguk. "Jika terlalu lama di sini, mereka akan membakarnya." "Kenapa harus repot-repot?" Sempat terdiam, Min Hyeok kemudian tersenyum. "Kau mengatakan itu karena merasa kesal pada Kihyeon?" Hyung Won menghindari kontak mata dan justru membantu Min Hyeok memasukkan barang-barang yang tersisa ke dalam kardus. Min Hyeok yang melihat itupun tak lagi melanjutkan topik sebelumnya dan kembali membereskan barang milik Sejin. Tak disangka Hyung Won justru menyambung pembicaraan, "surat itu ... menurut Kak Han, siapa yang mengirimkannya?" "Entahlah, kita tidak tahu siapa saja yang sudah ditemui oleh Kihyeon selama ini. Dia bisa menjalin hubungan persaudaraan dengan siapapun selama dia pergi." Hyung Won kembali memandang Min Hyeok. "Kakak yakin akan membiarkannya seperti ini?" Min Hyeok turut menghentikan pergerakannya dan balas memandang Hyung Won. "Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" "Kak Hwang ... Kak Han benar-benar tidak ingin mencarinya?" terdengar ragu. Namun seperti itulah cara Hyung Won menunjukkan perhatiannya. Selama ini pemuda itu menahan diri untuk tidak mengungkit kepergian Kihyeon di depan rekan-rekannya. Namun karena itu di hadapan Min Hyeok, dia bisa berbicara sedikit lebih banyak. "Kau ingin mencarinya? Di mana kau akan mencarinya?" "Distrik 1." "Tidak ada ... dia tidak ada di tempat itu." "Tapi sebelum surat itu datang, Kakak mengatakan bahwa Kak Hwang kemungkinan besar ada di Distrik 1." "Manusia harus memikirkan banyak hal terlebih dahulu sebelum mengambil satu keputusan akhir. Kau ... benar-benar mengkhawatirkan Kihyeon?" Pandangan Hyung Won terjatuh, pemuda itu kembali memasukkan beberapa barang ke dalam kardus. Tampak ragu untuk menjawab ucapan Min Hyeok. Namun saat itu seulas senyum tipis terlihat di wajah Min Hyeok. "Dia akan baik-baik saja," celetuk Min Hyeok. Hyung Won kembali mengangkat wajahnya, memandang Min Hyeok. Min Hyeok kembali berucap, "di manapun dia berada saat ini, dia pasti baik-baik saja." "Tapi untuk apa Chang Kyun menemui Kak Han semalam?" Hyung Won mengalihkan topik pembicaraan ketika ia teringat hal lain. "Dia meminta surat yang kita terima satu minggu yang lalu." "Kenapa dia memintanya?" Min Hyeok mengendikkan bahunya. "Akan sangat sulit untuk mendapatkan jawaban dari anak itu." "Akhir-akhir ini dia sering meninggalkan distrik, bukankah itu terlihat sedikit aneh?" Min Hyeok tersenyum tipis. "Berpura-pura lah tidak tahu." "Apa?" dahi Hyung Won mengernyit. "Kita tidak tahu apa yang dipikirkan oleh anak itu. Apapun yang ia lakukan, kita hanya perlu berpura-pura tidak tahu. Dengan begitu dia tidak akan menghindar dari kita ... baiklah, sudah selesai. Bisa kau bantu aku membawanya ke rumah Kihyeon?" Min Hyeok terlihat mengakhiri pembicaraan dengan paksa. Dan seperti ucapan Hyung Won sebelumnya. Semenjak Kihyeon menghilang, Chang Kyun kerap meninggalkan Distrik 9 menggunakan mobil. Aktivitas kampus sudah mulai aktif kembali, dan sejak saat itu Chang Kyun sedikit menjauhi rekan-rekannya. Dia lebih kerap terlihat bersama Seo Hye. Berangkat bersama dan pulang bersama setiap hari. Dan karena keberadaan Chang Kyun di sampingnya lah yang membuat Seo Hye tidak terlalu mengkhawatirkan Kihyeon. Chang Kyun mengatakan pada Seo Hye bahwa Kihyeon berkunjung ke Pulau Jeju karena orang yang tinggal bersama mereka dulu tengah sakit. Dan Seo Hye mempercayai hal itu dengan mudah. Seo Hye berpikir bahwa Kihyeon juga membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Namun semua hal baik yang mereka pikirkan tentang Kihyeon tak benar-benar terjadi pada Kihyeon. Tak lagi berada di ruangan yang sama, kali ini Kihyeon justru menempati ruangan yang lebih gelap lagi. Bertahan dengan rasa sakit yang menyergap tubuhnya yang semakin melemah. Di balik jeruji besi dengan oksigen yang terasa tak mencukupi. Sebuah ruang bawah tanah, jauh dari kehidupan. Di sanalah Kihyeon bertahan selama ini. Tubuh kurusnya, kulit pucatnya. Menjadi bukti atas perlakuan buruk yang ia terima selama seminggu terakhir. Samar-samar terdengar suara dua orang yang saling berbicara di ujung lorong yang cukup gelap. Kihyeon yang terbaring di lantai lantas membuka matanya. Memandang cahaya kecil yang terlihat dari lubang fentilasi. "Sudah satu minggu, apa yang akan terjadi pada orang itu?" "Entahlah, Profesor Shin belum memberi perintah apapun." "Apa Profesor Shin akan membiarkan orang itu mati begitu saja?" "Jika dia dibiarkan hidup dan melarikan diri, itu akan jauh lebih merepotkan lagi." "Kenapa kita tidak menguji produk baru padanya saja? Bukankah itu terdengar lebih baik dari pada membiarkannya begini?" "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" suara seorang wanita ikut bergabung. "Profesor Kim?" "Kembali ke tempat kalian." Suara tegas dan mengintimidasi itu berhasil membuat dua pria di sana pergi. Kim Hyun Jeong, untuk ke sekian kalinya memasuki bangunan itu. Membuat Kihyeon kembali mendengarkan ketukan sepatunya pada lantai yang terdengar seperti sebuah lagu kematian. "Dia datang lagi," gumam Kihyeon. Kihyeon tak pernah mendengar suara Hyun Jeong dengan benar-benar jelas. Kihyeon hanya mendengar suara wanita itu dari kejauhan. Dan Kihyeon hanya mengenali Hyun Jeong dari ketukan sepatu wanita itu. Tak ada yang dilakukan Hyun Jeong ketika mengunjungi Kihyeon, wanita itu pun tak pernah berbicara pada Kihyeon. Hanya memperhatikan dari tempat yang gelap sehingga Kihyeon tak melihat wajahnya. Kedua netra Kihyeon lantas menutup, seakan tak ingin menyambut kedatangan sosok misterius yang tak pernah memperkenalkan diri padanya. Sementara Hyun Jeong menghentikan langkahnya di depan sel tahanan, berdiri membelakangi cahaya hingga wajahnya akan tersamarkan saat Kihyeon melihat ke arahnya. Tak begitu lama, Hyun Jeong berjongkok dan menaruh sesuatu di lantai sel tahanan yang di tempati oleh Kihyeon. Sebuah kertas dengan sebuah kunci yang berada di atasnya. Setelah itu Hyun Jeong memukul jeruji besi di hadapannya tak terlalu keras, hanya agar Kihyeon melihat ke arahnya. Netra Kihyeon kembali terbuka. Pemuda itu perlahan mengarahkan pandangannya pada Hyun Jeong. Namun sebelum Kihyeon bisa mengenali sosoknya, wanita itu beranjak berdiri dan pergi. Pandangan Kihyeon menemukan apa yang baru saja ditinggalkan oleh Hyun Jeong. Dengan sedikit kesulitan Kihyeon bangkit, namun tak sampai berdiri. Pemuda itu merangkak untuk bisa menjangkau pintu sel tahanan. Dan setelah bisa mengambil barang yang ditinggalkan Hyun Jeong, Kihyeon bersandar lemah pada jeruji besi. Kihyeon memandang kunci di tangan kanannya sebelum beralih pada kertas yang berada di tangan kirinya. Terdapat sebuah gambar menyerupai denah dan juga beberapa kalimat yang tertulis di sana. Kihyeon pun membaca kalimat yang tertulis di sana. "Saat tengah malam nanti, ikuti lah denah ini untuk bisa keluar dari tempat ini. Jika kau gagal, kau akan bergabung dengan orang-orang yang pernah kau lihat sebelumnya. Ini adalah kesempatan terakhirmu." Kihyeon menurunkan tangannya dan menolehkan kepalanya ke arah yang dituju Hyun Jeong sebelumnya. Tentu saja Kihyeon merasa sangat penasaran dengan sosok wanita yang selalu datang mengunjunginya namun tak pernah berbicara padanya. Dan juga apa alasan wanita itu memberikan kunci serta denah itu padanya. "Mungkinkah aku pernah melihatmu di suatu tempat?" gumam Kihyeon dengan suara yang lemah. Wajah kotornya terlihat sangat menyedihkan. Di saat ia masih sangat berduka atas kepergian kedua orang tuanya, dia harus terkurung dan mendapatkan semua penyiksaan di tempat yang sangat ia kutuk. Hingga detik ini Kihyeon masih mengkhawatirkan rekan-rekannya. Kihyeon khawatir bahwa rekan-rekannya akan tertangkap saat berusaha untuk mencarinya. Namun harapan terbesar Kihyeon ada pada Chang Kyun. Kihyeon berharap bahwa Chang Kyun tidak pernah berpikir bahwa saat ini dia berada di Distrik 7. Karena bagi Kihyeon akan lebih sulit bertahan jika dia harus menyeret rekan-rekannya ke dalam masalah yang ia buat. Selama Kihyeon menanggungnya seorang diri, Kihyeon berpikir bahwa dia bisa melewatinya. Dan akankah ia melewatkan kesempatan pertama sekaligus terakhirnya untuk meninggalkan tempat itu tanpa mengetahui identitas dari wanita misterius yang selalu mengunjunginya? Dan apa alasan Kim Hyun Jeong membantu Kihyeon untuk melarikan diri? Mungkinkah wanita itu tengah merencanakan hal lain? DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD